David Lloyd George
David Lloyd George, Earl ke-1 Lloyd-George dari Dwyfor, OM, PC (17 Januari 1863 – 26 Maret 1945) adalah seorang politisi Liberal dan negarawan Britania Raya. Dia menjadi Perdana Menteri Britania Raya dan pemimpin pemerintahan koalisi pada masa perang antara tahun 1916 hingga 1922 dan merupakan Pemimpin Partai Liberal pada tahun 1926-1931. Selama masa jabatannya yang panjang, terutama sebagai Chancellor of the Exchequer, Lloyd George adalah seorang tokoh kunci dalam pengenalan reformasi yang meletakkan dasar-dasar negara kesejahteraan modern bagi Britania Raya. Dia adalah pemimpin Liberal terakhir yang menjabat sebagai Perdana Menteri, perdana menteri koalisinya mendapat dukungan yang lebih besar dari Konservatif daripada dukungan dari Liberal, dan perpecahan yang terjadi berikutnya merupakan faktor kunci yang menyebabkan melemahnya kekuatan Partai Liberal sebagai kekuatan politik yang dominan. Saat ia menjadi Pemimpin Partai Liberal satu dekade kemudian, ia tidak lagi mampu untuk memimpin Liberal mencapai kejayaan ataupun untuk menduduki kembali kursi Perdana Menteri. Lloyd George dikenal sebagai Perdana Menteri (1916-1922) yang menghantarkan Imperium Britania memasuki kancah Perang Dunia I dan meraih kemenangan atas Jerman dan sekutunya. Dia adalah tokoh utama yang berperan dalam Konferensi Perdamaian Paris pada tahun 1919 yang mengatur kembali perdamaian dunia setelah terjadinya Perang Besar. Lloyd George adalah seorang evangelis yang taat dan ikon liberalisme pada abad ke-20. Ia dianggap sebagai pendiri negara kesejahteraan dan telah menciptakan dampak yang lebih besar terhadap kehidupan publik di Britania Raya dibandingkan dengan pemimpin abad ke-20 lainnya.[2] Sebelum menjadi Perdana Menteri, Lloyd George berprofesi sebagai pengacara. Ia merupakan satu-satunya Perdana Menteri Britania Raya yang berasal dari Wales dan juga satu-satunya Perdana Menteri yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, setelah bahasa Wales.[3] Lloyd George terpilih sebagai Perdana Menteri Britania Raya terhebat ketiga dari abad ke-20 dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh 139 akademisi dari MORI, dan pada tahun 2002 ia dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang Britania terhebat setelah pemungutan suara di seluruh Britania Raya.[4][5] Referensi
Pranala luar
|