LVMH
LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton (pengucapan bahasa Prancis: [moɛt‿ɛnɛsi lwi vɥitɔ̃]),[1] atau biasa disebut LVMH, adalah sebuah perusahaan multinasional dan konglomerat yang fokus pada barang mewah dan berkantor pusat di Paris, Prancis.[3] Perusahaan ini dibentuk pada tahun 1987 melalui penggabungan rumah mode Louis Vuitton (didirikan pada tahun 1854) dengan Moët Hennessy, yang dibentuk melalui penggabungan antara produsen sampanye, Moët & Chandon dan produsen konyak, Hennessy.[4][5][6] LVMH mengendalikan sekitar 60 anak usaha yang masing-masing mengelola sejumlah merek bergengsi, yang jika ditotal berjumlah 75 merek. Anak usahanya kerap dikelola secara terpisah, di bawah naungan enam cabang, yakni Grup Mode, Anggur dan Minuman Keras, Parfum dan Kosmetik, Jam Tangan dan Perhiasan, Distribusi Selektif, dan Aktivitas Lain. Merek tertua yang dimiliki oleh LVMH adalah produsen anggur Château d'Yquem, yang memulai sejarahnya sejak tahun 1593.[7] SejarahPada dekade 1990-an, Bernard Arnault memiliki ide untuk membentuk sebuah grup yang berisi merek-merek mewah.[8] The Dapifer memberitakan bahwa LVMH akan memiliki bisnis haute couture, barang kulit hewan, pakaian siap pakai, dan alas kaki dari Christian Dior.[9] Pada bulan Januari 2018, LVMH mengumumkan penjualan sebesar 42,6 milyar Euro pada tahun 2017, meningkat sebesar 13% dari tahun sebelumnya, berkat performa kuat dari semua divisi. Pada tahun yang sama, laba bersihnya meningkat sebesar 29%.[10] Salah satu pendiri LVMH, Alain Chevalier meninggal pada tanggal 1 November 2018 di usia 87 tahun.[11] Integrasi yang sukses dilakukan oleh Arnault terhadap berbagai merek aspirasional terkenal ke dalam satu grup pun menginspirasi produsen barang mewah lain untuk melakukan hal yang sama. Seperti Kering asal Prancis dan Richemont asal Swiss yang juga mengembangkan portofolio merek mewah. Perusahaan ini merupakan salah satu komponen dari indeks pasar saham Euro Stoxx 50.[12] Pada bulan November 2019, LVMH berencana mengakuisisi Tiffany & Co. dengan harga sekitar US$16,2 milyar. Akuisisi tersebut diharapkan dapat selesai pada bulan Juni 2020.[13] Hingga tahun 2019, Tiffany mengoperasikan 321 gerai di seluruh dunia, dengan penjualan bersih mencapai US$4,44 milyar.[14] dan pendapatan bersih sebesar $586 juta. Wilayah kerja Tiffany dibagi menjadi Amerika, Asia Pasifik, Jepang, Eropa, dan Uni Emirat Arab.[15][16] Pada bulan September 2020, LVMH mengisyaratkan bahwa akuisisi terhadap Tiffany & Co. dibatalkan, dan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya "tidak sah", akibat cara Tiffany menangani bisnisnya selama pandemi COVID-19.[17] Sebagai hasilnya, Tiffany pun menuntut LVMH, dan meminta pengadilan untuk memaksa akuisisi tersebut berlanjut atau menetapkan ganti rugi akibat batalnya akusisi tersebut. LVMH berencana melawan tuntutan tersebut dengan argumen bahwa mismanajemen Tiffany & Co. menyebabkan perjanjian akuisisi yang telah dibuat sebelumnya menjadi tidak sah.[18] Pada pertengahan bulan September 2020, sebuah sumber terpercaya memberitahu Forbes bahwa alasan Arnault untuk membatalkan akuisisi terhadap Tiffany adalah murni karena alasan keuangan, yakni bahwa Tiffany tetap membagikan dividen sebesar jutaan dolar kepada para pemegang sahamnya walaupun mereka mencatatkan kerugian sebesar US$32 juta akibat adanya pandemi. Sekitar US$70 juta telah dibagikan oleh Tiffany, dan rencananya US$70 juta lagi akan dibagikan pada bulan November 2020.[19] LVMH kemudian mengajukan balasan terhadap tuntutan yang diajukan oleh Tiffany. LMVH menyalahkan mismanajemen Tiffany selama pandemi dan mengklaim bahwa Tiffany 'membakar uang dan mencatatkan kerugian'".[20] Namun pada akhir bulan Oktober 2020, Tiffany dan LVMH akhirnya setuju untuk tetap melanjutkan perjanjian akuisisi awal, walaupun dengan harga yang lebih rendah, yakni hampir $16 milyar, turun 2,6% dari harga sebelumnya. Harga yang harus dibayar oleh LVMH per lembar saham Tiffany pun turun dari $135 menjadi $131,50.[21] LVMH memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Prancis, dan kini di zona Euro, yakni sebesar 203 milyar euro ($220 milyar) pada tanggal 17 Januari 2020, menurut Bloomberg News. Disebutkan pula bahwa "kekayaan pribadi Arnault mencapai hampir separuh dari jumlah tersebut".[22] Struktur perusahaanLVMH berkantor pusat di 8th arrondissement of Paris, Prancis.[4] Perusahaan ini melantai di bursa saham Euronext Paris,[23] dan merupakan salah satu komponen dari indeks CAC 40. Hingga tahun 2010, grup ini mencatatkan pendapatan sebesar €20,3 milyar dengan laba bersih lebih dari €3 milyar.[24] Hingga tanggal 29 Februari 2016, total nilai saham LVMH mencapai 78.126 juta euro, yang dibagi menjadi 506.980.299 lembar saham. Pada tahun 2013, dengan pendapatan sebesar $21,7 milyar, LVMH pun menjadi produsen barang mewah nomor satu di dunia, berdasarkan laporan "Global Powers of Luxury Goods" yang disusun oleh Deloitte.[25] LVMH saat ini mempekerjakan lebih dari 83.000 orang.[24] Sebanyak 30% pegawai LVMH bekerja di Prancis. LVMH mengoperasikan lebih dari 2.400 gerai di seluruh dunia.[26] Rencana bisnis LVMH saat ini adalah mengendalikan mereknya secara ketat untuk menjaga dan meningkatkan persepsi kemewahan dari semua produknya. Contohnya, produk Louis Vuitton hanya dijual melalui butik Louis Vuitton yang ada di kota-kota besar atau di toko barang mewah lain (seperti Harrods di London). Pemegang sahamPada akhir tahun 2017, pemegang saham besar LVMH yang diumumkan hanyalah Arnault Family Group, perusahaan induk milik Bernard Arnault. Arnault Family Group memegang 46,84% saham dan 63,13% hak suara di LVMH.[27] LVMH memegang 66% saham divisi minuman, yakni Moët Hennessy, sementara sisanya dipegang oleh Diageo.[28] Christian Dior SE merupakan perusahaan induk utama dari LVMH, dengan memegang 40,9% saham dan 59,01% hak suara.[29] Bernard Arnault merupakan Chairman dan CEO dari kedua perusahaan tersebut.[30] Anak perusahaanBerikut ini sejumlah merek dan anak usaha LVMH yang paling terkenal:[26][31][32]
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Moët Hennessy Louis Vuitton. |