Malifut, Halmahera Utara
DemografiPenduduk kabupaten Halmahera Utara, pada umumnya merupakan etnis atau suku Tobelo. Sementara suku bangsa yang ada di Malifut mayoritas adalah suku Makian, kemudian suku Pagu, Malifut. Ada juga suku lainnya seperti Ternate, Sangir, Ambon, Jawa, Modole, dan suku asal Maluku lainnya. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Melayu Ternate, bahasa Pago dan bahasa Seram Barat.[2] Warga Makian merupakan transmigrasi lokal sejak tahun 1975 karena adanya ancaman letusan gunung Kie Besi yang diprediksi akan meletus pada tahun itu oleh pemerintah pusat. Sehingga perpindahan masyarakat suku Makian ke daratan Halmahera ini dilakukan dan memindahkan seluruh perangkat pemerintahan. Tetapi letusan yang diprediksi tidak terjadi pada tahun itu melainkan 13 tahun kemudian, tepatnya tahun 1988. Akibat letusan, gunung Kie Besi terbelah menjadi dua bagian. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, mencatat bahwa mayoritas penduduk kecamatan Malifut memeluk agama Islam. Persentasi penduduk berdasarkan agama yang dianut ialah Islam sebanyak 73,80%, kemudian Kristen sebanyak dengan dominan Protestan sebanyak 23,05% dan selebihnya Katolik sebanyak 0,81%. Kemudian Buddha 0,01%, Konghucu 0,01% dan lainnya 2,33%.[4] Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 18 bangunan masjid, 6 bangunan gereja Protestan dan 1 bangunan mushola.[2] Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Malifut. |