Angkatan Bersenjata Polandia di BaratAngkatan Bersenjata Polandia di Barat (bahasa Polandia: Polskie Siły Zbrojne na Zachodzie) merujuk kepada formasi Angkatan Bersenjata Polandia yang dibentuk untuk berperang bersama-sama dengan Blok Sekutu melawan Jerman Nazi dan Sekutunya selama Perang Dunia II. Sementara Angkatan Bersenjata Polandia yang juga dibentuk di wilayah Uni Soviet, disebut dengan Angkatan Bersenjata Polandia di Timur. Formasi tentara yang setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan tersebut, dibentuk pertama kali di Prancis dan teritorial Timur Tengah setelah kekalahan dan pendudukan Polandia oleh Jerman dan Uni Soviet pada bulan September 1939. Formasi tentara tersebut dibentuk ulang di Britania Raya, setelah jatuhnya Prancis pada bulan Juni 1940. Angkatan Bersenjata Polandia di Barat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya peperangan yang terdiri dari Angkatan darat, Angkatan laut dan Angkatan udara. Polandia segera menjadi Pasukan kejut dalam tugasnya bersama pasukan tentara Sekutu, yang terkenal dalam Pertempuran Monte Cassino selama Kampanye Italia, di mana bendera Polandia dikibarkan di reruntuhan biara pada tanggal 18 Mei 1944, juga dalam Pertempuran Bologna dan Pertempuran Ancona (keduanya di Italia) dan Pertempuran Bukit 262 di pegunungan Mont Ormel, Normandia, Prancis pada tahun 1944.[1] Angkatan Bersenjata Polandia di Barat dibubarkan setelah perang pada tahun 1947 dengan banyak bekas prajurit yang terpaksa tetap diasingkan (tidak kembali ke Polandia). Sejarah umumSetelah kekalahan Polandia pada September-Oktober 1939, Pemerintahan Polandia dalam pengasingan dengan segera membentuk Angkatan Bersenjata Polandia di Prancis, yang terdiri dari 80.000 prajurit.[2] Satuan tentara tersebut berada di bawah koordinasi Angkatan Darat Prancis. Pada awal tahun 1940, Brigade Dataran Tinggi Polandia Independen, turut ambil bagian dalam Pertempuran Narvik di Norwegia. Brigade Senapan Karpatia Polandia Independen dibentuk atas Mandat Prancis di Suriah dan Lebanon, di mana banyak anggota tentara Polandia yang melarikan diri dari Polandia. Angkatan Udara Polandia di Prancis terdiri dari 86 pesawat tempur dalam empat formasi, di mana hanya satu setengah skuadron yang beroperasi penuh, sedangkan sisanya dalam berbagai tahapan pelatihan.[2] Dua Divisi militer Polandia (Divisi Grenadier Pertama dan Divisi Senapan Kedua) turut berpartipasi dalam pertahanan Prancis, sementara Brigade bermotor dan dua Divisi infanteri lainnya sedang dibentuk.[3]
Dengan menyerahnya Prancis, Jenderal Władysław Sikorski (Panglima Tertinggi dan Perdana Menteri Polandia), mampu mengevakuasi banyak prajurit-prajurit Polandia, diperkirakan lebih dari 20.000 prajurit dapat dievakuasi ke Inggris.[2] Angkatan laut Polandia adalah pasukan pertama yang bergabung kembali di lepas pantai Inggris. Kapal-kapal dan pelaut Polandia dikirim ke Inggris pada pertengahan tahun 1939 oleh Jenderal Sikorski, lalu Perjanjian Aliansi militer Anglo-Polandia ditandatangani bulan November pada tahun yang sama.[5] Dalam Perjanjian tersebut, para pelaut Polandia diizinkan mengenakan seragam Polandia dan Komandan para pelaut tersebut adalah orang Polandia, tetapi kapal-kapal yang digunakan adalah kapal buatan Inggris.[5] Pada tahun 1940, para pelaut tersebut membuat Winston Churchill terkesan.[6] Setelah kejatuhan Prancis, para penerbang Polandia memiliki peran penting dalam Pertempuran Britania. Meskipun berjumlah banyak (mendekati 8.500 penerbang pada pertengahan 1940), pilot-pilot Polandia tersebut diabaikan pada awalnya.[6] Sebagian besar penerbang tersebut ditugaskan di Skuadron bomber Angkatan Udara Britania Raya (Royal Air Force atau RAF) atau ditugaskan menjadi Pasukan cadangan sukarelawan RAF, meskipun penerbang Polandia tersebut telah berpengalaman. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman dalam menghadapi kekalahan Polandia oleh Jerman, juga masalah kendala bahasa dan pendapat para pemimpin Inggris terhadap sikap orang-orang Polandia.[7] Pada tanggal 11 Juni 1940, Pemerintahan Polandia dalam pengasingan menandatangani perjanjian dengan Pemerintah Inggris untuk membentuk Angkatan udara Polandia di Inggris dan pada bulan Juli 1940, RAF mengumumkan akan membentuk dua Skuadron tempur Polandia yang menggunakan pesawat-pesawat Inggris yakni, Skuadron 302 "Poznański" dan Skuadron 303 "Kościuszki" . Skuadron tersebut terdiri dari pilot-pilot tempur Polandia dan para awak daratnya, meskipun komandan penerbangan dan perwira-perwiranya adalah orang Inggris. Tidak memerlukan waktu lama bagi Inggris untuk menghargai kegigihan para penerbang Polandia, begitu mereka diberi kesempatan untuk terbang. Bahkan seorang Komandan Perwira Udara Marsekal RAF, Hugh Dowding sebagai salah satu yang menyuarakan keraguannya atas kemampuan orang-orang Polandia, mengatakan "Harus saya akui bahwa saya memiliki sedikit keraguan dari pengaruh pengalaman mereka di negaranya sendiri dan di Prancis, yang mungkin dimiliki atas pilot-pilot Polandia dan Ceko, tetapi saya harus mengubur keraguan saya, karena ketiga Skuadron tersebut, melancarkan serangannya dengan semangat dan antusiasme yang melampaui pujian. Mereka terinspirasi dari rasa kebencian membara terhadap Jerman yang membuat mereka menjadi lawan yang sangat mematikan."[8] Lebih lanjut Hugh Dowding mengatakan bahwa "Jika bukan karena hasil jerih payah dari Skuadron-skuadron Polandia dan keberanian mereka yang tak tertandingi, saya ragu untuk mengatakan bahwa hasil akhir dari pertempuran tersebut akan sama."[9] Mengenai pasukan darat, beberapa unit darat Polandia berkumpul kembali di Skotlandia bagian Selatan.[3] Unit-unit ini sebagai Korps I Polandia yang terdiri dari Brigade Senapan Independen Pertama, Brigade Bermotor Kavaleri Kesepuluh (sebagai pasukan infanteri) dan Brigade Kader (sebagian besar diisi oleh perwira surplus pada kekuatan batalion) yang mengambil alih tanggung jawab atas pertahanan wilayah Fife dan Angus (keduanya di Skotlandia) pada bulan Oktober 1940, hal tersebut termasuk kegiatan untuk memperkuat pertahanan wilayah pesisir yang telah dimulai. Korps I berada di bawah Komando Skotlandia dari Angkatan Darat Britania Raya dan disinilah Korps I direorganisasi kembali dan dikembangkan.[10] Pada tahun 1941, terdapat kesempatan untuk membentuk Angkatan Bersenjata Polandia lainnya, menyusul perjanjian antara Pemerintahan Polandia dalam pengasingan dengan Josef Stalin untuk membebaskan para tahanan prajurit dan warga sipil penduduk Polandia dari penjara Uni Soviet. Dari pembebasan tersebut, 75.000 tentara terbentuk di Uni Soviet di bawah koordinasi Jenderal Władysław Anders yang secara tidak resmi dikenal dengan "Tentara Anders". Tentara ini kemudian berkumpul di Buzuluk, Samarkand yang kemudian berlayar dari Krasnovodsk melintas Laut Kaspia menuju Timur Tengah, ke Iran, hingga kelak terbentuk Korps II Polandia dan unit-unit lainnya pada tahun 1943.[3][11] Pada bulan Maret 1944, Angkatan Bersenjata Polandia di Barat, berperang di bawah komando Inggris yang beranggotakan hingga 165.000 tentara pada akhir tahun 1944, termasuk sekitar 20.000 prajurit di Angkatan Udara Polandia dan 3.000 prajurit di Angkatan Laut Polandia. Pada akhir Perang Dunia II, kekuatan pasukan bertambah hingga 195.000 tentara dan bulan Juli 1945 jumlah kekuatan meningkat menjadi 228.000 tentara, di mana sebagian besar penambahan tersebut berasal dari para tahanan perang dan bekas tahanan Kamp buruh yang dibebaskan. Angkatan Bersenjata Polandia di Barat, berperang di sebagian besar operasi-operasi Sekutu melawan Jerman Nazi di Pertempuran Mediterania, Kampanye Afrika Utara dan Kampanye Italia (salah satunya terkenal dalam Pertempuran Monte Cassino) serta pertempuran Front Barat (sejak Serangan Dieppe dan Pendaratan Normandia melalui pertempuran dalam Operasi Overlord dan operasi-operasi terakhir, khususnya Operasi Market Garden).[4] Setelah Instrumen Penyerahan Diri Jerman, pasukan Polandia turut ambil bagian dalam tugas pendudukan di wilayah Barat zona Pendudukan Jerman oleh Sekutu. Terbentuklah kota Polandia yang disebut dengan Lwow (kelak berubah menjadi Maczków). Pasukan-pasukan Polandia dimasukkan kedalam rencana kontingensi rahasia Inggris pada tahun 1945, yakni Operasi Unthinkable yang dianggap sebagai kemungkinan serangan atas Uni Soviet dalam pembentukan Polandia merdeka. PengkhianatanPada tahun 1945, berkembang sentimen anti-Polandia di Inggris, terutama di antara Serikat pekerja yang cemas terhadap persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dari imigran-imigran Polandia dan dari Menteri Luar Negeri Ernest Bevin.[12] Pada waktu yang bersamaan terdapat kekhawatiran Inggris dan Amerika, tentang Negara polisi yang dibangun di Polandia.[13] Pada bulan Maret 1945, majalah Time memberitakan tentang "Surplus Heroes", menyatakan Ernest Bevin:
Pada bulan Januari 1946, Ernest Bevin protes terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh Pemerintahan sementara Polandia, yang beralasan bahwa tindakan tersebut untuk memerangi teroris yang setia kepada Jenderal Anders dan dibiayai oleh Inggris.[13] Pada bulan Februari 1946, majalah Time memberitakan "Menteri Luar Negeri Inggris Ernest Bevin mengatakan kepada Dewan Rakyat bahwa teror telah menjadi sarana kebijakan nasional di Polandia baru. Banyak anggota dari Wakil Perdana Menteri Stanisław Mikołajczyk dari Partai Tani Polandia yang telah dibunuh karena bertentangan dengan Pemerintah Warsawa yang didominasi oleh komunis. Situasi dalam banyak kasus tampaknya menunjukkan keterlibatan Polisi Keamanan Polandia. ... Saya memandangnya sebagai hal yang sangat mendesak bahwa Pemerintahan sementara Polandia harus menghentikan kejahatan ini agar pemilihan umum yang bebas dan tidak mengekang dapat diselenggarakan sesegera mungkin, sesuai dengan keputusan Krimea. ... Saya menantikan akhir dari Negara Polisi ini ..." Sementara Pemerintah Polandia menyalahkan Jenderal Anders dan para pendukungnya di Inggris atas terjadinya pertumpahan darah disana.[15] Sering disampaikan bahwa Angkatan Bersenjata Polandia di Barat tidak diundang ke parade Perayaan kemenangan London tahun 1946.[1][16][17] Pada awalnya Pemerintah Inggris mengundang perwakilan dari rezim yang baru diakui di Warsawa untuk turut berbaris dalam parade tersebut, tetapi delegasi dari Polandia tidak pernah hadir dengan alasan yang tidak dapat dijelaskan secara memadai, tekanan dari Moskwa adalah penjelasan yang paling mungkin. Tunduk kepada publik dan pers, Inggris akhirnya mengundang veteran Polandia dari RAF yang kemudian mewakili Angkatan Udara Polandia di bawah komando Inggris untuk menggantikannya. Sebaliknya mereka menolak untuk turut dalam parade tersebut sebagai bentuk protes karena tidak ada undangan yang sama terhadap Angkatan Laut dan Angkatan Darat Polandia. Perwakilan satu-satunya dari Polandia hanyalah Kolonel Józef Kuropieska, atase militer dari rezim komunis di Warsawa, yang hadir sebagai tamu kehormatan diplomatik.[4] Formasi Angkatan Bersenjata Polandia di Barat dibubarkan pada tahun 1947, banyak dari tentara-tentaranya ingin tetap berada dipengasingan daripada kembali ke Polandia yang dikuasai oleh komunis, di mana mereka sering dipandang oleh Polandia komunis sebagai "musuh negara" yang dipengaruhi oleh gagasan Barat dan setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan, dengan demikian akan menghadapi persekusi dan hukuman penjara (dalam kasus ekstrem, kematian). Kegagalan dari pemerintah-pemerintah Sekutu Barat untuk menepati janjinya kepada Polandia, yang jatuh kedalam lingkaran pengaruh Uni Soviet, dikenal sebagai "Pengkhianatan Barat", yakni pandangan bahwa pihak Sekutu Barat yang gagal memenuhi kewajiban hukum, diplomatik, militer dan kewajiban moral atas negara Polandia dan Cekoslowakia sejak awal perang hingga berakhirnya Perang Dunia II.[16][17] Jumlah bekas tentara Polandia yang tidak ingin kembali ke Polandia komunis, begitu tinggi sehingga dibentuk organisasi khusus oleh Pemerintah Inggris untuk membantu menempatkan mereka di Britania Raya yang bernama Korps Pemukiman Kembali Polandia (bahasa Polandia: Polski Korpus Przysposobienia i Rozmieszczenia atau PKPR)[4][18] Sejumlah 144.000 tentara Polandia ikut dalam organisasi tersebut. Karena banyak orang-orang Polandia yang ditempatkan di Britania Raya dan turut berperang bersama-sama pasukan Inggris dalam perang, Undang-undang Pemukiman kembali Polandia tahun 1947 mengizinkan mereka tetap tinggal di Britania Raya setelah berakhirnya perang, menambah jumlah minoritas Polandia di Britania Raya.[10] Banyak juga di antara mereka yang bergabung dengan masyarakat Kanada Polandia dan Australia Polandia. Setelah Kongres Amerika mengesahkan Undang-undang tahun 1948, lalu diamendemen pada tahun 1950, yang mengizinkan imigrasi bagi tentara-tentara Polandia yang bebas tugas militer (demobilisasi) di Britania Raya, sejumlah dari mereka pindah ke Amerika dan membentuk Asosiasi Veteran Polandia Perang Dunia II (bahasa Polandia: Stowarzyszenie Polskich Kombatantów w Stanach Zjednoczonych). Sejarah formasiAngkatan daratTentara Polandia di Prancis yang berada di bawah komando Panglima tertinggi dan Perdana menteri Władysław Sikorski, mulai segera dibentuk setelah jatuhnya Polandia pada akhir 1939, yang terdiri dari 85.000 prajurit.[2] Tentara tersebut terbagi menjadi empat Divisi (Divisi Grenadier Pertama, Divisi Senapan Kedua, Divisi Infanteri Ketiga dan Divisi Infanteri Keempat), satuan Brigade Bermotor Polandia (Brigade Kavaleri Lapis baja Kesepuluh atau bahasa Prancis: 10éme Brigade de cavalerie blindée) dan Brigade Infanteri (Brigade Dataran Tinggi Independen Polandia).[2] Brigade Dataran Tinggi Independen Polandia turut ambil bagian dalam Pertempuran Narvik di Norwegia pada awal tahun 1940, setelah invasi Jerman ke Polandia, seluruh unit-unit Polandia ditekan kedalam formasi, meskipun karena kurangnya logistik dan kebijakan Prancis yang tidak efisien, seluruh unit-unit Polandia kehilangan banyak peralatan dan pasokan, terutama Divisi Ketiga dan Divisi Keempat yang tengah dalam proses pembentukan. Brigade Karpatia Independen Polandia dibentuk di wilayah mandat Prancis di Suriah dengan sekitar 4.000 tentara yang melarikan diri, sebagian besar melalui Rumania dan kelak turut berperang di Kampanye Afrika Utara.[3] Setelah jatuhnya Prancis (sekitar 6.000 prajurit Polandia tewas dalam pertempuran), kira-kira 13.000 tentara Polandia telah ditahan di Swiss.[2] Meskipun demikian, Jenderal Władysław Sikorski, mampu mengevakuasi banyak prajurit-prajurit Polandia ke Britania Raya (diperkirakan antara 20.000[2] hingga 35.000[4] prajurit). Dari tentara-tentara tersebut, terbentuk Korps I Polandia yang terdiri dari Divisi Lapis baja Polandia Pertama (kelak menjadi bagian dari Tentara Kanada Pertama) dan Brigade Terjun payung Independen Polandia[3] dan formasi lainnya seperti Divisi Infanteri Keempat dan Brigade Lapis Baja Independen ke-16. Seluruh tentara tersebut berada di bawah komando Jenderal Stanisław Maczek dan Marian Kukiel. Terlepas dari namanya, tentara tersebut tidak pernah meraih kekuatan Korps dan tidak diberdayakan sebagai unit taktis hingga perang usai, ketika tentara tersebut turut berperan dalam pendudukan Jerman sebagai bagian dari kekuatan Sekutu yang ditempatkan disekitar pelabuhan Wilhelmshaven. Pada bulan Agustus 1942, komando Inggris membentuk pasukan Nomor 6 yang digabungkan menjadi Komando antar-Sekutu Nomor 10, sebagai bagian dari Brigade Layanan Khusus Pertama. Pasukan Nomor 6 Polandia berada di bawah komando Kapten Smrokowski yang terdiri dari tujuh perwira dan 84 prajurit yang direkrut dari berbagai sumber yang berbeda yakni, beberapa di antaranya adalah bekas warga sipil Polandia, beberapa lagi adalah bekas tentara Polandia yang berkesempatan desersi, karena ditawan setelah invasi Jerman ke Polandia tahun 1939 dan dipaksa wajib militer menjadi prajurit Wehrmacht, kemudian terdapat prajurit dari 13.000 anggota yang ditahan oleh pemerintah Swiss, tetapi dapat melarikan diri dari penahanan Swiss dan pergi ke Inggris melalui Konsulat Inggris di Swiss. Pada tahun 1941, setelah penandatanganan perjanjian antara Pemerintahan Polandia dalam Pengasingan dengan Josef Stalin, Uni Soviet membebaskan para penduduk Polandia, kemudian dari mereka, terbentuk pasukan dengan kekuatan 75.000 prajurit di Uni Soviet yang berada di bawah komando Jenderal Władysław Anders (tentara tersebut dikenal dengan Tentara Anders). Tentara ini secara berurutan berkumpul di wilayah Buzuluk, Samarkand, yang kemudian berlayar dari Krasnovodsk menuju ke Timur Tengah ke Iran melalui Laut Kaspia (pada bulan Maret dan Agustus 1942). Unit Polandia ini kemudian membentuk Korps II Polandia, yang terdiri dari Divisi Infanteri Karpatia Ketiga, Divisi Infanteri Kresowa Kelima dan unit lainnya.[3] Angkatan udaraAngkatan Udara Polandia bertempur dalam Pertempuran Prancis sebagai satu kesatuan tempur Skuadron GC 1/145, beberapa unit kecil, dilepas ke Skuadron Prancis dan ke sejumlah penerbangan industri pertahanan (kira-kira 130 pilot, yang meraih 55 kemenangan dan kehilangan 15 orang).[2] Sejak permulaan perang, Angkatan Udara Britania Raya (RAF) telah menerima pilot-pilot asing bergabung kedalam kesatuannya, untuk menambah pilot-pilot Inggris yang jumlahnya semakin menyusut. Pada tanggal 11 Juni 1940, Pemerintah Polandia dalam pengasingan menandatangani perjanjian dengan Pemerintah Inggris untuk membentuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara Polandia di Britania Raya. Dari dua Skuadron tempur pertama (dari total sepuluh), telah ikut berperang pada bulan Agustus 1940. Empat Skuadron Polandia, akhirnya turut ambil bagian dalam Pertempuran Britania (yakni Skuadron Bomber 300 dan 301 serta Skuadron Tempur 302 dan 303) dengan total 89 pilot. Bersama-sama dengan Skuadron Inggris, sekitar 145 pilot-pilot Polandia turut serta dalam pertahanan udara Britania Raya.[4] Pilot-pilot Polandia termasuk di antara pilot berpengalaman dalam pertempuran, sebagian besar dari mereka turut ambil bagian dalam Kampanye Polandia bulan September 1939 dan Pertempuran Prancis pada 1940. Selain itu, Polandia sebelum perang, telah menetapkan standar yang tinggi untuk pelatihan pilotnya. Skuadron Tempur 303, yang dinamai berdasarkan nama pahlawan Polandia-Amerika, Jenderal Tadeusz Kościuszko meraih jumlah tertinggi dalam menjatuhkan pesawat musuh (total 126) dari seluruh Skuadron Tempur yang terlibat dalam Pertempuran Inggris, meskipun Skuadron Polandia baru bergabung dalam pertempuran pada tanggal 30 Agustus 1940. Pilot-pilot Polandia tersebut, mewakili sekitar 5% dari total pilot Sekutu dalam pertempuran, yang bertanggung jawab atas 12% dari total kemenangan (total 203) dalam pertempuran dan meraih perolehan tertinggi dari seluruh Skuadron Sekutu.[3][4][19][20] Angkatan Udara Polandia juga turut berperang pada tahun 1943 di Tunisia (Tim Tempur Perjuangan Polandia, dikenal dengan sirkus "Stanisław Skalski") dan penyerbuan Jerman (1940-1945).[4][19] Pada pertengahan tahun 1941 dan awal tahun 1942, Skuadron Bomber Polandia adalah bagian keenam dari Komando Bomber RAF yang tersedia (kelak mereka menderita kerugian besar dengan kecil kemungkinannya untuk dipulihkan kembali). Para penerbang Polandia yang bergabung dengan Komando Bomber antara 1940-1945, 929 pilot di antaranya tewas, sementara total seluruh pilot Polandia yang tewas berjumlah 1.803 orang.[4] Pada akhirnya, delapan Skuadron Tempur Polandia dibentuk dalam RAF dan berhasil menjatuhkan sejumlah 621 pesawat musuh dari pasukan Poros bulan Mei 1945.[20] Hingga perang usai, sekitar 19.400 pilot-pilot Polandia yang bertugas di Angkatan Bersenjata Britania Raya.[21]
Angkatan lautPada malam sebelum perang, tiga Kapal perusak yang mewakili sebagian besar kapal-kapal utama Angkatan Laut Polandia, telah dievakuasi ke kepulauan Inggris demi keamanan (yang diketahui dengan Operasi Peking) untuk bersama-sama bertempur dengan Angkatan Laut Britania Raya (Royal Navy atau "RN"). Dari berbagai tahapan perang, Angkatan Laut Polandia terdiri dari dua Kapal penjelajah dan sejumlah besar kapal-kapal kecil, sebagian besar adalah kapal-kapal RN yang dipinjamkan untuk memberdayakan ketersediaan awak-awak kapal Polandia, pada saat RN tidak memiliki cukup awak kapal untuk mengawaki seluruh kapal-kapal perangnya. Angkatan Laut Polandia bertempur dengan istimewa bersama Angkatan Laut Sekutu lainnya dalam banyak operasi-operasi penting dan sukses, termasuk yang dilakukan untuk melawan Kapal perang Jerman Bismarck.[22] Dengan total 26 kapal-kapal (2 Kapal penjelajah, 9 Kapal perusak, 5 Kapal selam dan 11 Kapal torpedo), Angkatan Laut Polandia telah menjelajah secara total 1,2 juta Mil laut selama perang, mengawal 787 konvoi, melakukan 1.162 patroli dan operasi pertempuran, menenggelamkan 12 kapal-kapal musuh (termasuk 5 Kapal selam) dan 41 kapal-kapal dagang, lalu menghancurkan 24 kapal lagi (termasuk 8 Kapal selam) dan menembak jatuh 20 pesawat tempur. Jumlah prajurit yang tewas dalam peperangan berjumlah 40 prajurit dari lebih 4.000 anggota prajurit Angkatan Laut Polandia.[23][24]
Selain kapal-kapal tersebut diatas, terdapat sejumlah kapal-kapal kecil, kapal angkut, tambahan kapal dagang militer dan kapal-kapal patroli. Intelijen dan perlawananStruktur intelijen Polandia sebagian besar masih ada setelah jatuhnya Polandia pada tahun 1939 dan tetap melapor kepada Pemerintah Polandia dalam pengasingan. Diketahui sebagai "Departemen Kedua", struktur intelijen tersebut bekerja sama dengan Sekutu lainnya di setiap negara-negara Eropa dan beroperasi sebagai salah satu jaringan intelijen terbesar di Jerman Nazi. Banyak orang-orang Polandia yang bertugas di dinas intelijen Sekutu lainnya, termasuk Krystyna Skarbek, seorang agen intelijen Polandia, juga diketahui dengan nama Christine Granville yang terkenal dalam Special Operations Executive Inggris. Empat puluh tiga persen dari laporan-laporan yang diterima oleh agen rahasia Inggris dari Eropa antara tahun 1939-1945 berasal dari sumber-sumber Polandia.[1] Mayoritas perlawanan Polandia (terutama organisasi Tentara Dalam Negeri atau Armia Krajowa yang dominan) yang setia kepada Pemerintah Polandia dalam pengasingan dengan Kantor Delegasi Pemerintah Dalam Negeri yang menjadi otoritas tertinggi dari Negara Bawah Tanah Polandia. Meskipun aksi-aksi militer dalam perlawanan Polandia yang beroperasi di Polandia dan Angkatan Bersenjatanya beroperasi di Barat, biasanya tidak selalu dikelompokkan bersama-sama, terdapat beberapa keterkaitan penting di antara mereka, selain rantai komando bersama. Aksi perlawanan dengan mengumpulkan dan meneruskan informasi intelijen kepada pihak Barat (contoh: kamp-kamp konsentrasi Jerman dan bom roket V-1 dan V-2),[25] sementara pasokan-pasokan dari pihak Barat, dikumpulkan bagi perlawanan serta melakukan pelatihan bagi pasukan elit dan pasukan terjun payung. Pemerintah Polandia juga meminta agar dapat memberdayakan Brigade Parasut Pertama Independen di Polandia, terutama selama Operasi Tempest, tetapi permintaan tersebut ditolak oleh Sekutu. Lihat pulaReferensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|