Skadron Udara 4
Skadron Udara 4 adalah satuan udara angkut ringan yang berada di bawah jajaran Wing Udara 2, Komando Operasi Angkatan Udara II yang bernaung di bawah Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur, di mana dalam kesehariannya mengoperasikan pesawat C-212 Casa seri 200. Tugas Skadron Udara 4 adalah menyiapkan dan mengoperasikan pesawat angkut ringan untuk Operasi Dukungan Udara, Operasi SAR Terbatas, mendukung Sekolah Navigator dan Kursus Pengenalan Terbang Pesawat Angkut Militer.[1][2] Pada awal terbentuknya Skadron Udara 4 dilengkapi dengan kekuatan pesawat-pesawat ringan Auster, Piper Cup, Cesna-180 dan AT-6G Harvard. Pada awal 1960-an, Skadron 4 di non aktifkan namun secara resmi belum dibubarkan. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/02/I/1985 tanggal 17 Januari 1985, Skadron Udara 4 Pengintai Darat diaktifkan kembali dengan nama Skadron Udara 4 Angkut Ringan yang bermarkas di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang dengan kekuatan Cassa 212 seri 100 dan 200, Cessna 401/402, SC-7 Skyvan, dan C-47 Dakota serta pesawat terbang lain yang digolongkan sebagai pesawat angkut ringan, termasuk pesawat yang di masukkan ke Lanud Abdulrachman Saleh titipan dari departemen diluar TNI AU.[3] SejarahSkadron Udara 4 lahir pada tahun 1950-an dan dikenal dengan nama Eskadron IV Pengintai Darat. Nama “Eskadron IV” ini kemudian berubah menjadi “Skadron IV” setelah masa konsolidasi dalam tubuh Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat (AURIS) yang merupakan Skadron Bantuan bagi pasukan di darat untuk pengintaian dan penuntun penembakan senjata artileri, sesuai pengumuman Kasau Nomor: 28/11/Peng/KS/51 tanggal 21 Maret 1951. Komandan pertama yaitu Letnan Udara I Suhodo resmi diangkat pada tanggal 9 April 1951 yang sekaligus ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Skadron Udara 4. Pada awalnya Skadron ini terdiri dari pesawat-pesawat Auster Mark motor tunggal X 130 dk Gipsy Major (Inggris), warisan dari 6e ARVA (Artillery Verkenning Afdeling), yang diterima pemerintah Indonesia dari Luchtvaart Militaire Nederland pada tanggal 20 Maret 1950 di Pangkalan Udara Semplak (sekarang Lanud Atang Senjaya) Bogor, Jawa Barat. Semua anggota “6e ARVA” adalah orang Belanda, sehingga pada saat penyerahan tidak ada yang berkeinginan masuk AURI, sebagai konsekuensinya Skadron Pengintai ini dibangun dengan kekuatan dari mantan anggota Pangkalan Udara Gorda, terutama dari anggota teknik. Sedangkan kekuatan penerbang yang ada pada waktu itu hanya dua orang dan pertama kali di tempatkan di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdana Kusuma. Pada pertengahan bulan Juni 1950 Letnan Udara I Suhodo mendapat perintah untuk mengikuti latihan ulangan Advance Training di Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara). Atas kepergiannya maka Skadron Pengintai menerima Komandan baru yaitu Letnan Udara I Suharnoko Harbani. Pada waktu itu Skadron pengintai merupakan Flight yang terdiri dari penerbang-penerbang:
Beberapa Operasi Yang DilaksanakanSkadron Udara 4 pengintai darat bertugas mengadakan pengintaian udara taktis. Selain mampu melaksanakan operasi-operasi militer, dan pemotretan udara. Operasi-operasi yang dilaksanakan antara lain:
Masa PeralihanMengingat sifat maupun tugas khusus yang di tuntut dalam penyelenggaraan penerbangan untuk pejabat-pejabat VIP/VVIP dan disesuaikan dengan perkembangan AURI pada saat itu, maka pada tanggal 11 April 1963 diputuskan bahwa Skadron 4 ditunjuk untuk melaksanakan tugas penerbangan VIP/VVIP. Adapun kekuatan pesawat pada saat itu terdiri dari C-140 Jet Star, C-47 Dakota, IL-14 Avia, DHC-3 Otter dan C-180 Cessna. Berdasarkan hal tersebut, maka Menteri/Panglima Angkatan Udara dengan Surat Keputusan No.34 tahun 1963 tangal 1 Agustus 1963 mencabut Skep Menteri/Panglima Angkatan Udara no.11 tahun 1963 dan menetapkan bahwa Kesatuan Udara yang bertugas menyelenggarakan pengangkutan udara untuk para pejabat VIP/VVIP yang semula disebut Skadron 4 diubah menjadi Skadron No.17/Linud Khusus. Adanya penambahan pesawat baru (Boeing 707, F-28, F-27, C-130 Hercules, dan Heli Super Puma), Skadron Udara 17 Linud Khusus kemudian berubah nama menjadi Skadron udara 17 VIP. Langkah selanjutnya yang diambil oleh pimpinan TNI AU saat itu adalah dengan memindahkan keberadaan pesawat Cessna 401/402, Dakota C 47, Sky Van dan C-212 Casa. Atas pertimbangan dari kondisi tersebut, maka Pimpinan TNI AU waktu itu memutuskan untuk mengaktifkan kembali Skadron Udara 4 yang berkedudukan di Lanud Abdulrachman Saleh Malang melalui Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor: Skep/02/I/1985 tanggal 17 Januari 1985. Sejak itulah Lanud Abdulrachman Saleh menjadi home base Skadron Udara 4 Angkut Ringan dengan kekuatan sebagai berikut:
Skadron IV Pengintai Darat yang berada di bawah kendali Group Operasional dibentuk tahun 1951, mengoperasionalkan Pesawat Auster dan Piper L-4J yang berkedudukan di PU Semplak, Bogor. Tahun 1954 Skadron IV Intai Darat mengoperasionalkan pesawat-pesawat ringan jenis Auster, Piper Cup, Cessna-180, dan AT-6G Harvard. Awal tahun 1960-an. Skadron IV Intai darat dinonaktifkan karena kemampuan operasionalnya menurun. Tahun 1983, Kasau mengeluarkan Surat Keputusan tentang revitalisasi dan refungsionalisasi Skadron Udara 17 Linud Khusus yang mengubah kekuatan pesawat dengan pesawat-pesawat jenis baru sesuai fungsi dan tugas utamanya dan namanya berubah menjadi Skadron Udara 17 VIP. Semua pesawat yang tidak termasuk VIP kemudian dipindahkan ke Tempat Parkir disamping Skadron Udara 2. Tahun 1985, Kasau memutuskan untuk mengaktifkan kembali Skadron Udara 4 dari Intai Darat menjadi Angkut Ringan dan dipindah ke Lanud Abdulrachman Saleh Malang. KemampuanAdapun kemampuan yang dimiliki oleh Skadron udara 4 antara lain:
Komandan dan Anggota
Daftar Nama Walet & Penerbang
Referensi
|