Katedral Bogor

Katedral Bogor
Gereja Katedral Santa Perawan Maria
Katedral Bogor
PetaKoordinat: 6°35′48.948″S 106°47′35.484″E / 6.59693000°S 106.79319000°E / -6.59693000; 106.79319000
LokasiJalan Kapten Muslihat Nomor 22, Bogor. 16122
Negara Indonesia
DenominasiGereja Katolik Roma
Situs webwww.bmvkatedralbogor.org
Arsitektur
StatusKatedral, Paroki
Status fungsionalAktif
Tipe arsitekturGereja
GayaNeo-Gotik
Administrasi
ParokiKatedral
KeuskupanBogor
Klerus
UskupYang Mulia, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M.
Imam yang bertugasRD Paulus Haruna

Gereja Katedral Bogor adalah sebuah gereja katedral Katolik untuk Keuskupan Bogor, dengan nama resmi Gereja Beatae Mariae Virginis (Santa Perawan Maria).[1] Beralamat di Jalan Kapten Muslihat Nomor 22, Bogor.

Awalnya merupakan sebuah gereja Paroki Bogor yang termasuk dalam wilayah Prefektur Apostolik Sukabumi. Bersamaan dengan berubahnya status Prefektur Apostolik Sukabumi menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Paroki Bogor kemudian dijadikan sebagai Gereja Katedral Keuskupan Bogor.

Sejarah

Gereja Katedral Bogor (sekitar 1920-30).
Gereja tampak samping.
Tampak dalam Gereja Katedral.

Awal sejarah berdirinya Gereja Katedral Bogor berkaitan dengan peranan dua tokoh perintis umat kota Bogor, yaitu Mgr. Adam Carel Claessens dan R.D. M.Y.D. Claessens.

Pada tahun 1881, Mgr. Claessens membeli sebuah rumah dengan pekarangan yang cukup luas (sekarang meliputi kompleks Gereja, Pastoran, seminari, sekolah, dan Bruderan Budi Mulia). Semula tempat itu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan penyelenggaraan Misa Kudus para tamu dari Jakarta. Namun, dengan dimilikinya rumah tersebut, juga menjadi awal umat Katolik memisahkan diri dari penggunaan Gereja Simultan/ekumene sebelumnya. Pada tahun itu pula, R.D. M.Y.D. Claessens mulai menetap di Bogor.

Pada tahun 1886 MYD. Claessen memulai karya pastoralnya untuk mendirikan Panti Asuhan untuk anak-anak. Saat itu bangunan rumah Panti Asuhan tersebut baru bisa menampung 6 orang anak. Usaha pastoral itu kemudian di kembangkan hingga menjadi Yayasan Vincentius pada tahun 1887, sehingga pada tahun 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1889 Pemerintah Hindia Belanda secara resmi mengakui dan menyatakan bahwa Bogor menjadi Stasi misi tetap Batavia. Tahun 1896 (setahun setelah Mgr. AC. Claessen meninggal), MYD. Claessens mulai membangun sebuah gedung Gereja yang megah di atas tanah yang didiaminya. Gereja itu yang hingga sekarang kita kenal dengan Gereja Katedral.

Pada tahun 1907 Pastor MYD. Claessens kembali ke Belanda setelah selama 30 tahun dia berkarya di Bogor Jawa Barat, 27 tahun kemudian, tepatnya tahun 1934, dia meninggal dalam usia 82 tahun. Semenjak kepergian Pastor Claessens, stasi misi tetap Bogor ditangani oleh Pastor Anton Pieter Franz van Velsen, S.J. Pada tahun 1924, Pastor Antonius Van Velsen diangkat menjadi Vikaris Apostolik Batavia, sehingga Bogor yang saat itu sudah menjadi Paroki diserahkan kepada Pastor OFM Conventual.

Pada bulan November tahun 1957 Paroki Bogor dipisahkan dengan Vikariat Apostolik Batavia dan digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi.

Pada tahun 1961, Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Paroki Bogor kemudian menjadi Gereja Katedral Keuskupan Bogor. Dengan demikian, Paroki Bogor namanya berubah menjadi Paroki Katedral Bogor.

Kapel

Terdapat beberapa kapel yang ada di dalam wilayah Paroki Katedral Bogor.

  • Kapel Ciampea, Jalan Pasar Ciampea Nomor 18 Ciampea, Bogor 16620
  • Kapel Semplak, Komplek AURI Semplak, Jalan Raya Semplak Blok B IX A Atang Sanjaya
  • Kapel Susteran FMM (Regina Pacis), Jalan Ir.H. Juanda Nomor 2 Bogor
  • Kapel Susteran Gembala Baik, Jalan Pajajaran Nomor 6 Bogor 16143
  • Kapel Pondok Rumput, Gg. Gurame
  • Kapel Bojonggede, Perumahan Pura Bojonggede

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-23. Diakses tanggal 2020-05-21. 

Lihat pula

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya