Galuh Timur, Tonjong, Brebes
GeografiDesa ini terdiri dari 9 pedukuhan / dusun yaitu: Galuh Timur 1, Sabrang Kulon, Karangasem, Kalipucung, Kalirai, Dukuh Tengah, Ketabasa dan Makamdawa serta dukuh Tiong. Batas sebelah timur Kelurahan Linggapura, Tonjong, sebelah barat Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu dan Desa Pengarasan, Kecamatan Bantarkawung, sebelah selatan desa Kalijurang, Kecamatan Tonjong dan sebelah utara desa Tonjong dan Kutamendala, Kecamatan Tonjong. Kehidupan sosialDesa ini berupa tanah darat berbukit yang merupakan penghasil melinjo, buah-buahan (mangga dan jambu mete), dan hasil bumi lainnya (ubi-ubian, kacang tanah, jagung, dll). Hanya kurang dari sepertiganya berupa sawah (kebanyakan sawah tadah hujan). Mayoritas pencaharian penduduk adalah petani, buruh, dan perantau di Jakarta sebagai tukang batu, pekerja pabrik, sopir taksi/angkot, dan tentu saja ada yang menjadi PRT (pembantu rumah tangga). Industri kerajinan yang bersifat rumahan sangat sedikit ditemukan di desa ini. Desa ini akan menjadi ramai pada saat lebaran, setelah itu kembali sepi. Akan tetapi, desa ini juga mulai ada kesadaran untuk menggapai pendidikan lebih baik untuk kemajuan dan kesejahteraan melalui perbaikan level pekerjaan atau berprofesi sebagai entrepreneur (wiraswasta) di luar kota. Pendirian sekolah dari TK hingga SMP di desa itu menunjukkan keinginan memperoleh pendidikan yang baik. KebudayaanDi Galuh Timur juga ada peninggalan warisan-warisan budaya berupa Situs Gajahwong, Situs Kalipucung, Gagang golok, Makam Dawa (makam panjang), dan juga terdapat warisan bangunan arsitektur berupa jembatan kereta api peninggalan zaman Belanda yaitu Jembatan Kali Belang. Jembatan Kali BelangJembatan Kali Belang ini sama sekali berbeda dengan jembatan-jembatan kereta api lainnya di Indonesia secara arsitektur yaitu memiliki panjang +/- 100 mtr, tinggi 50 mtr, dan tiang-tiang penyangga kokoh berbentuk tangga sejumlah 22 tiang (Bahasa Jawa: saka). Di antara 11 tiang berbentuk tangga itu terdapat 'saka kembar' (sering disebut penduduk 'saka penganten') sehingga jembatan tsb 'terputus di tengah' sekitar 25 cm. Situs KalipucungSelain itu, di desa ini terdapat situs yang diduga peninggalan era Kerajaan Galuh yang ditemukan di kawasan hutan milik Perhutani di pedukuhan (Dukuh) Kalipucung. Di lokasi ini juga ditemukan Arca Dwarapala, Yoni, Lingga, umpak (pondasi candi), dan temuan lain yang menandakan adanya sebuah bangunan candi. Bangunan yang diperkirakan situs tersebut berukuran sekitar 8×8 meter dengan bentuk segi empat dengan kedalaman diperkirakan sampai 7 meter. Dari temuan itu, dapat disimpulkan bangunan candi tersebut merupakan tempat suci pada masa lalu. Situs ini diduga telah berusia ratusan hingga ribuan tahun dan diperkirakan situs ini dibangun sekitar tahun 500 Sebelum Masehi (SM) sampai 500 Masehi.[1][2][3][4][5][6] Sebelumnya, situs ini sempat terbengkalai sekian lama bahkan tidak mendapat perhatian oleh Pemerintah Kabupaten Brebes. Akan tetapi, pada awal tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Brebes menunjukkan niatnya dalam memperbaiki kawasan situs ini.[5][7][8][9] Referensi
|