Bahasa Kreol Melayu-Portugis
Bahasa Kreol Melayu-Portugis adalah ragam bahasa kreol yang berasal dari wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Timor Leste saat ini yang pernah mendapat pengaruh besar dari bahasa Portugis pada tata bahasa atau leksikon. Sebagian besar dari mereka berasal dari bekas koloni Portugal di wilayah ini.[2][3] Saat ini hanya bahasa Kristang yang bertahan dan digunakan terutama di Melaka (Malaysia) dan Singapura, sebelumnya juga di Penang.[3][4][5][6] Varietas bahasa Kreol Portugis di Dili, Timor Leste (bahasa Kreol Portugis Bidau) dituturkan hingga saat ini, kemudian di Belu dan Malaka, Timor Barat (bahasa Kreol Portugis Belu). Varietas bahasa Portugis di Jakarta (bahasa Kreol Mardijker) juga bertahan di Kampung Tugu hingga saat ini (Wurm dan Hattori; 1981). Varietas lainnya juga digunakan di Larantuka (Flores), Wureh (Adonara), dan Solor; serta juga di Sulawesi (Manado dan Makassar) dan Maluku — kemudian juga varietas bahasa Kreol Portugis digunakan di Banda dan Ambon (Ambão).[7] Bahasa-bahasa kreolDi beberapa tempat di Indonesia dan Malaysia, dimana Portugis mendirikan pos perdagangan, seperti di Melaka, Sumatera, Makassar (Sulawesi), Ambon (Ambão) dan Ternate (Maluku), juga di Flores dan Timor, varietas bahasa kreol berbasis Portugis muncul sangat dekat dengan Papiá Kristang di Melaka.[2][8] Bahasa KristangDi Malaysia, lebih khusus lagi di Melaka (kepemilikan Portugis antara 1511 dan 1641), terbentuklah sebuah bahasa kreol berbasis Portugis yang hingga saat ini masih digunakan oleh komunitas yang menamakan dirinya, atau mereka dikenal oleh masyarakat lainnya sebagai orang Portugis Malaka (Kristang), mereka tinggal di daerah yang disebut "Kawasan Portugis" atau "Kampong Portugis", kebanyakan dari mereka saat ini adalah nelayan. Komunitas ini terdiri dari lebih dari 1.000 orang Kristen, yang berbicara dalam Papiá Kristang, sebuah bahasa yang bersama penuturnya bermigrasi ke lokasi lain seperti Kuala Lumpur (ibu kota Malaysia) dan Singapura.[2][4] Hingga saat ini bahasa Portugis masih digunakan di Penang (Penão), tapi sekarang dianggap sudah punah.[3] Bahasa Kreol MardijkerBahasa kreol berfungsi sebagai lingua franca di Batavia (sekarang Jakarta), dari abad ke-17 hingga awal abad ke-19, dituturkan oleh orang Belanda, terutama keturunan para tentara dan budak yang dibawa oleh mereka dari tempat lain di Hindia Belanda dan oleh komunitas asal Portugis. Di Kampung Tugu, sebuah desa terpencil di utara Jakarta, penduduk Kristen keturunan Portugis menjadikan bahasa kreol tetap hidup, berfungi sebagai bahasa ibu hingga 1940-an, meskipun bahasa kreol tersebut masih digunakan pada akhir dekade 1970. Orang terakhir yang berbicara bahasa Kreol ini meninggal pada tahun 1978. Hal yang unik adalah wilayah ini tidak pernah berada di bawah kekuasaan Portugis.[3] Bahasa Kreol Portugis FloresSebuah komunitas yang melarikan diri dari serangan Belanda, pertama dari Melaka (1641) dan kemudian dari Makassar (1660) menetap di Larantuka (Flores), di mana jejak bahasa kreol tersebut masih tersisa dalam agama dan tradisi mereka.[2] Saat ini, bahasa Portugis tetap bertahan di wilayah ini melalui tradisi keagamaan dan komunitas Topas (keturunan pria Portugis dan wanita pribumi) yang menggunakan bahasa tersebut dalam doa mereka. Pada hari Sabtu, para wanita Larantuka berdoa rosario dalam bentuk bahasa Portugis yang diubah.[3][9] Bahasa TernateñoDi Ternate, Ambon, dan Kepulauan Banda di Kepulauan Maluku, juga di Makassar (Sulawesi), Indonesia, muncul sebuah bahasa kreol berbasis Portugis yang dikenal sebagai bahasa Ternateño (Ternateño–Ambão), yang digunakan di pulau-pulau sekitar Ternate dan Halmahera dan saat ini sudah punah. Di Ambon, bahasa Portugis bertahan dalam bahasa lisan saat ini, yaitu bahasa Melayu Ambon yang berisi sekitar 350 istilah yang berasal dari bahasa Portugis.[3] Bahasa Kreol Portugis BidauDi Timor, di daerah pinggiran kota Díli (ibu kota Timor Leste saat ini) terdapat varietas bahasa kreol berbasis Portugis, mirip dengan yang digunakan di Melaka dan Makau (Patois Makau), yang dituturkan oleh penduduk dari Bidau, yakni tentara dan pegawai sukarelawan yang berasal dari ibu kota lama, Lifau, dan dari koloni Portugis di Flores (terutama Larantuka) dan Solor yang menetap di sana, bersama keluarga mereka. Saat ini, hanya sedikit orang Timor yang mengakui keberadaan bahasa kreol ini dan mereka identifikasinya sebagai ragam bahasa Portugis yang pengucapannya buruk, bahasa ini kemudian dikenal sebagai bahasa Kreol Portugis Bidau.[2] Bahasa kreol ini sekarang praktis sudah punah.[3] Bahasa Kreol Portugis BeluDi Belu dan Malaka, Indonesia, dekat perbatasan dengan Timor Leste. Karena hubungan tersebut dan ikatan historisnya dengan koloni tetangga Portugis, wilayah Belu dan Malaka juga sangat dipengaruhi oleh bahasa Portugis, bahasa resmi di Timor Leste. Sebuah bahasa kreol berbasis Portugis yang dikenal sebagai bahasa Kreol Portugis Belu dituturukan oleh beberapa orang pada awal tahun 2000an.[10] Lihat juga
Referensi
|