Sigismund III Vasa
Sigismund III Vasa (juga dikenal dengan nama Sigismund III dari Polandia, bahasa Polandia: Zygmunt III Waza, bahasa Swedia: Sigismund, bahasa Lituania: Žygimantas Vaza; 20 Juni 1566 – 30 April 1632) adalah Raja Polandia dan Haryapatih Lituania serta penguasa monarki Persemakmuran Polandia-Lituania dari tahun 1587 hingga 1632. Ia juga pernah berkuasa sebagai Raja Swedia dari tahun 1592 hingga ia dijatuhkan pada tahun 1599. Ia adalah anak dari pasangan Raja Johan III dari Swedia dan istri pertamanya, Katarzyna Jagiellonka dari Polandia.[1] Ia terpilih menjadi penerus tahta Persemakmuran Polandia-Lituania dan kemudian mencoba mendirikan sebuah uni personal yang terdiri dari Persemakmuran dan Swedia (Uni Polandia-Swedia). Setelah ia dijatuhkan dari jabatannya sebagai Raja Swedia oleh pamannya, Karl IX dari Swedia, ia terus mencoba untuk merebut kembali tahta Swedia hingga akhir hayatnya.[1] Ketika terjadi kekacauan di Moskwa ("Masa Kekacauan"), ia memanfaatkan kejadian tersebut dan melancarkan serangan ke Rusia. Ia sempat menduduki kota Moskwa selama dua tahun (1610–12) dan juga kota Smolensk. Pada tahun 1617, konflik Polandia-Swedia (yang sempat terhenti oleh gencatan senjata pada tahun 1611) kembali meletus. Saat pasukan Sigismund sedang sibuk bertempur melawan Kesultanan Utsmaniyah di Moldavia (1617–21), Raja Gustavus II Adolphus dari Swedia (anak laki-laki Karl IX) menyerbu wilayah Sigismund. Pasukan Swedia kemudian merebut kota Riga (1621) dan hampir seluruh wilayah Livonia Polandia. Sigismund menyepakati Gencatan Senjata Altmark dengan Swedia pada tahun 1629, tetapi ia tidak dapat lagi merebut tahtanya di Swedia. Selain itu, wilayah Livonia juga terlepas dari kendali Polandia, sehingga kewibawaan kerajaan di kancah internasional menurun.[2] Sigismund merupakan tokoh yang sangat kontroversial di Polandia. Masa kekuasaannya yang panjang merupakan masa kejayaan Persemakmuran. Namun, pada saat yang sama, kemunduran dimulai pada masa kekuasaan Sigismund. Sejarah-sejarah populer (seperti buku karya Paweł Jasienica) sering kali menyajikan Sigismund sebagai tokoh yang bertanggung jawab atas kehancuran Persemakmuran, sementara sejarawan-sejarawan akademis tidak terlalu menyalahkan Sigismund. Catatan kaki
Daftar pustaka
|