Orang Ewe

Ewe
Daerah dengan populasi signifikan
Ghana, Togo, Benin
Bahasa
Bahasa Ewe
Agama
Voodoo, Kristen, Islam

Orang Ewe (Ewe: Eʋeawó, har. "orang Ewe") adalah kelompok etnik yang tinggal di tenggara Ghana, di sebelah timur sungai Volta, di daerah yang kini dikenal sebagai Region Volta, di Togo selatan dan di Benin barat. Mereka berbicara bahasa Ewe (Eʋegbe), dan berkaitan dengan para penutur bahasa Gbe seperti Orang Fon dan Orang Aja Serta Orang Indonesia cuy.

Masyarakat dan budaya

Warna kuning menunjukkan daerah digunakannya bahasa Ewe

Orang Ewe pada dasarnya adalah msyarakat patrilineal; pendiri komunitas dijadikan sebagai pemimpin, dan baisanya digantikan oleh kerabatnya. Orang Ewe terbagi secara geografis di antara Ghana (Region Volta), Togo (selatan) dan bagiab barat Benin. Wilayah ini dijajah oleh Jerman dan awalnya disebut Togoland. Setelah Jerman kalah pada Perang Dunia I, tanah orang Ewe dibagi pada Prancis dan Inggris.

Pada masa modern, pemimpin biasanya dipilih melalui konsensus dan mendapat nasihat dari para sesepuh. Ada sejumlah panduan mengenai tata cara berperilaku sebagai pemimpin. Seorang pemimpin harus selalu menutup kepala mereka di depan umum, dan tidak boleh terlihat sedang minum. Masyarakat memandang pemimpin sebagai penghubung dunia sehari-hari dengan dunia para leluhur. Pemimpin harus punya pikiran yang jelas. menurut tradisi, pemimpin tidak boleh melihat wajah mayat meskipun diperbolehkan menghadiri pemakaman.

Kente, pakaian tradisional orang Ewe

Menurut tradisi, pemimpin duduk di bangku hitam. Sebuah bangku putih disediakan untuk pemimpin 'kehormatan', yaitu orang yang menjadi 'pemimpin' karena kontribusinya pada desa. Beberapa ritual tak boleh dilaksanankan oleh pemimpin kehormatan, dan harus dihadiri oleh pemimpin sebenarnya.

Penuangan persembahan merupakan ritual penting dalam masyarakat Ewe. Pada umumnya, hanya pemimpin yang boleh menuangkan persembahan, namun kadang-kadang, di sebuah durbar, ahli bahasa juga melakukan peran itu. Persembahan dutuangkan tiga kali, untuk menghormati laluhur, kehidupan, dan sang pemberi persembahan itu sendiri.

Suku Ewe seperti juga suku-suku tetangga mereka, Akan, memakai Kente sebagai kain tradisional mereka. Gaya memakai Kete mirip dengan orang Akan seperti kaum Ashantis dan Akyem. Orang Ewe memiliki sejarah panjang dalam hal menenun kain 'Kete`, terutama di Kpetoe (sebuah kota di wilayah Volta di Ghana).

Nama (Ŋkɔwo)

Orang Ewe (Eʋeawo) memberi nama untuk menggambarkan spiritualitas orang tuanya, atau keadaan ketika sang bayi dilahirkan. Kebanyakan nama-namanya uniseksual, beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

  • Akpenε = Terima kasih padamu
  • Dzigbɔɖi = Kesabaran
  • Eɖem = Dia menyelamatkanku
  • Elinam = Dia bersamaku
  • Fafa = Kedamaian
  • Gameli = Ada waktu untuk apapun
  • Kafui = Terpujilah Dia
  • Mawuli = Tuhan ada
  • Etornam = Dia menjawab doaku
  • Eyram = Dia memberkatiku

Orang Ewe juga sering memberi nama pertama pada seorang anak dengan nama hari ketika dia dilahirkan. Hal in menunjukkan kemiripan dengan Orang Akan seperti juga Akwamu. Versi orang Ewe adalah sebagai berikut:

  • Dzoɖagbe (Senin): Kɔdzo, Kwadzo (Lelaki/Ŋutsu); Adzo, Adzoa (Perempuan/Nyɔnu)
  • Braɖagbe (Selasa): Kɔmla, Kobla (Lelaki/Ŋutsu); Abra, Abla (Perempuan/Nyɔnu)
  • Kuɖagbe (Rabu): Kɔku, Kwaku (Lelaki/Ŋutsu); Aku, Akua (Perempuan/Nyɔnu)
  • Yawoɖagbe (Kamis): Yawo (Lelaki/Ŋutsu); Yawa (Perempuan/Nyɔnu)
  • Fiɖagbe (Jumat): Kofi (Lelaki/Ŋutsu); Afua, Afi (Perempuan/Nyɔnu)
  • Memleɖagbe / Memliɖagbe (Sabtu): Kɔmi,Kwami (Lelaki/Ŋutsu); Ami, Ama (Perempuan/Nyɔnu)
  • Kɔsiɖagbe / Kwasiɖagbe (Minggu): Kɔsi, Kwasi (Lelaki,Ŋutsu); Akɔsia, Akɔsua (Perempuan/Nyɔnu)

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya