Eqbal Ahmad

Eqbal Ahmad
LahirEqbal Ahmad
1933 (1933)
Gaya, Bihar, British India
Meninggal11 May 1999 (umur 65–66)
Islamabad, Wilayah Ibu Kota Islamabad, Pakistan
Suami/istriJulie Diamond
Anak1
Karier militer
Pengabdian Pakistan
Dinas/cabang Tentara Pakistan
Lama dinasPerang Kashmir Pertama
PangkatLetnan dua

Eqbal Ahmad (1933 – 11 Mei 1999) adalah seorang ilmuwan politik, penulis, dan akademisi Pakistan yang terkenal karena aktivisme anti-perang, dukungannya terhadap gerakan perlawanan secara global, dan kontribusi akademiknya pada studi Asia Barat.[1] Saat masih kecil, ia bermigrasi ke Pakistan dan melanjutkan studi ilmu ekonomi di Forman Christian College. Setelah lulus, ia bekerja sebentar sebagai seorang perwira militer dan sempat terluka dalam Perang Kashmir Pertama pada tahun 1948.[2] Ia juga turut berpartisipasi dalam Revolusi Aljazair.[3] Setelah mempelajari Perang Vietnam dan imperialisme Amerika Serikat (AS), ia menjadi penentang pertama perang tersebut ketika ia kembali ke AS pada pertengahan 1960an.[4]

Meskipun sangat dihormati di kalangan sayap kiri di Asia Selatan, Ahmad juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Menurut Pervez Hoodbhoy, surat perintah penangkapan dan hukuman mati pernah dijatuhkan padanya selama pemerintahan darurat militer di Pakistan. Ia juga pernah didakwa atas tuduhan berkonspirasi untuk menculik Henry Kissinger pada tahun 1971 (yang saat itu menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional Presiden Nixon). Namun kasus tersebut pada akhirnya dihentikan.

Kabir Babar menyebut Ahmad sebagai "salah satu pemikir paling terkemuka yang berasal dari benua [Asia Selatan]. Analisisnya terhadap peristiwa dan tren politik besar di abad ke-20 menjadi terkenal karena kecerdasan dan kekuatan prediktifnya." Edward Said menyebut Ahmad sebagai salah satu dari dua orang yang mempunyai pengaruh paling penting dalam perkembangan intelektualnya;[5] ia memuji tulisan Ahmad terutama mengenai Asia Selatan karena bersifat informatif. Ahmad adalah salah satu akademisi sayap kiri paling terkemuka di Pakistan dan Amerika Serikat. Peninggalannya meliputi sikapnya yang sangat menentang militerisme, birokrasi, senjata nuklir, dan kekakuan ideologi, yang ia sebut sebagai patologi kekuasaan.[6] Ia juga merupakan pendukung kuat demokrasi dan hak atas penentuan nasib sendiri.[7] Meskipun sosoknya kurang dikenal di Pakistan, Ahmad memberikan peninggalan yang besar di kalangan intelektual baik di dalam maupun di luar Pakistan.[8][9][10][11][12]

Kehidupan awal dan pendidikan

Eqbal menghabiskan satu tahun mempelajari sejarah Amerika di Occidental College.

Eqbal Ahmad lahir di desa Irki, distrik Gaya (sekarang Divisi Magadh) di negara bagian Bihar, India. Ketika ia masih kecil, ayahnya dibunuh di hadapannya oleh sebuah kelompok hindu karena sengketa tanah. Selama pemisahan India pada tahun 1947, ia dan kakak laki-lakinya bermigrasi ke Pakistan dengan berjalan kaki.[13][14][15]

Ahmad lulus dari Forman Christian College di Lahore, Pakistan, pada tahun 1951 dengan gelar sarjana ekonomi. Setelah bertugas sebentar sebagai perwira militer, ia mendaftar di Occidental College di California pada tahun 1957, sebagai Rotary Fellow. Pada tahun 1958, ia kuliah di Universitas Princeton, tempat ia mempelajari ilmu politik dan sejarah Timur Tengah hingga ia mendapatkan gelar PhD pada tahun 1965.[16][17]

Karier

Dari tahun 1960 hingga 1963, Ahmad tinggal di Afrika Utara dan bekerja di Aljazair, negara tempat ia bergabung dengan Front Pembebasan Nasional dan bekerja bersama Frantz Fanon dan beberapa nasionalis Aljazair yang berperang dalam perang kemerdekaan Aljazair melawan Prancis.[18][19] Dia sempat ditawari untuk bergabung dengan pemerintahan independen pertama Aljazair, namun ia menolaknya dan memilih hidup sebagai seorang intelektual independen dengan kembali ke Amerika. Eqbal Ahmad fasih berbahasa Urdu, Inggris, Persia dan Arab.[20][18]

Sekembalinya ke Amerika Serikat, Eqbal Ahmad mengajar di Universitas Illinois di Chicago (1964–65) dan Universitas Cornell (1965–68). Advokasinya terhadap hak orang-orang Palestina untuk kembali ke Palestina selama perang Arab-Israel 1967 menyebabkan ia dikucilkan dalam komunitas akademik, sehingga ia meninggalkan Cornell. Dari tahun 1968 hingga 1972, ia bekerja sebagai fellow di Universitas Chicago. Dalam masa ini, Ahmad menjadi aktivis yang secara kuat menentang Perang Vietnam, yang menyebabkan ia didakwa sebagai bagian dari Harrisburg Seven pada bulan Januari atas tuduhan konspirasi untuk menculik Henry Kissinger.[21][22][23][24] Dalam persidangan, Ahmad dibebaskan dari semua tuduhan pada tahun 1972. Selain itu, ia dikenal sebagai salah satu penentang kebijakan Amerika yang paling awal dan paling vokal di Vietnam dan Kamboja.[22] Dari tahun 1968 hingga 1972, ia menjadi peneliti di Institut Adlai Stevenson di Chicago.[25]

Teman Eqbal Ahmad, penulis Stuart Schaar menyatakan dalam sebuah buku bahwa dia telah memperingatkan AS agar tidak menyerang Irak pada tahun 1990. Dia telah memperkirakan dengan tepat bahwa jatuhnya Saddam akan menimbulkan kekerasan sektarian dan kekacauan di wilayah tersebut. [26] Eqbal Ahmad juga pernah mewawancarai Osama bin Laden di Peshawar pada tahun 1986. Pada awal tahun 1990-an, ia memperkirakan bahwa dengan mempertimbangkan ideologi Osama Bin Laden, Osama akan melakukan pemberontakan melawan AS dan Pakistan.[26]

Dari tahun 1972 hingga 1982, Ahmad menjadi Senior Fellow di Institute for Policy Studies, sebuah think-tank progresif di AS. Dari tahun 1973 hingga 1975, ia menjabat sebagai direktur pertama afiliasi Institut Transnasional di Amsterdam. Pada tahun 1982, Ahmad bergabung dengan sebagai akademisi di Hampshire College, di Amherst, Massachusetts, sebuah sekolah progresif yang merupakan perguruan tinggi pertama di negara tersebut yang melakukan divestasi dari Afrika Selatan. Di sana, ia mengajar politik global dan ilmu politik hingga menjadi Profesor Emeritus pada tahun 1997.[27] Pada awal tahun 1990-an, Ahmad diberikan sebidang tanah di Pakistan oleh pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif, untuk membangun sebuah universitas alternatif independen.[28] Namun, usahanya untuk mendirikan perguruan tinggi yang diberi nama Ibnu Khaldun di Islamabad mengalami kegagalan.[29][7]

Setelah pensiun dari Hampshire pada tahun 1997, ia menetap secara permanen di Pakistan, tempat ia terus menulis kolom mingguan, untuk Dawn, surat kabar berbahasa Inggris tertua di Pakistan.[30][31] Ia terus mempromosikan sosial demokrasi di negara-negara Muslim seperti halnya di negara-negara Skandinavia untuk mencegah ekstremisme, kemiskinan dan ketidakadilan di negara-negara tersebut.[30]

Kematian dan peninggalan

Eqbal Ahmad meninggal akibat penyakit gagal jantung pada 11 Mei 1999 di rumah sakit Islamabad di Pakistan. Sebelum meninggal, ia juga dirawat di rumah sakit yang sama karena menderita kanker usus besar.[32] Dia menikah dengan Julie Diamond pada tahun 1969, seorang guru dan penulis dari New York dan mereka memiliki seorang putri yang bernama Dohra.[32]

Sejak kematiannya, serangkaian kuliah umum diadakan di Hampshire College untuk menghormatinya. Pembicaranya antara lain Kofi Annan, Edward Said, Noam Chomsky, dan Arundhati Roy. Ahmad dikagumi sebagai "seorang intelektual yang tidak terintimidasi oleh kekuasaan atau otoritas". Dia berkolaborasi dengan jurnalis, aktivis, dan intelektual kiri seperti Chomsky, Said, Howard Zinn, Ibrahim Abu-Lughod, Richard Falk, Fredric Jameson, Alexander Cockburn dan Daniel Berrigan. Ahmad dipuji atas wawasannya mengenai terorisme Islam; dia secara terbuka mengkritik dukungan global terhadap kelompok fundamentalis Islam di Afghanistan.[33]

Setelah kematian Ahmad pada tahun 1999, Noam Chomsky menggambarkan Ahmad sebagai seorang "teman yang berharga, kawan terpercaya, penasihat dan guru". Chomsky menulis bahwa Ahmad sangat mengapresiasi kehangatan dan tradisi sufi Islam yang ia ingat dari masa kecilnya di sebuah desa di Bihar, tempat sufi Islam dihormati di kalangan masyarakat Hindu dan Muslim yang bersatu. Para sufi itu dikatakan 'berkhotbah dengan menjadi teladan', hidup 'dengan kepedulian sosial dan memperlakukan orang secara setara tanpa diskriminasi'. Eqbal Ahmad mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang 'sangat sekuler' dan 'internasionalis' tetapi dia juga sering memuji unsur-unsur pemikiran dan praktik keagamaan yang menurutnya mengagumkan di kalangan Sufi Islam.[34]

Meskipun seorang sekuler, Eqbal Ahmad melihat semua agama, terutama Islam, sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakat umum.[35] Ahmad dianggap turut memberikan kebijaksanaan dan membangun integritas bagi perjuangan masyarakat tertindas di seluruh dunia.[36] Seperti yang ditulis oleh Edward Said:

[Ahmad] mungkin adalah seorang intelektual anti-imperialis yang paling tajam dan orisinal di dunia pascaperang, khususnya dalam dinamika antara Barat dan negara-negara pasca-kolonial di Asia dan Afrika.

Dalam review The Selected Writings of Eqbal Ahmad, Keally McBride memuji Ahmad atas "pemahamannya yang luar biasa tentang sifat manusia, dan pengetahuan ensiklopedisnya tentang sejarah dunia".[37] Kabir Babar menulis bahwa "mempelajarinya berarti dihadapkan pada fenomena langka yaitu ketelitian akademis yang dipadukan dengan keinginan untuk bertindak." Shahid Alam dari Monthly Review menulis bahwa "Ahmad memberikan suara yang paling artikulatif, analitis, dan bersemangat dari dunia ketiga sejak Frantz Fanon. Ia juga sebagai salah satu pemikir politik paling cerdik yang dihasilkan dunia Islam pada abad ke-20."[38]

Ahmad adalah seorang sekularis kiri yang dikenal karena kecaman dan kritiknya terhadap imperialisme Barat. Amitava Kumar berpendapat, "Seperti halnya Said, dia adalah mentor bagi generasi pemikir, sebagian besar dari Asia Selatan [...] yang terkenal karena "tidak hanya kekuatannya tetapi juga besarnya simpati yang dimilikinya [...] Ia adalah seorang insinyur yang berkomitmen terhadap emansipasi, membangun jalan imajinatif, menghubungkan persoalan lintas benua. Kumar menganggap beberapa aspek analisis Ahmad kurang relevan di abad ke-21 namun tetap memuji komitmennya untuk menyelesaikan masalah politik melalui diplomasi, bukan perang. Tulisannya tentang dunia Muslim khususnya terkenal karena kekuatan kritik dan integritasnya, serta penolakannya terhadap norma-norma yang diterima umum."[39][40] Muhammad Idrees Ahmad menulis pada tahun 2016, "Dia secara akurat meramalkan konsekuensi kecerobohan Barat di Afghanistan, dan peringatannya mengenai intervensi AS di Irak terbukti bersifat profetik."[41]

Karya kesarjanaan (pilihan)

  • Confronting Empire (with David Barsamian), 2000, South End Press, ISBN 0-89608-615-1.
  • The Selected Writings of Eqbal Ahmad edited by Carollee Bengelsdorf, Margaret Cerullo & Yogesh Chandrani, 2006, Columbia University Press, ISBN 0-231-12711-1
  • Terrorism: Theirs and Ours (with David Barsamian), 2001, Seven Stories Press, ISBN 1-58322-490-4
  • Stuart Schaar, Eqbal Ahmad: Critical Outsider in a Turbulent Age, 2015, Columbia University Press, ISBN 9780231171571

Referensi

  1. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  2. ^ Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  3. ^ McBride, Keally (2007). Memmi, Albert; Bonnono, Robert; Bengelsdorf, Carolee; Cerullo, Margaret; Ahmad, Eqbal; Chandrani, Yogesh, ed. "Postcolonial Politics, Pathologies, and Power". Political Theory. 35 (4): 517–521. doi:10.1177/0090591707302203. ISSN 0090-5917. JSTOR 20452575. 
  4. ^ HOVSEPIAN, NUBAR; Schaar, Stuart (2016). "Review of Eqbal Ahmad: Critical Outsider in a Turbulent Age, SchaarStuart". Journal of Palestine Studies. 46 (1 (181)): 77–79. doi:10.1525/jps.2016.46.1.77. ISSN 0377-919X. JSTOR 26378652. 
  5. ^ Schaar, Stuart (2007-10-01). "Teaching Global Justice". Journal of Palestine Studies (dalam bahasa Inggris). 37 (1): 117. doi:10.1525/jps.2007.37.1.116. ISSN 0377-919X. 
  6. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  7. ^ a b "Ahmad, Eqbal. – Oxford Islamic Studies Online". law.harvard.edu. Diakses tanggal 1 October 2016. 
  8. ^ Kabir Babar (22 May 2015). "The intellectual's intellectual". The Friday Times (newspaper) website. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  9. ^ Schaar, Stuart (1 October 2016). Eqbal Ahmad: Critical Outsider in a Turbulent Age. Columbia University Press. ISBN 9780231539920. 
  10. ^ "Remembering Dr Eqbal Ahmad". Dawn. Pakistan. 10 May 2011. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  11. ^ "Profile of Eqbal Ahmad". 27 January 2014. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  12. ^ Ahmed, Vaqar (14 May 2015). "Eqbal Ahmad: A memoir of Munno Chacha". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  13. ^ Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  14. ^ Profile of Eqbal Ahmad on The Economist (magazine), UK Published 27 May 1999. Retrieved 27 July 2019
  15. ^ Arshad, Sameer (4 November 2012). "Will Nitish Kumar's visit give a boost to Biharis in Pakistan?". The Economic Times. Diakses tanggal 9 March 2019. 
  16. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  17. ^ Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  18. ^ a b Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  19. ^ Noam Chomsky pays tributes to Eqbal Ahmad in 2000 after his death in 1999 Retrieved 27 July 2019
  20. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  21. ^ "The Nation". The New York Times (dalam bahasa Inggris). 1972-01-30. ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  22. ^ a b Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  23. ^ Profile of Eqbal Ahmad on The Economist (magazine), UK Published 27 May 1999. Retrieved 27 July 2019
  24. ^ "Biography of Eqbal Ahmad". Hampshire College website. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  25. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  26. ^ a b Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  27. ^ JACKSON, JUSTIN (1 January 2010). "Kissinger's Kidnapper: Eqbal Ahmad, the U.S. New Left, and the Transnational Romance of Revolutionary War". Journal for the Study of Radicalism. 4 (1): 75–119. doi:10.1353/jsr.0.0037. JSTOR 41887645. 
  28. ^ "Biography of Eqbal Ahmad". Hampshire College website. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  29. ^ "Biography of Eqbal Ahmad". Hampshire College website. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  30. ^ a b Paracha, Nadeem F. (3 May 2015). "Smokers' Corner: Eqbal Ahmed: the astute alarmist". Dawn. Pakistan. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  31. ^ "Biography of Eqbal Ahmad". Hampshire College website. Diakses tanggal 28 July 2019. 
  32. ^ a b Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  33. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  34. ^ Noam Chomsky pays tributes to Eqbal Ahmad in 2000 after his death in 1999 Retrieved 27 July 2019
  35. ^ Obituary of Eqbal Ahmad on Dawn (newspaper) Published 12 May 1999. Retrieved 28 July 2019
  36. ^ Said, By Edward W. (13 May 1999). "Eqbal Ahmad: He brought wisdom and integrity to the cause of oppressed peoples". The Guardian (newspaper). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 27 July 2019. 
  37. ^ McBride, Keally (2007). Memmi, Albert; Bonnono, Robert; Bengelsdorf, Carolee; Cerullo, Margaret; Ahmad, Eqbal; Chandrani, Yogesh, ed. "Postcolonial Politics, Pathologies, and Power". Political Theory. 35 (4): 517–521. doi:10.1177/0090591707302203. ISSN 0090-5917. JSTOR 20452575. 
  38. ^ Alam, Shahid (2007-02-01). "U.S. Imperialism and the Third World". Monthly Review (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-11. 
  39. ^ Kumar, Amitava (2006-11-09). "A Civilizing Mission". The Nation (dalam bahasa Inggris). ISSN 0027-8378. Diakses tanggal 2021-01-31. 
  40. ^ Husain, Irfan (2015-08-16). "REVIEW: Friend of the downtrodden: Eqbal Ahmad by Stuart Schaar". DAWN.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31. 
  41. ^ Ahmad, Muhammad Idrees (2016-03-10). "Book review: Eqbal Ahmad: Critical Outsider in a Turbulent Age – a compelling portrait of a Pakistani activist". The National (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31. 
Kembali kehalaman sebelumnya