Kesengsaraan Yesus
Kisah Sengsara dalam Kekristenan adalah periode akhir pendek dalam kehidupan Yesus yang menyoroti masa pada sejak kunjungan terakhir-Nya ke Yerusalem dalam periode Minggu Sengsara dan perjalanan-Nya menuju penyaliban-Nya di atas Gunung Kalvari, yang didefinisikan sebagai peristiwa klimaktik utama pada doktrin "Sejarah Keselamatan" Kristen. Peristiwa tersebut dimulai dengan pertanda yang didapatkan Bunda Maria, disusul dengan Yesus dielu-elukan di Yerusalem dan pengadaan Ekaristi-Nya pada Perjamuan Terakhir, kepergian-Nya ke Taman Getsemani disusul dengan penangkapan-Nya oleh para imam Sanhedrin dan dibawa ke pengadilan Pontius Pilatus. Bagian-bagian dari empat Injil menceritakan tentang peristiwa tersebut, beserta Injil Petrus non-kanonikal, yang dikenal sebagai "naratif Kisah Sengsara". Dalam kalender liturgi Gereja Katolik Roma, kisah sengsara dirayakan dalam Minggu Kudus, dimulai pada Jumat Kesedihan, Minggu Palma dan berpuncak pada kematian-Nya pada Jumat Agung. Catatan AlkitabKisah Kesengsaraan Yesus dicatat dalam empat Kitab Injil kanonik, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Tiga kitab Injil yakni Matius, Markus, dan Lukas, dikenal sebagai Injil Sinoptik, memuat catatan yang mirip, sedangkan Injil Yohanes memuat catatan yang agak berbeda, tetapi keempatnya saling melengkapi. Enam hari sebelum Paskah Yesus tiba di Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.[1] Paskah dirayakan pada malam hari menjelang tanggal 15 Nisan sesuai perintah Tuhan kepada Musa dalam Kitab Keluaran pasal 12. Jadi 6 hari sebelumnya jatuh pada tanggal 9 Nisan (Abib). Pada malam harinya (10 Nisan malam[2]), di Betania diadakan perjamuan untuk Yesus yang dilayani oleh Marta, seorang sahabat dekatnya.[3] Perjamuan itu diadakan di rumah Simon si kusta.[4] Salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus yang pernah dibangkitkan dari kematian.[5] Ketika perjamuan berlangsung, Maria, saudara Marta dan Lazarus, mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.[6][7] Sumber: Matius 21:1–11, Markus 11:1–10, Lukas 19:28–44, Yohanes 12:12–19
Ketika hari sudah hampir malam, Yesus keluar dari Yerusalem dan berangkat ke Betania untuk bermalam di sana bersama dengan kedua belas murid-Nya.[13] Sumber: Matius 21:18–19a; Markus 11:12–14
Sumber: Matius 21:12–17; Markus 11:15–19; Lukas 19:45–48
Ketika hari sudah hampir malam, Ia meninggalkan Yerusalem dan pergi ke luar kota ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya dan bermalam di situ.[18] Pertanyaan-pertanyaan dan pengajaran di Bait Allah
Sumber: Matius 21:19–22; Markus 11:20–26
Kecaman terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
Ke luar dari Bait AllahSesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi ke luar kota Yerusalem. Maka datanglah murid-murid-Nya berbicara dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah serta mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan. Seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Aku berkata kepadamu, apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."[37] Setelah pada siang hari (12 Nisan siang) Yesus mengajar di Bait Allah, pada malam hari (13 Nisan malam) Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.[38] Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, berhadapan dengan Bait Allah, datanglah murid-murid-Nya—Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas—bertanya dan bercakap-cakap sendirian kepada-Nya: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia? Apakah tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya."[39]
Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan."[49] Pengajaran terakhir di Bait AllahDicatat dalam Injil Lukas (Lukas 21:38) bahwa pada hari di mana hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi, yaitu tanggal 15 Nisan/Abib, pagi-pagi itu (13 Nisan pagi) semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.[50] Ini merupakan terakhir kalinya Yesus mengajar di Bait Allah. Dalam Injil Yohanes mencatat bahwa di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya:
Maka terdengarlah suara dari sorga:
Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." Jawab Yesus:
Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" Kata Yesus kepada mereka:
Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.[51] Rencana untuk membunuh YesusPada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas. Imam-imam kepala dan ahli-ahli itu Taurat mencari jalan dan merundingkan suatu rencana untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."[52] Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya. Mereka membayar 30 uang perak kepadanya. Yudas Iskariot menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.[53] Injil Matius dan Markus menghubungkan pengkhianatan Yudas ini dengan ketidaksenangannya atas teguran Yesus, sewaktu murid-murid mengecam Maria yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang mahal.[7] Injil Yohanes mencatat bahwa peristiwa pengurapan ini terjadi pada tanggal 10 Nisan/Abib malam (jadi, 3 hari sebelumnya) di rumah Simon si kusta di Betania.[54] Maka tibalah hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah, sebelum hari raya Paskah mulai. Datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.[55] Setelah hari malam (14 Nisan malam), Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.[56] Ketika itu Yesus membasuh kaki para murid-Nya, menetapkan Perjamuan Kudus, menyuruh Yudas pergi dan memberikan Amanat Perpisahan.[57] Yesus ditangkapSaat menyampaikan Amanat Perpisahan, Yesus dan murid-murid-Nya menyanyikan nyanyian pujian, kemudian pergi ke Bukit Zaitun, sementara terus memberikan pengajaran.[58][59] Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.[60] Tempat itu bernama Getsemani dan di sana Yesus berdoa.[61] Yudas Iskariot datang ke sana dengan serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, yang disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua,dan mengkhianati Yesus dengan ciuman.[62] Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.[63] Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar.[64] Setelah menanyai sambil menyiksa, maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.[65][66] Pada waktu itulah di halaman kediaman Imam Besar, Simon Petrus menyangkali Yesus tiga kali dan semua penyangkalan ini dicatat dalam keempat Injil, masing-masing dalam versi yang khas.[67] Setelah hari mulai terang (fajar menyingsing; 14 Nisan pagi) berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka (Sanhedrin) dan sudah bulat mupakatnya mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu, mereka membelenggu Yesus, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pontius Pilatus, wali negeri Provinsi Iudaea, karena mereka tidak diperbolehkan membunuh seseorang tanpa melalui pengadilan Romawi.[68] Penyesalan YudasMenurut Injil Matius (Matius 27:3–10), pada waktu Yudas, yang menyerahkan Yesus, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu Yudas mengembalikan uang yang 30 perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah." Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut "Tanah Tukang Periuk" untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut "Tanah Darah". Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."[69] Injil Yohanes mencatat bahwa mereka membawa Yesus dari rumah Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah (yaitu pada tanggal 15 Nisan petang hari itu juga). Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati, yaitu bukan dirajam dengan batu sebagaimana adat Yahudi, melainkan disalibkan sesuai hukum Romawi.[70] Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran. Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini."[71] Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini." Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.[72] Herodes sangat girang melihat Yesus, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.[73] Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."[74] Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.[75] Yesus diolok-olokSetelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu daripada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.[76] Yesus berjalan ke Golgota sambil memikul salibKemudian para serdadu Romawi menggiring Yesus, disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan, keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari luar kota bernama Simon. Markus mengenal orang ini sebagai ayah Aleksander dan Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.[77] Yesus disalibkanSumber: Matius 27:45; Markus 15:25, 33; Lukas 23:44; Yohanes 20:25 Kematian Yesus terjadi setelah jam 3 sore dan sebelum jam 6 malam. Pada saat yang sama (14 Nisan sore), domba Paskah disembelih di Bait Suci. Ketika Yesus mati, Injil mencatat bahwa tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah,[81] dan terjadilah gempa bumi.[82] Datanglah prajurit-prajurit untuk mematahkan kaki orang-orang yang disalib, supaya cepat mati dan mayat-mayat dapat diturunkan. Hal ini atas permintaan orang-orang Yahudi kepada Pilatus, berhubung hari itu hari persiapan sebelum Paskah Yahudi. Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.[83] Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Majelis Besar (Sanhedrin) yang terkemuka, kaya,[84] dan sembunyi-sembunyi menjadi murid Yesus,[85] mengambil inisiatif meminta Gubernur Pontius Pilatus untuk menyerahkan mayat Yesus kepadanya supaya dikuburkan. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf.[86] Setelah mendapat izin dari Pilatus, Yusuf pergi memberi kain lenan yang putih bersih, kemudian menurunkan mayat Yesus dari kayu salib.[87] Juga Nikodemus, datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus.[88] Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.[89] Yusuf dan Nikodemus mengapani mayat Yesus dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.[90] Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang, milik Yusuf dari Arimatea, yang digalinya di dalam bukit batu[91] Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi dan sabat hampir mulai, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ[92] Kemudian digulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu.[93] Maka setelah pintu kubur ditutup, orang-orang segera pergi untuk mengikuti aturan hukum sabat, yaitu tidak boleh bekerja lagi atau berjalan jauh, dan terutama mereka juga mempersiapkan diri makan malam untuk merayakan Paskah Yahudi. Paskah YahudiPagi harinya sesudah hari persiapan, yaitu Hari Pertama Perayaan Roti Tidak Beragi (15 Nisan pagi), datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah 3 hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ke-3; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama."[94] Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Tiga hari ini berarti tanggal 15-17 Nisan penanggalan Romawi yang berakhir pada tanggal 17 malam (menjelang tanggal 18 pagi). Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.[95] Yesus di dalam kuburSetelah lewat hari Sabat Agung (hari Paskah Yahudi),[96] Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah dan minyak mur untuk nantinya dibawa pergi ke kubur guna meminyaki Yesus.[97] Pada hari Sabat[98] orang-orang beristirahat menurut hukum Taurat.[99] Pada malam itu (18 Nisan malam) terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga kubur itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.[100] Setelah hari-hari Sabat (bahasa Yunani asli dalam bentuk jamak) lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu (Hari Minggu; 18 Nisan pagi), pagi-pagi benar, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain (menurut Markus, Maria ibu Yakobus), menengok kubur itu.[101] Injil Yohanes mencatat bahwa Maria Magdalena berangkat terlebih dahulu ketika hari masih gelap,[102] sedangkan yang lain, menurut Injil Markus, berangkat setelah matahari terbit.[103] Yesus menampakkan diri
Catatan di luar AlkitabAda pula catatan-catatan mengenai Kisah Kesengsaraan dalam tulisan-tulisan kuno, tetapi tidak dianggap sebagai bagian kanon Alkitab.
Suatu catatan ditemukan dalam Injil Petrus yang dalam keadaan terfragmentasi, dan diketahui namanya dari rujukan kuno, di mana satu fragmen ditemukan di Kairo pada tahun 1884. Naratif dimulai dari pencucian tangan oleh Pilatus, sebagaimana dalam Injil Matius, tetapi orang Yahudi dan Herodes menolak melakukannya. Yusuf dari Arimatea, sebelum penyaliban Yesus, sudah meminta tubuh-Nya, dan Herodes mengatakan akan menurunkan jenazah itu supaya memenuhi adat Yahudi yang tidak membiarkan mayat tergantung di atas "pohon" (atau tiang) semalaman. Herodes kemudian menyerahkan Yesus kepada orang-orang yang menyeret-Nya, mengenakan jubah ungu, memahkotai dengan mahkota duri, memukuli dan mencambuki-Nya. Ada pula dua penjahat yang disalibkan di kedua sisi-Nya, seperti dalam Injil Lukas. Salah satu penjahat meminta ampun kepada Yesus. Ditulis bahwa Yesus diam saja ketika mereka menyalibkan Dia, "...seperti tidak ada rasa sakit."[109] Pada salib Yesus ditempelkan label Raja Israel dan pakaian-Nya dibagi-bagi serta diundi. Sebagaimana pada Injil kanonik, kegelapan menutupi seluruh negeri. Yesus juga diberi minum cuka. Kata-kata terakhir Yesus dalam Injil Petrus adalah "Kuasa-Ku, Kuasa-Ku, mengapa engkau meninggalkan Aku?", bukan "Allah-Ku, Allah-Ky, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" seperti dalam Injil Markus. Ia kemudian "diangkat", kemungkinan suatu efemisme untuk kematian atau mungkin kiasan untuk surga.[110] Selanjutnya dicatat ada kebangkitan, mirip dengan kitab-kitab lain. Serapion dari Antiokhia mengusulkan agar Injil Petrus dibuang dari Gereja karena pengikut aliran Doketisme menggunakannya guna mendukung klaim teologis mereka, yang ditolak oleh Serapion.[111] Banyak sarjana modern juga menolak kebenaran kitab ini, karena pernyataan mengenai Yesus diam saja "seperti tidak ada rasa sakit" tampaknya didasarkan pada penggambaran Kitab Yesaya mengenai "Hamba yang menderita", yaitu "seperti domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. " (Yesaya 53:7).[110] Lihat pula
Referensi
Pustaka
Pustaka tambahan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Passion of Jesus Christ. |