Kesetiakawanan mekanis dan organik
Dalam sosiologi, kesetiakawanan mekanis dan kesetiakawanan organik[1] adalah dua jenis kesetiakawanan sosial yang dirumuskan oleh Émile Durkheim, diperkenalkan dalam Division of Labor in Society (1893) sebagai bagian dari teorinya tentang perkembangan masyarakat. Menurut Durkheim, tipe kesetiakawanan akan berkorelasi dengan tipe masyarakat, baik masyarakat mekanis maupun organis. Kedua jenis kesetiakawanan tersebut dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologis dan demografis, jenis norma yang ada, serta intensitas dan inti dari kesadaran bersama.[2] Dalam masyarakat yang menunjukkan kesetiakawanan mekanis, kohesi dan integrasinya berasal dari homogenitas individu—orang merasa terhubung melalui pekerjaan serupa; pendidikan dan pelatihan keagamaan; dan gaya hidup. Kesetiakawanan mekanis biasanya beroperasi dalam masyarakat tradisional dan skala kecil (misalnya suku).[2] Dalam masyarakat yang lebih sederhana ini, kesetiakawanan biasanya didasarkan pada ikatan kekerabatan jaringan keluarga. Kesetiakawanan organik adalah kohesi sosial berdasarkan saling ketergantungan yang muncul antara orang-orang dari spesialisasi pekerjaan dan saling melengkapi sebagai hasil dari masyarakat yang lebih maju (yaitu modern dan industri).[2] Meskipun individu melakukan tugas yang berbeda dan sering memiliki nilai dan kepentingan yang berbeda, tatanan dan kesetiakawanan masyarakat sangat bergantung pada ketergantungan mereka satu sama lain untuk melakukan tugas tertentu mereka. Dengan demikian, kesetiakawanan sosial dipertahankan dalam masyarakat yang lebih kompleks melalui saling ketergantungan bagian-bagian komponennya. Petani, misalnya, menghasilkan makanan yang memberi makan para pekerja pabrik yang memproduksi traktor yang memungkinkan petani memproduksi makanan. Ciri-ciri
Referensi
|