Perang Zhongyuan
Perang Zhongyuan atau Perang Dataran Tengah tahun 1930 (Hanzi sederhana: 中原大战; Hanzi tradisional: 中原大戰; Pinyin: Zhōngyúan Dàzhàn) adalah perang saudara antara pemerintah Kuomintang Nasionalis di Nanjing yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek dan beberapa komandan militer regional yang merupakan bekas sekutu Chiang pada masa Ekspedisi Utara. Setelah Ekspedisi Utara berakhir pada tahun 1928, Yan Xishan, Feng Yuxiang, Li Zongren, dan Zhang Fakui memutuskan hubungan dengan Chiang sesaat setelah sebuah konferensi demiliterisasi pada tahun 1929, dan bersama-sama mereka membentuk sebuah koalisi anti-Chiang yang secara terbuka menantang legitimasi pemerintahan Nanjing. Perang tersebut merupakan konflik terbesar di Era Panglima Perang, dengan pertempuran membentang dari Henan, Shandong, Anhui, dan wilayah lainnya di Dataran Tengah di Tiongkok, melibatkan 300.000 prajurit dari Nanjing dan 700.000 prajurit dari koalisi.[1] Latar belakangMunculnya Chiang Kai-shekDibandingkan dengan pejabat senior partai lainnya seperti Hu Hanmin dan Wang Jingwei, status politik Chiang Kai-shek di Kuomintang (KMT) lebih rendah pada awalnya. Chiang mulai tampil menonjol pada tahun 1917 pada masa Gerakan Perlindungan Konstitusional dan pembentukan pemerintahan Guangzhou, di mana dia menunjukkan bakat militernya. Titik baliknya datang pada tahun 1923 ketika Chen Jiongming melancarkan pemberontakan melawan Sun Yat-sen di Guangzhou. Peran Chiang dalam membantu Sun untuk mundur dari Guangzhou akhirnya membantunya menjadi anak didik Sun.[2] Setelah kematian Sun pada tahun 1925, faksi-faksi di dalam Kuomintang mulai muncul. Perebutan kekuasaan antara Chiang dan Wang Jingwei menyebabkan perpecahan KMT. Chiang dapat menggunakan pengaruhnya sebagai komandan Akademi Whampoa dan akhirnya mengambil alih kepemimpinan partai tersebut, memaksa Wang ke pengasingan di luar negeri. Pada tahun 1926, Chiang dipilih secara seremonial sebagai komandan Tentara Revolusioner Nasional yang baru dibentuk dan melancarkan Ekspedisi Utara. Dalam perjalanan ekspedisi tersebut, Chiang berhasil membentuk sebuah aliansi dengan tentara panglima perang Feng Yuxiang, Yan Xishan, dan Li Zongren.[3] Reunifikasi Tiongkok (1928)Ekspedisi Utara berakhir dengan penyatuan kembali Tiongkok pada tahun 1928 di bawah pemerintahan Nanjing, ketika Zhang Xueliang menyatakan kesetiaan Tentara Timur Laut-nya kepada pemerintahan Nasionalis di Nanjing, setelah pembunuhan ayahnya, Zhang Zuolin oleh Tentara Kwantung Jepang. Sementara Chiang muncul sebagai pemimpin tertinggi Republik Tiongkok, reunifikasi segera mengalami masalah karena berbagai faksi di Kuomintang tidak setuju mengenai demiliterisasi pada sebuah konferensi militer pada tahun 1929.[4] Tentara Revolusioner Nasional direorganisasi menjadi empat kelompok tentara setelah Ekspedisi Utara, yang memasukkan tentara dari panglima perang regional. Kelompok Tentara Pertama dibentuk oleh klik Whampoa, yang juga dikenal sebagai Tentara Pusat, yang dipimpin langsung oleh Chiang sendiri. Kelompok Tentara Kedua terdiri dari elemen-elemen dari Guominjun yang dipimpin oleh Feng Yuxiang. Kelompok Tentara Ketiga dipimpin oleh Yan Xishan dari klik Shanxi, sementara Kelompok Tentara Keempat dipimpin oleh Li Zongren dari klik Guangxi Baru.[5] ReferensiKutipan
Bibliografi
|