Varian tekstual dalam kitab Wahyu kepada Yohanes (dan kitab-kitab Perjanjian Baru) muncul ketika seorang penyalin membuat sebuah perubahan yang disengaja atau tidak disengaja pada teks yang sedang direproduksi olehnya. Beberapa perubahan yang umum termasuk penghapusan, penataan ulang, pengulangan, atau penggantian satu atau beberapa kata ketika mata si penyalin beralih kembali dari salinannya ke naskah asli tetapi pada kata yang serupa di lokasi yang salah pada naskah aslinya. Jika matanya meloncat ke kata sebelumnya, ia akan membuat pengulangan (kesalahan dittografi). Jika matanya meloncat ke sebuah kata yang berikutnya, ia akan membuat penghapusan, atau dapat melakukan sedikit penataan ulang kata-kata untuk mempertahankan arti keseluruhan tanpa mengorbankan konteks. Dalam kasus lain, si penyalin dapat menambahkan teks dari ingatannya untuk teks yang mirip atau paralel di lokasi lain. Kalau tidak, mereka juga dapat mengganti beberapa teks yang asli dengan pembacaan alternatif. Ejaan kadang berubah. Suatu kata dapat diganti dengan sinonimnya. Suatu kata ganti mungkin diubah menjadi kata benda (seperti "Ia berkata" menjadi "Yesus berkata").
Menurut Bruce M. Metzger yang diakui sebagai sarjana Perjanjian Baru terkemuka abad ke-20, kebanyakan varian itu cenderung bersifat minor dan tidak substantif serta beberapa yang dianggap signifikan tidak mengubah doktrin gereja mana pun, malahan salinan yang berlipat-lipat menambah kuatnya keyakinan bahwa semua materi Alkitab yang sampai kini terlestarikan itu mempunyai dasar tekstual yang sangat kokoh.[1][2]
Bart D. Ehrman, "The Orthodox Corruption of Scripture. The Effect of Early Christological Controversies on the Text of the New Testament", Oxford University Press, New York – Oxford, 1996, pp. 223–227.
Bruce M. Metzger, "A Textual Commentary on the Greek New Testament: A Companion Volume to the United Bible Societies' Greek New Testament", 1994, United Bible Societies, London & New York.