Pertempuran Tsushima
Pertempuran Tsushima (Jepang: 対馬沖海戦, Tsushimaoki-Kaisen; bahasa Rusia: Цусимское сражение, Tsusimskoye srazheniye) atau Pertempuran Selat Tsushima adalah pertempuran laut terakhir dan paling menentukan sepanjang Perang Jepang-Rusia (1904–1905). Pertempuran terjadi di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905 (14-15 Mei menurut kalender Julian yang waktu itu digunakan di Rusia) dan merupakan pertempuran laut terbesar pada era kapal tempur Pra-Dreadnought. Pertempuran Tsushima dikenal di Jepang sebagai Nihonkai kaisen (日本海海戦 , Pertempuran Laut di Laut Jepang). Kapal-kapal uap dari Armada Gabungan Kekaisaran Jepang di bawah komando Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan dua pertiga Armada Baltik Kekaisaran Rusia di bawah komando Laksamana Zinovy Rozhestvensky. Sejarawan Edmund Morris dalam buku Theodore Rex menyebut Pertempuran Tsushima sebagai pertempuran terbesar setelah Pertempuran Trafalgar. Kekalahan Rusia membuka jalan bagi Perjanjian Portsmouth yang mengakhiri Perang Rusia-Jepang 1904-1905. Garis BesarArmada Baltik Rusia yang dikirim dari Eropa bertempur melawan Armada Gabungan Jepang di perairan Selat Tsushima antara Semenanjung Korea dan Jepang. Sebelumnya, 10 Agustus 1904, Armada Pasifik Rusia sudah berantakan dalam Pertempuran Laut Kuning dikalahkan armada Jepang. Armada Baltik berlayar melewati Laut Utara, dan menyebabkan insiden diplomatik di Dogger Bank (lepas pantai Inggris) akibat menyerang armada nelayan Britania. Pelayaran diteruskan melalui Afrika dan berlabuh di Indochina. Perjalanan begitu panjang dan meletihkan, dan akibatnya moral awak kapal mulai anjlok. Armada Baltik mulanya diperintahkan untuk membuka blokade Jepang terhadap Lüshunkou, tetapi jauh sebelum Armada Baltik tiba, wilayah tersebut sudah jatuh ke tangan Jepang. Armada Baltik sedang berlayar ke pelabuhan Rusia di Vladivostok melewati wilayah perairan Selat Tsushima ketika ditemukan kapal penjelajah Jepang. Armada Baltik mempunyai tiga rute yang bisa dilewati untuk sampai di Vladivostok: Selat La Pérouse, Selat Tsugaru, dan Selat Tsushima. Laksamana Rozhestvensky memilih Selat Tsushima yang memisahkan Kyushu dan Semenanjung Korea. Selat Tsushima merupakan rute terdekat menuju Vladivostok. Dua rute lainnya adalah jalan memutar melewati Samudra Pasifik. Laksamana Togo yang berpangkalan di Busan, Semenanjung Korea sudah memperkirakan Selat Tsushima bakal dilewati armada Rusia. PertempuranDua kapal rumah sakit yang mengikuti armada Rusia terlihat kapal penjelajah Jepang. Armada Rusia berlayar dari selatan-barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang dari datang dari barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya, Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per satu agar bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah dengan selamat, dan kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter. Era pertempuran laut modern dimulai ketika kedua belah armada mulai saling melepaskan tembakan meriam. Sebelum Pertempuran Tsushima, kapal-kapal dalam pertempuran laut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang lebih dekat. Laksamana Togo unggul karena armada Rusia tidak bersiap menghadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang Jepang sudah terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan lebih sering mengenai sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang waktu itu lebih baik dibandingkan amunisi Rusia. Tembakan meriam kapal-kapal Jepang juga lebih akurat karena memiliki lebih banyak instrumen pengukur jarak dibandingkan kapal Rusia. Armada Baltik waktu itu sedang tidak dalam keadaan siap tempur. Selain 4 kapal perang terbaru kelas Borodino, Armada Baltik terdiri dari kapal model lama dan tidak terpelihara dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung kapal kotor karena kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal Rusia menjadi berkurang. Kapal-kapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17 km/jam). Laksamana Togo memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat melakukan taktik pertempuran laut Crossing the T sebanyak 2 kali.Strategi yang membawa kemenangan dalam pertempuran laut ini direncanakan oleh Saneyuki Akiyama(秋山真之), seorang perwira staf. Selanjutnya, kakak laki-laki Saneyuki, Yoshifuru Akiyama(秋山好古), juga merupakan orang yang melatih unit kavaleri Angkatan Darat Jepang yang mengalahkan kavaleri Cossack, yang dikatakan sebagai yang terkuat di dunia, selama Perang Rusia-Jepang. Laksamana Rozhestvensky tewas seketika akibat pecahan logam di kepala. Dalam sehari pada 27 Mei 1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz' Suvorov, Oslyabya, Emperor Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan ringan, terutama Kapal tempur Jepang Mikasa. Menjelang malam, Laksamana Muda Nebogatov mengambil alih komando armada Rusia. Di malam hari, kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal armada Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha malarikan diri ke utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur Sisoy Veliki dan dua kapal penjelajah tua rusak berat: Admiral Nakhimov dan Vladimir Monomakh hingga harus ditenggelamkan di pagi harinya. Kronologi peristiwa27 Mei 1905 (JST)
28 Mei 1905 (JST)
PascapertempuranKeempat kapal perang lain di bawah komando Laksamana Muda Nebogatov dipaksa menyerah pada hari berikutnya. Dari keempat kapal tersebut hanya terdapat satu kapal perang modern, kapal tempur Orel, sedangkan selebihnya merupakan kapal tempur tua Emperor Nikolay I, dan dua kapal perairan Apraxin dan Admiral Senyavin. Keempat kapal tersebut tidak akan mampu bertahan atas serangan armada Jepang. Hingga malam 28 Mei, hanya tinggal satu kapal Rusia yang dikejar armada Jepang. Kapal perairan Admiral Ushakov menolak untuk menyerah dan ditenggelamkan kapal penjelajah Jepang. Walaupun usianya sudah tua, kapal penjelajah Dmitri Donskoy berjuang melawan 6 kapal penjelajah Jepang dan bertahan sampai hari berikutnya, walaupun akhirnya rusak berat dan harus ditenggelamkan. Tiga kapal penjelajah Rusia, Aurora, Zhemtchug, dan Oleg berhasil lolos ke pangkalan AL Amerika Serikat di Manila dan ditahan. Di pihak Rusia, hanya kapal layar cepat Almaz (digolongkan sebagai kapal penjelajah kelas 2) dan 2 kapal perusak yang berhasil sampai di Vladivostok. Rusia kehilangan hampir seluruh kapal Armada Baltik dalam pertempuran di Selat Tsushima. Pihak Jepang hanya kehilangan 3 kapal torpedo (Nomor 34, 35, dan 69). Peristiwa ini meruntuhkan prestise Rusia di dunia internasional, sekaligus pukulan besar bagi Dinasti Romanov. Perlakuan Jepang terhadap tawanan perang Rusia selama Perang Rusia-Jepang lebih baik daripada yang disyaratkan oleh hukum internasional pada saat itu, dan mereka tidak dipaksa bekerja, sehingga mereka dapat berolahraga dengan bebas. Sebuah ruang rekreasi didirikan, dan orang-orang dengan pangkat lebih tinggi diizinkan berjalan-jalan di luar pusat penahanan . Selain itu, sesuai dengan kode moral Bushido Jepang, meskipun seorang prajurit musuh kalah dalam pertempuran, dia tetaplah seorang pejuang yang terhormat, jadi dia dilarang keras untuk menghinanya. Pidato mengenai pembubaran armada gabungan: ”Mahkota kemenangan dianugerahkan Tuhan kepada mereka yang berusaha rutin berlatih dan dijanjikan kemenangan sebelum berperang, namun mahkota kemenangan itu cepat direnggut dari mereka yang puas dengan satu kemenangan dan santai saja. Ada pepatah lama: ``Kalaupun menang, kencangkan helmmu.'' Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Battle of Tsushima.
|