Universitas Kyoto
Kyoto University (京都大学 , Kyōto Daigaku) adalah universitas negeri di Kyoto, Jepang. Universitas ini didirikan pada tahun 1897 sebagai Universitas Imperial Kyoto, dan merupakan universitas negeri tertua nomor dua di Jepang. Universitas Kyoto memiliki 10 fakultas, 17 sekolah pascasarjana, 13 institut riset, serta 29 pusat riset dan pendidikan.[2] Ciri khas universitas ini adalah tradisi akademik yang menghargai semangat kebebasan dan kemerdekaan akademik.[3] Penelitian dilakukan berdasarkan minat dan tujuan masing-masing individu. Sebagai universitas berorientasi penelitian, Universitas Kyoto hingga kini telah menghasilkan 5 penerima Penghargaan Nobel dalam bidang fisika teori, kimia, dan biologi molekuler.[3] Kampus utama adalah Kampus Yoshida yang berada di pusat kota Kyoto. Dua kampus lainnya adalah Kampus Uji dan Kampus Katsura. Kampus Uji merupakan pusat riset energi dan ilmu alam, terletak di Uji, Prefektur Kyoto. Kampus Katsura adalah kampus baru yang dibuka Oktober 2003, letaknya 7 km dari kampus utama. SejarahPendirianSejarah Universitas Kyoto berawal Seimikyoku (Sekolah Fisika dan Kimia) yang dibuka 1 Mei 1869 di Osaka. Seimikyoku berawal dari Bunseki Kyūrijo (Pusat Analisis Kimia dan Fisika) yang didirikan pada Agustus 1865 di Seitokukan (Sekolah Kedokteran) Nagasaki.[4] Pendirian Bunseki Kyūrijo merupakan usul dokter Belanda Antonius Franciscus Bauduin. Dokter militer Belanda, Koenraad Wouter Gratama didatangkan untuk mengajar di Bunseki Kyūrijo, dan tiba di Nagasaki pada Februari 1866. Dua bulan setelah didirikan, Bunseki Kyūrijo segera dipindahkan ke sekolah ilmu Barat Kaiseijo di Edo pada Oktober 1866. Gratama ikut diberangkatkan ke Edo pada tahun baru 1867. Pembangunan gedung untuk Bunseki Kyūrijo di Kaiseijo memakan waktu 9 bulan, dan selesai pada musim semi 1868. Namun sebelum sekolah sempat dibuka, terjadi pertempuran antara tentara keshogunan dan tentara pendukung kekaisaran yang berakhir dengan tumbangnya Keshogunan Edo. Bunseki Kyūrijo akhirnya batal dibuka di Edo.[4] Pemerintah Meiji tetap menyadari pentingnya sekolah kimia dan fisika sehingga membuka sekolah pengganti yang disebut sekolah kimia Seimikyoku pada tahun 1869. Edo sedang dalam keadaan tidak aman sehingga sekolah dipindah ke Osaka. Kuliah perdana diberikan oleh Dokter Gratama.[4] Nama Seimikyoku segera diganti menjadi Rigakkō (Sekolah Fisika). pada September 1869. Sebuah sekolah ilmu Barat (Yōgakkō) juga dibuka di Osaka. Sekolah ini kemudian bergabung dengan Rigakkō menjadi sekolah ilmu Barat Osaka Kaiseijo pada Oktober 1870. Setelah sempat berganti nama sebagai Osaka Senmon Gakkō (Sekolah Kejuruan Osaka), dan Osaka Chūgakkō (Sekolah Menengah Osaka) pada Desember 1880, sekolah ini akhirnya disebut Daigaku Bunkō (Sekolah Cabang Universitas) pada Juli 1885.[5] Berdasarkan Dekret Sekolah Menengah Jepang 1886, sebutan Daigaku Bunkō diganti menjadi Dai-san Kōtō Chūgakkō (Sekolah Menengah Tingkat Atas 3) pada April 1886, dan lalu dipindahkan dari Osaka ke Kyoto pada 1 Agustus 1889. Berdasarkan Dekret Sekolah Menengah Atas Jepang 1894, Dai-san Kōtō Chūgakkō berganti nama sebagai Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) pada September 1894.[5] Dekret Pendirian Universitas Imperial dikeluarkan Pemerintah Meiji pada tahun 1886, namun pendirian universitas di wilayah Kansai tertunda karena masalah keuangan. Pada 1895, Saionji Kinmochi mengusulkan untuk meningkatkan taraf sekolah menengah atas Dai-san Kōtō Gakkō di Kyoto menjadi universitas dengan dana pampasan Perang Tiongkok-Jepang Pertama. Dai-san Kōtō Gakkō dijadikan sebagai Universitas Imperial, dan dipindahkan ke lokasi baru yang sekarang disebut Kampus Yoshida Selatan. Universitas Imperial KyotoUniversitas Imperial Kyoto secara resmi didirikan 18 Juni 1897, diikuti pembukaan Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi pada September 1897. Dua tahun kemudian, Sekolah Tinggi Hukum dan Sekolah Tinggi Kedokteran dibuka pada September 1899. Perpustakaan universitas dan rumah sakit universitas menyusul dibuka bulan Desember tahun yang sama. Sekolah Tinggi Sastra menyusul dibuka pada September 1906, Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi dipecah menjadu Sekolah Tinggi Teknologi dan Sekolah Tinggi Sains pada Juli 1914.[5] Konoshita Hiroji dari Kementerian Pendidikan Jepang adalah rektor pertama Universitas Kyoto. Sesuai keinginan rektor waktu itu, Universitas Imperial Kyoto dibangun berdasarkan "sistem Jerman yang berlandaskan konsep kebebasan belajar, mengajar, dan melakukan penelitian". Konsep tersebut hingga kini masih diterapkan dalam bentuk kebebasan akademik di Universitas Kyoto. Pada Februari 1919, sebutan sekolah tinggi diganti menjadi fakultas. Sekolah Tinggi Hukum, Sekolah Tinggi Kedokteran, Sekolah Tinggi Teknologi, Sekolah Tinggi Sains, dan Sekolah Tinggi Sastra masing-masing menjadi sebuah fakultas. Sejak itu pula Universitas Kyoto terus berkembang dengan dibukanya fakultas baru, sekolah pascasarjana, dan pusat-pusat penelitian. Pada Mei 1919, Fakultas Ekonomi memisahkan diri dari Fakultas Hukum, disusul dibukanya Fakultas Pertanian pada November 1923. Masih pada tahun 1923, gedung utama universitas selesai dibangun. Menara jam tersebut hingga kini dikenal sebagai simbol Universitas Kyoto. Pusat penelitian pertama milik Universitas Kyoto adalah Pusat Penelitian Kimia yang dibuka pada Oktober 1926.[5] Pada awal periode Showa, pengawasan terhadap ideologi Marxis semakin diperketat, termasuk terhadap para dosen. Pada tahun 1928, ahli ekonomi Marxis Hajime Kawakami dari Universitas Imperial Kyoto diminta Kementerian Pendidikan untuk mengundurkan diri. Setelah permintaan tersebut diluluskan rapat dewan dosen, Kawakami dipecat. Pada 1933, Menteri Pendidikan Ichirō Hatoyama menjatuhkan hukuman skors kepada dosen Fakultas Hukum Takigawa Yukitoki yang dituduh menyebarluaskan ideologi Marxis dalam artikel mengenai teori kriminal. Dosen Fakultas Hukum beramai-ramai menanggapinya dengan surat pengunduran diri.[6] Dalam pertemuan dengan menteri pendidikan, rektor ikut menyatakan keinginan mengundurkan diri, namun ditolak oleh Kementerian Pendidikan. Peristiwa ini disebut Peristiwa Takigawa, dan berakhir dengan berhentinya Takigawa Yukitoki bersama 7 orang dosen lainnya. Perkembangan selanjutnya berupa dibukanya Pusat Penelitian Humaniora (Agustus 1939), Pusat Penelitian Tuberkulosa, dan Institut Energi Atom (Maret 1941), serta Pusat Penelitian Perkayuan (Mei 1944).[1] Seusai Perang Dunia II, Komandan Tertinggi Sekutu melakukan pembersihan staf pengajar secara besar-besaran. Takigawa Yukitoki dan rekan-rekan yang berhenti pada Peristiwa Takigawa diterima kembali untuk mengajar. Pada tahun 1946, universitas ini untuk pertama kalinya menerima mahasiswa perempuan dan membuka Pusat Penelitian Ilmu Pangan. Universitas Imperial Kyoto menanggalkan nama Imperial, dan resmi disebut Universitas Kyoto sejak tahun 1947. Dua tahun kemudian, Universitas Kyoto membuka Fakultas Pendidikan, dan berdasarkan sistem universitas yang baru, Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) bergabung dengan Universitas Kyoto pada bulan Mei 1949. Masih pada tahun 1949, dosen Universitas Kyoto Hideki Yukawa memenangi Penghargaan Nobel, dan sekaligus menjadi orang Jepang pertama yang memenangi Penghargaan Nobel. Sebagai kenang-kenangan, Universitas Kyoto mendirikan Gedung Peringatan Yukawa yang dijadikan Pusat Penelitian Fisika Universitas Kyoto. Pusat penelitianUniversitas Kyoto memiliki perjanjian kerja sama penelitian dan pertukaran mahasiswa dengan beberapa universitas di Asia Tenggara. Selama lebih dari setengah abad, Universitas Kyoto telah menerima ratusan mahasiswa dari Asia Tenggara, dan mengirimkan mahasiswa Jepang ke berbagai universitas di negara-negara Asia Tenggara.[7] Universitas Kyoto memiliki dua kantor perwakilan di Asia Tenggara, di Bangkok (sejak 1963) dan Jakarta (sejak 1970). Kedua kantor perwakilan tersebut merupakan pusat penelitian dan pertukaran kegiatan untuk CSEAS (Pusat Studi Asia Tenggara).[7] Pada Desember 2002, Pusat Riset Shanghai didirikan di Sekolah Pascasarjana Ekonomi, dan Januari tahun berikutnya dibuka kantor cabang di Universitas Fudan. Pertukaran staf pengajar juga berlangsung antara Universitas Kyoto dan Universitas Fudan.[2] Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Kyoto juga bekerja sama dengan Universitas Tsinghua dalam proyek Laboratorium Riset Bersama Jepang-Tiongkok dalam Teknologi Lingkungan.[2] Fakultas
Sekolah pascasarjana
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Kyoto University.
|