Pelabuhan Tanjung Perak
Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebuah pelabuhan yang terdapat di Surabaya, Jawa Timur. Secara administratif, pelabuhan Tanjung Perak termasuk ke dalam Kelurahan Tanjung Perak, Kecamatan Pabean Cantian, Kota Surabaya. Di pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas. Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok dan juga sebagai pusat perdagangan di wilayah Gerbangkertosusila serta Indonesia Timur. Pelabuhan Tanjung Perak menjadi kantor pusat Pelindo Regional III, Pelindo Terminal Petikemas, serta Pelindo Multi Terminal Branch Jamrud Nilam Mirah. Di sebelah timur pelabuhan ini terdapat Pelabuhan Ujung, yakni pelabuhan kapal feri dengan tujuan Pelabuhan Kamal. Asal usul nama Tanjung PerakJauh sebelum nama Tanjung Perak digunakan, pelabuhan ini mempunyai nama awal Hujung Galuh. Kata hujung (ujung) merujuk pada sebuah tumpukan endapan lumpur bawaan dari aliran sungai yang membentuk massa tanah seperti tanjung kecil di hilir Kali Mas. Sedangkan galuh merujuk pada perak/emas sebagai komoditas alat pertukaran utama para saudagar lokal dalam aktivitas perdagangan di masa lampau dengan saudagar antar pulau hingga internasional. Secara lengkap, hujung galuh bermakna sebagai sebuah tanjung yang digunakan sebagai tempat aktivitas perdagangan menggunakan alat tukar perak/emas. Nama Tanjung Perak sendiri pertama kali muncul pada peta buatan insinyur Belanda bernama Ir. W. de Jongth, yang diterbitkan tahun 1920 oleh Otoritas Pelabuhan Belanda dengan tulisan Tandjoeng Perak Boom.[4][5] Sejarah dan perkembanganTanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang potensial maka Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran Interinsulair Kawasan Timur Indonesia. Dahulu kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya di selat Madura untuk kemudian dengan tongkang dan perahu- perahu dibawa ke Jembatan Merah (pelabuhan pertama saat itu) yang berada di jantung kota Surabaya melalui sungai Kalimas. Karena perkembangan lalu lintas perdagangan dan peningkatan arus barang serta bertambahnya arus transportasi maka fasilitas dermaga di Jembatan Merah itu akhirnya tidak mencukupi. Kemudian pada tahun 1875 Ir. W. de Jongth menyusun rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan pelayanan kepada kapal-kapal samudera untuk membongkar dan memuat secara langsung tanpa melalui tongkang-tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi rencana ini kemudian ditolak karena biayanya sangat tinggi. Selama abad 19 tidak ada pembangunan fasilitas pelabuhan, padahal lalu lintas angkutan barang ke Jembatan Merah terus meningkat. Sementara rencana pembangunan pelabuhan yang disusun Ir. W. de Jongth dibiarkan telantar. Pada sepuluh tahun pertama abad ke-20 Ir. W.B. Van Goor membuat rencana yang lebih realistis yang menekankan suatu keharusan bagi kapal- kapal samudera untuk merapatkan kapalnya pada tambatan. Dua orang ahli didatangkan dari Belanda yaitu Prof. DR. Kraus dan G.J. de Jong untuk memberikan suatu saran mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak. Setelah tahun 1910, pembangunan fisik Pelabuhan Tanjung Perak dimulai, dan selama dilaksanakan pembangunan ternyata banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade/tambatan yang belum seluruhnya selesai itu. Dengan selesainya pembangunan kade/tambatan, kapal-kapal Samudera dapat melakukan bongkar muat di pelabuhan. Pelabuhan Kalimas selanjutnya berfungsi untuk melayani angkutan tradlslonal dan kapal-kapal layar, sementara pelabuhan yang terletak dl Jembatan Merah secara perlahan mulal ditinggalkan. Sejak saat itulah, Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting, tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh Kawasan Timur Indonesia. Untuk mendukung peranan itu pada tahun 1983 telah diselesaikan pembangunan terminal antar pulau yang kemudian diberi nama terminal Mirah. Untuk keperluan pelayanan penumpang kapal laut antar pulau juga dibangun terminal penumpang yang terletak di kawasan Jamrud bagian utara. Berdampingan dengan terminal penumpang antar pulau dibangun pula terminal kapal feri untuk pelayanan penumpang Surabaya-Madura yang beroperasi 24 jam penuh. Terminal feri itu kini dikenal dengan nama Pelabuhan Ujung. Seiring dengan berjalannya waktu pelabuhan Tanjung Perak telah pula membuktikan peranan strategisnya sebagai pintu gerbang laut nasional (Gateway Port). Untuk itu dipersiapkanlah pembangunan terminal petikemas bertaraf internasional yang pelaksanaan fisiknya akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1992. Terminal petikemas itu saat ini dikenal dengan nama Terminal Petikemas Surabaya. Fasilitas
Operator Pelayaran Umum
Daftar trayek pelayaran penumpang
Penghubung antarmodaPenumpang kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak dapat transit menggunakan angguna, angkutan kota, bus kota dan bus AKDP lintas Surabaya–Madura di Halte Ujung Baru. Lokasi halte tersebut terletak tepat di depan Pelabuhan Ujung. Halte ini bisa dijangkau dengan jalan kaki sejauh 350 m sebelah timur gedung terminal penumpang Gapura Surya Nusantara. Per 14 April 2021, Perum DAMRI mengoperasikan bus kota tujuan Terminal Purabaya dan Terminal Tambak Osowilangon dengan jadwal keberangkatan menyesuaikan dengan jadwal sandar kapal. Galeri
Referensi
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Port of Tanjung Perak. |