Petroglif Angono
Petroglif Angono - Binangonan adalah petroglif atau seni batu yang diukir di dinding gua di Binangonan, Rizal, Filipina. Petroglif ini terdiri dari 127 figur manusia dan hewan yang diukir di dinding batu, kemungkinan diukir pada masa neolitikum, atau sebelum 2000 SM. Petroglif ini merupakan karya seni tertua yang diketahui di Filipina.[1] Petroglif Angono dengan jelas memperlihatkan figur manusia, katak, dan kadal, beserta gambar lain yang sulit dikenali karena telah tererosi. Ukiran tersebut sebagian besar merupakan representasi simbolis dalam ritual penyembuhan.[1] Situs ini telah dinyatakan oleh Museum Nasional Filipina sebagai Warisan Budaya Nasional pada tahun 1973. Situs ini juga tercantum dalam Daftar Inventaris Seni Batu Dunia pada tahun 1985, daftar situs bersejarah Yayasan Monumen Dunia,[2] serta bagian dari daftar tentatif Situs Warisan Dunia UNESCO Filipina. SejarahKeberadaan ukiran gua dilaporkan ke Museum Nasional oleh mendiang Seniman Nasional Filipina Carlos V. Francisco pada bulan Maret 1965 selama perjalanan bersama sejumlah anggota pramuka di sepanjang perbatasan Kotamadya Angono, Binangonan, dan Antipolo di Provinsi Rizal.[2][3][4] Sejak saat itu, beberapa ukiran batu telah rusak karena kelalaian dan vandalisme. Pada tahun 1973, berdasarkan Keputusan Presiden No. 260, ukiran batu tersebut ditetapkan sebagai pusaka budaya nasional oleh pemerintah Filipina.[5] Setelah itu, sebuah tim dari Museum Nasional Filipina memulai upaya konservasi situs arkeologi dan pengembangan situs petroglif di mana sebuah museum mini, dek pandang, dan jalan setapak batu dibangun. Seni batu tersebut dimasukkan dalam daftar Warisan Budaya Nasional pada tahun 1973 dan Inventaris Seni Batu Dunia pada tahun 1985. Pada tahun 1996, The World Monuments Fund memasukkan Petroglif Angono dalam daftar proyek pelestariannya dan telah membantu pemasangan sistem pembuangan air dan menugaskan seorang pengurus untuk melindungi situs tersebut.[6] Situs ini juga ada dalam daftar tentatif Situs Warisan Dunia UNESCO di Filipina.[7] DeskripsiPetroglif Angono terletak di ceruk bebatuan dangkal selebar 63 meter, dengan kedalaman 8 meter dan ketinggian 5 meter. Terbentuk karena adanya patahan dan di tanah vulkanik pada zaman kuarter. Terdapat 127 gambar berupa figur dengan kepala berbentuk lingkaran atau kubah yang tersebar pada bidang horizontal di area dinding batu berukuran 25 meter kali 3 meter. Hanya 51 dari total 127 gambar yang bentuknya unik. Karena rumitnya dan banyaknya gambar, diduga kuat bahwa gambar-gambar di batu tersebut tidak hanya dibuat oleh satu orang. Gambar-gambar ini dipercaya dibuat untuk ritual penyembuhan dengan cara memindahkan penyakit ke dinding batu kapur, sehingga menyembuhkan anak tersebut dari berbagai penyakit.[2] Penggalian arkeologiDari Oktober hingga November 1965, penggalian arkeologi yang dipimpin oleh Alfredo Evangelista dilakukan di sekitar ceruk batu.[4] Potongan-potongan gerabah, dua serpihan obsidian, dua buah batu chert, alat-alat serpih, satu inti batu, dan kapak batu poles berhasil ditemukan di sana. Artefak menunjukkan bahwa situs tersebut digunakan pada zaman Neolitikum, atau lebih awal dari 2000 SM.[2] Pada tahun 2018, Jalandoni & Taçon mengusulkan bahwa pembuatan petroglif terdiri dari dua fase berbeda yang juga dibuat oleh dua kebudayaan yang berbeda. Fase 1 yang lebih tua terdiri dari sekitar 51 bentuk geometris; termasuk 11 gambar vulva tanpa tubuh berupa segitiga atau oval terbelah dua, lubang kecil (cupula), dan satu sosok manusia lidi dengan siku dan lutut yang ditekuk. Fase 1 diduga dibuat oleh pemburu-pengumpul Australo-Melanesia (Negrito) menggunakan perkakas batu.[8] Fase 2, di sisi lain, memodifikasi petroglif fase 1 dengan menambahkan anggota badan, kepala, dan badan ke figur manusia lidi. Ada yang digambarkan dengan hiasan kepala berbentuk seperti tanduk atau persegi panjang, sementara tiga lainnya memegang benda melengkung. Empat dari bentuk manusia memiliki bentuk pin bowling, tiga memiliki tubuh lonjong, dan satu memiliki "sirip ikan" sebagai kaki. Fase 2 jauh lebih baru, dengan tepi dan garis yang jauh lebih jelas, dan diduga merupakan karya pemburu-pengumpul Austronesia.[8] Grafiti modern telah merusak keaslian situs tersebut, dan ada kemungkinan bahwa fase 2 dibuat oleh gerilyawan Filipina yang bersembunyi di gua-gua semasa Perang Dunia II.[8] PengelolaanPelestarian dan pengembangan Petroglif Angono merupakan upaya bersama Museum Nasional Filipina, Kementerian Pariwisata, Yayasan Monumen Dunia, American Express, dan sebuah perusahaan real estat Filipina.[9] Pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 1989, dengan dilengkapi pagar besi bercat hijau dan dinding beton rendah yang memisahkan dinding batu dari pengunjung. Pemilik lahan sebelumnya, Antipolo Properties Inc. menyumbangkan tanah tepat di depan tempat perlindungan tersebut kepada Museum Nasional, dan mereka juga merawat akses masuk, membersihkan vegetasi, dan membuat terowongan yang melalui punggung bukit untuk memudahkan akses wisatawan.[8] Sebuah dek observasi dipasang oleh Museum Nasional pada tahun 1997. Situs tersebut ditutup selama 14 bulan hingga Oktober 2015 untuk pemugaran dan pemasangan dek observasi yang lebih baru. Grafiti oleh pengunjung menjadi masalah. Dan meskipun situs tersebut menyediakan "buku tamu" untuk dibaca wisatawan, buku-buku tersebut jarang digunakan karena dijaga ketat oleh staf Museum Nasional. Terowongan yang mengarah ke area tersebut tidak terpantau sehingga kerap menjadi lokasi vandalisme oleh pengunjung, meskipun hal ini mungkin berdampak positif karena mengalihkan grafiti dari lokasi utama.[8] Lokasi Petroglif Angono dikembangkan menjadi Museum Nasional Filipina Cabang Angono yang memamerkan warisan budaya dan kesenian asli Rizal. Koleksinya meliputi sisa-sisa kura-kura raksasa, gading, fosil, gigi geraham Elephas sp., keramik, dan lukisan.[4] Catatan kaki
|