Sefotaksim
Sefotaksim adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati sejumlah infeksi bakteri. Secara khusus obat ini digunakan untuk mengobati infeksi sendi, penyakit radang panggul, meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis, gonore, dan selulitis. Obat ini dapat diberikan secara intravena maupun secara intramuskular.[1] Efek samping yang umum termasuk mual, reaksi alergi, dan peradangan pada tempat injeksi. Efek samping lain yang mungkin termasuk peradangan pada lokasi suntikan dan diare akibat Clostridium difficile. Obat ini tidak dianjurkan pada orang yang memiliki riwayat anafilaksis terhadap penisilin.[1] Obat ini relatif aman untuk digunakan selama kehamilan dan menyusui.[1][2] Obat ini termasuk ke dalam keluarga sefalosporin generasi ketiga yang bekerja dengan cara mengganggu membran sel bakteri.[1] Sefotaksim ditemukan pada tahun 1976 dan mulai digunakan secara komersial pada tahun 1980.[3][4] Obat ini termasuk ke dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[5] Obat ini tersedia sebagai obat generik.[1] Penggunaan medisObat ini merupakan obat antibiotik spektrum luas yang melawan banyak bakteri gram-positif dan gram-negatif. Oleh karena spektrumnya yang luas, sefotaksim digunakan untuk berbagai infeksi, termasuk:
Meskipun sefotaksim telah menunjukkan keberhasilan dalam infeksi tersebut di atas, hal ini tidak berarti obat ini dapat digunakan sebagai antibiotik lini pertama. Pada meningitis, sefotaksim dapat melintasi sawar darah–otak lebih baik dari sefuroksim. Efek samping dan KontraindikasiSefotaksim dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap sefotaksim atau golongan sefalosporin lainnya. Penggunaan sefotaksim harus digunakan secara hati-hati dan risiko yang ditimbulkan harus lebih sedikit bila dibandingkan dengan potensi kerugian akibat penggunaannya pada pasien dengan alergi penisilin. Efek samping yang paling umum dialami adalah:
PemberianSefotaksim diberikan melalui injeksi intramuskular atau intravena. Oleh karena sefotaksim dimetabolisme sebagai metabolit aktif dan tidak aktif melalui hati dan sebagian besar diekskresikan melalui urin, dosis penyesuaian mungkin perlu dipertimbangkan pada orang dengan gangguan ginjal atau hati.[6][7][8] Referensi
|