Perang Kemerdekaan Irlandia
Perang Kemerdekaan Irlandia (bahasa Inggris: Irish War of Independence, bahasa Irlandia: Cogadh na Saoirse)[4] atau Perang Inggris-Irlandia adalah perang gerilya yang berlangsung di Irlandia dari tahun 1919 hingga 1921 antara Tentara Republikan Irlandia (IRA, angkatan darat dari Republik Irlandia) dengan tentara Inggris: Angkatan Darat Inggris, bersama dengan pasukan semi-militer Royal Irish Constabulary (RIC) dan paramiliter Auxiliaries dan Ulster Special Constabulary (USC). Perang ini bagian dari periode revolusi Irlandia. Pada April 1916, kelompok republikan Irlandia melancarkan Pemberontakan Paskah terhadap pemerintahan Inggris dan memproklamirkan Republik Irlandia. Meskipun dikalahkan setelah berperang selama seminggu, Pemberontakan dan tanggapan Inggris mengakibatkan dukungan yang besar dari rakyat untuk kemerdekaan Irlandia. Pada pemilihan Desember 1918, partai republikan Sinn Féin meraih kemenangan telak di Irlandia. Pada 21 Januari 1919 mereka menciptakan pemerintahan separatis (Dáil Éireann) dan mendeklarasikan kemerdekaan Irlandia. Di hari itu, dua petugas RIC terbunuh dalam penyergapan Soloheadbeg oleh sukarelawan IRA yang bertindak atas inisiatif sendiri. Konflik secara bertahap berkembang. Untuk sebagian besar tahun 1919, aktivitas IRA yaitu merampas persenjataan dan membebaskan tahanan republikan, sementara Dáil mulai membangun negara. Pada September, pemerintah Inggris melarang Dáil di seluruh Irlandia, Sinn Féin diproklamirkan (terlarang) di County Cork dan konflik semakin intensif.[5] IRA mulai menyergap RIC dan Angkatan Darat Inggris yang sedang berpatroli, menyerang barak mereka dan membuat barak terpencil ditinggalkan. Pemerintah Inggris memperkuat RIC dengan merekrut orang-orang dari Pulau Inggris—Black and Tans dan Auxiliaries—yang menjadi dikenal karena melanggar disiplin dan menyerang warga sipil sebagai bentuk balasan,[6] beberapa aksinya diatur oleh pemerintah Inggris.[7] Sehingga konflik ini terkadang dijuluki "Black and Tan War".[8] Konflik ini juga melibatkan pengabaian sipil, terutama menolak pekerja kereta api di Irlandia untuk mengangkut perlengkapan pasukan atau militer Inggris. Pada pertengahan 1920, republikan memenangkan kendali atas sebagian besar dewan county, dan pemerintah Inggris runtuh di sebagian besar wilayah selatan dan barat, memaksa pemerintah Inggris untuk memperkenalkan kekuatan darurat. Sekitar 300 orang terbunuh pada akhir 1920, namun konflik bereskalasi pada November. Pada Bloody Sunday di Dublin, 21 November 1920, empat belas agen intelijen Inggris dibunuh; kemudian RIC menembaki penonton pada pertandingan sepak bola Gaelik, membunuh empat belas warga sipil dan melukai enam puluh lima. Seminggu kemudian, IRA membunuh tujuh belas Auxiliaries dalam Penyergapan Kilmichael di County Cork. Pada Desember, pemerintah Inggris mendeklarasikan darurat militer di sebagian besar Irlandia bagian selatan, dan pusat dari kota Cork dibakar oleh pasukan Inggris sebagai balasan atas sebuah penyergapan. Kekerasan terus meningkat selama tujuh bulan berikutnya; 1.000 orang terbunuh dan 4.500 republikan diasingkan. Sebagian besar pertempuran terjadi di Munster (khususnya County Cork), Dublin dan Belfast, bersama-sama menyumbang 75 persen dari kematian di konflik tersebut.[9] Konflik di Ulster di timur laut memiliki aspek sektarian (lihat The Troubles in Ulster (1920–1922)). Sementara minoritas Katolik di sana sebagian besar mendukung kemerdekaan Irlandia, mayoritas Protestan sebagian besar unionist/loyalist. Dibentuk sebuah kepolisian khusus sebagian besar terdiri dari orang Protestan, dan paramiliter loyalist aktif. Mereka menyerang orang Katolik sebagai balasan dari aksi IRA, dan di Belfast terjadi konflik sektarian yang menewaskan hampir 500 orang, kebanyakan dari mereka orang Katolik.[10] Pada Mei 1921, Irlandia dipecah berdasarkan hukum Inggris melalui Undang-Undang Pemerintah Irlandia, sehingga terbentuk Irlandia Utara. Gencatan senjata dimulai pada 11 Juli 1921. Diskusi pasca gencatan senjata berlanjut dengan penandatanganan Perjanjian Inggris-Irlandia pada 6 Desember 1921. Hal ini mengakhiri pemerintahan Inggris di sebagian besar Irlandia dan, setelah periode transisi selama sepuluh bulan yang diawasi oleh Pemerintah Sementara, diciptakanlah Negara Bebas Irlandia sebagai sebuah Dominion dengan pemerintahan mandiri pada 6 Desember 1922. Irlandia Utara tetap bersama Inggris. Setelah gencatan senjata, kekerasan di Belfast dan pertempuran di area-area perbatasan di Irlandia Utara berlanjut, dan IRA melancarkan Serangan ke Utara yang gagal pada Mei 1922. Pada Juni 1922, ketidaksetujuan di kalangan republikan terkait Perjanjian Inggris-Irlandia mengakibatkan Perang Saudara Irlandia yang berlangsung selama tujuh bulan. Negara Bebas Irlandia menganugerahkan 62.868 medali kepada para pejuang selama Perang Kemerdekaan, 15.224 di antaranya diberikan kepada pejuang flying column IRA.[11] Lihat pula
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Irish War of Independence.
|