Manjū
Manjū (饅頭 , まんじゅう) adalah sejenis penganan manis tradisional Jepang yang dikukus, dibuat dalam berbagai bentuk dan menggabungkan berbagai bahan dan rasa yang berbeda. Biasanya, ada dua bagian utama manjū, kulit luarnya, terbuat dari tepung gandum atau beras yang diuleni, dan selai yang lembut yang tersembunyi di dalam lapisan luar yang kenyal. Jenis manjū yang paling umum adalah dibuat dengan tepung terigu dan diisi dengan selai kacang merah, yang populer disebut anko atau tsubuan.[1] Manjū merupakan sejenis wagashi, istilah yang mengacu pada penganan manis tradisional Jepang.[2] Asal-usulManjū merupakan salah satu penganan tertua di Jepang setelah kue moci. Setelah tahun 630 M, kue dan pengangan penutup di Jepang mulai dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok, melalui utusan Jepang yang dikirim ke Tiongkok.[3] Manjū memiliki sejarah panjang di Jepang karena telah lama ada sejak pertama kali tiba dari Tiongkok pada tahun 1341.[4] Diyakini bahwa manju tiba di Jepang pada abad keempatbelas, melalui rombongan yang kembali dari Tiongkok. Nama dan resepnya memang berasal dari "mantou" Tiongkok, sejenis roti gulung kukus yang tidak berisi atau diisi daging. Di Jepang, karena agama Buddha melarang konsumsi daging pada waktu itu, sebagian besar manjū adalah jenis vegetaris.[2] Aksara kanji untuk "mantou" (饅頭 ) dibaca sebagai "manjū" dalam bahasa Jepang.[5] DeskripsiManjū berbeda dari kue moci atau kue beras yang populer, yang terkadang juga diisi dengan isian kacang merah manis, karena manjū terbuat dari terigu, beras, atau jenis tepung lainnya dan memiliki konsistensi seperti kue dibandingkan dengan kue beras moci yang kenyal dan lengket yang terbuat dari tepung ketan.[6] Isian manjū tradisional terdiri dari isian kacang merah manis, yang dikenal sebagai anko (juga disebut sebagai tsubuan) untuk selai kacang merah dengan tekstur kasar, atau koshian, untuk selai kacang merah dengan tekstur halus. Namun, isian manjū tidak terbatas pada selai kacang merah manis dan mungkin termasuk isian yang terbuat dari krim, seperti vanila, cokelat, atau bahkan krim dengan rasa seperti stroberi, mangga, bluberi, atau yuzu. Isian lainnya mungkin termasuk isian yang terbuat dari selai kastanya manis atau kacang putih.[6] Sejak manjū diperkenalkan ke Jepang, manjū telah menjadi salah satu kudapan manis paling populer yang tampaknya tidak cukup bagi orang Jepang dan turis. Manjū telah menjadi favorit selama lebih dari 700 tahun, bahkan sampai sekarang dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Manjū, seperti halnya kue moci, sering disiapkan selama festival perayaan. Meskipun kue moci biasanya dibuat pada musim perayaan tertentu, manjū kini merupakan penganan yang cukup umum di Jepang. Di Jepang saat ini, manjū bisa diperoleh dari toko wagashi atau dari pedagang kaki lima.[7] Jenis manjūSecara singkat, terdapat dua jenis utama manjū, yakni manjū panggang (焼き饅頭 ) dan manjū kukus (蒸し饅頭 ). Belum lagi beragam daerah yang tidak ada habisnya dengan berbagai bentuk, ukuran, dan isian dengan sentuhan daerahnya masing-masing.[5] Manjū kukus adalah jenis manjū yang dibuat melalui proses pengukusan. Biasanya, lapisan luar yang terdiri dari beberapa bahan seperti tepung, telur, susu, dan gula dicampur untuk membuat adonan. Setelah proses ini, isian ditambahkan sebelum dikukus untuk membuat manjū yang sempurna. Manjū kukus adalah jenis manjū paling populer di Jepang.[7] Manjū panggang mungkin merupakan cara paling umum untuk membuat manjū kreasi sendiri di rumah, yang memberi rasa kukis yang renyah pada penganan ini. Alih-alih memasukkan manjū ke dalam wajan untuk dikukus, manjū dimasukkan ke dalam loyang oven yang dilumuri minyak dan dipanggang di dalam oven.[7] Variasi manjūPada zaman modern ini, manjū dapat ditemukan dalam banyak variasi, yang diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan variasi adonannya, termasuk 8 variasi utama berikut ini:[8]
Dari sekian banyaknya variasi manjū yang ada, Momiji Manjū diakui sebagai manjū paling terkenal di Jepang, yakni manjū yang berbentuk daun maple dengan isian selai kacang merah. Manjū ini pertama kali dibuat oleh Takatsu Tsunesuke, seorang pembuat wagashi yang terkenal, pada akhir periode Meiji sekitar tahun 1862-1912.[3] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|