Mehmed I
Mehmed I Çelebi (Turki Otoman: چلبی محمد; Bursa, 1389 - Edirne, 26 Mei 1421) adalah Sultan Utsmaniyah yang berkuasa antara tahun 1413-1421. Dia menjadi sultan tunggal Negara Utsmani setelah mengalahkan saudara-saudaranya dalam perebutan takhta selama sebelas tahun sepeninggalnya ditawannya ayah mereka, Sultan Bayezid I oleh Timur Lenk. Atas capaiannya, Mehmed kerap dijuluki sebagai pendiri kedua Utsmaniyah. Kehidupan awalMehmed lahir sekitar tahun 1386 sampai 1387 dan merupakan anak keempat dari Sultan Bayezid I. Tradisi Utsmani mewajibkan putra-putra sultan yang sudah menginjak dewasa untuk dikirim ke salah satu provinsi untuk belajar memerintah. Mehmed dikirim ke Eyalet Rum. Pada Pertempuran Ankara tahun 1402, pasukan Utsmani kalah melawan Timur Lenk dan Bayezid I bersama salah satu putranya, Mustafa, menjadi tawanan pihak lawan. Meski begitu, Mehmed dan saudaranya yang lain berhasil diselamatkan dari medan pertempuran. Mehmed diselamatkan oleh Bayezid Pasya yang kemudian membawa sang pangeran ke kampung halamannya di Amasya. Tidak ada peraturan resmi mengenai sistem pewarisan takhta di Utsmani masa awal. Berdasar tradisi bangsa Turki, setiap putra memiliki hak untuk menjadi pewaris ayahnya. Saudara tertua Mehmed, Ertuğrul, telah meninggal pada 1400, sedangkan saudaranya yang lain, Mustafa, ditangkap oleh Timur Lenk. Empat putra Bayezid yang tersisa, Mehmed, Süleyman, İsa, dan Musa saling bersaing untuk menguasai wilayah Utsmani yang tersisa dan Utsmani memasuki masa kekosongan.[1] Dalam penulisan sejarah modern, Mehmed dan saudara-saudaranya biasanya disapa dengan gelar "Çelebi" di belakang nama mereka. Gelar ini awalnya digunakan untuk mengindikasikan jati diri kebangsawanan, tetapi seiring berjalannya waktu, gelar ini dapat digunakan untuk semua laki-laki yang dipandang terhormat secara umum. PemerintahanMasa kekosongan Utsmani berakhir setelah Mehmed menjadi sultan tunggal dari Negara Utsmani pada tahun 1413 setelah mengalahkan saudara-saudaranya. Mehmed menyatakan dirinya sebagai sultan di Edirne, wilayah Utsmani yang berada di Eropa. Ia memulihkan negara, memindahkan ibu kota dari Bursa ke Edirne, dan menaklukkan sebagian Albania, Keamiran Candaroğlu, dan Armenia Kilikia dari Bani Mamluk. Dia kemudian juga mengangkat Bayezid Pasya sebagai wazir agung (perdana menteri). Mempertimbangkan sejumlah pencapaiannya, Mehmed banyak dijuluki sebagai "pendiri kedua" Kesultanan Utsmaniyah. Segera setelah masa kekuasaan Mehmed dimulai, saudaranya yang awalnya ditawan Timur Lenk dan bersembunyi pada masa kekosongan, Mustafa, meminta Mehmed untuk berbagi kekuasaan dengannya. Mehmed menolak dan terjadilah pertempuran di antara kedua belah pihak yang dengan mudah dimenangkan oleh Mehmed. Mustafa melarikan diri ke Thessaloniki (Salonika), salah satu kota Romawi Timur. Namun, setelah dilakukan perjanjian dengan Mehmed, Manouel II Palaiologos yang merupakan Kaisar Romawi Timur saat itu kemudian mengasingkan Mustafa di pulau Lemnos. Ancaman pemberontakan juga muncul dari keponakannya, Orhan, yang diduga didukung oleh Kaisar Manouel II. Mehmed membongkar rencana Orhan dan menghukumnya dengan membutakan matanya seperti adat Romawi. Setelah Pertempuran Ankara dan perang saudara pada masa kekosongan, masyarakat menjadi trauma. Di saat seperti itu, muncul gerakan sosial keagamaan berpengaruh yang dipimpin seorang sufi bernama Syaikh Bedreddin. Dia lahir dari ayah Muslim dan ibu Kristen. Di masa kekuasaan saudara Mehmed, Musa, Bedreddin diangkat menjadi qadi atau hakim. Dia mempromosikan penghilangan perbedaan status antara yang kaya dan miskin, begitu juga perbedaan antara kepercayaan-kepercayaan monoteisme.[2] Bedreddin sendiri menyatakan dirinya sebagai keturunan keluarga Kesultanan Seljuk dan bahkan juga sebagai Imam Mahdi.[3] Gerakan Bedreddin mulai melakukan pemberontakan pada 1416. Setelah perlawanan selama empat tahun, pasukan yang dipimpin Bayezid Pasya berhasil mengalahkannya dan Bedreddin dipenggal di pasar dan jasadnya digantung di Serres.[2] MangkatPemerintahan Mehmed I sebagai sultan di negeri yang dipersatukan kembali hanya berlangsung selama 8 tahun. Namun, ia menjadi pangeran independen selama masa 11 tahun sebelumnya yang berlalu antara ditawannya ayahandanya di Angora (kini Ankara) dan kemenangan terakhirnya atas saudaranya Musa Çelebi di Chamurli. Ia dimakamkan di sebuah mausoleum di Bursa yang didirikannya sendiri dekat masjid terkenal yang dibangunnya di sana, yang karena dekorasi porselen hijaunya, dikenal sebagai Masjid Hijau. Mehmed I juga menyelesaikan pembangunan masjid lain di Bursa, yang telah dibangun sejak masa kakendanya Murad I namun diabaikan selama pemerintahan Bayezid. Di lingkungan masjid dan mausoleumnya sendiri, Mehmed juga mendirikan dua lembaga lain: sekolah dan tempat perjamuan bagi orang miskin. Kedua lembaga itu dibiayai oleh negara. KeluargaOrang tuaAyah – Sultan Bayezid I yang dijuliki Yıldırım (Sang Kilat). Bayezid berkuasa pada 16 Juni 1389 sampai kekalahannya pada Pertempuran Ankara pada 20 Juli 1402. Ibu – Devlet Valide Hatun dan terdapat perbedaan pendapat mengenai asal-usulnya. Sebagian menyatakan bahwa Devlet adalah selir yang lahir dari keluarga non-Turki dan non-Muslim.[4] Sebagian lain menyatakan bahwa Devlet adalah orang yang sama dengan Devletşah (ejaan Indonesia: Devletsyah), anak perempuan dari Süleyman Şah yang merupakan adipati Germiyan dan Mutahhara Abide yang merupakan cucu Jalaluddin Rumi. Pasangan
Putra
Putri
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Mehmed I.
|