Patung-patunganDarumasan ga koronda (だるまさんがころんだ ) adalah permainan rakyat Jepang yang dimainkan oleh tiga orang pemain atau lebih. Penjaga pos yang disebut Oni) berusaha menangkap semua pemain yang tidak dalam keadaan diam ketika kalimat Daruma-san ga koronda ("Boneka Daruma jatuh") selesai diucapkan. Peserta berusaha mendekati penjaga pos ketika kalimat Daruma-san ga koronda sedang diucapkan. Semua pemain lari bila punggung penjaga pos berhasil ditepuk. Bila sudah ada pemain yang tertangkap dan digandeng oleh penjaga pos, tawanan dapat dibebaskan dengan cara memutuskan gandengan tangan mereka. Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak. Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa Korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (무궁화 꽃이 피었습니다, arti: Bunga Mugung sudah mekar). Di beberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat.[1] Di negara-negara berbahasa Inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau).[2] Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang Prancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang Spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés. Di Indonesia, permainan ini dikenal dengan nama patung-patungan. PeraturanPenjaga pos adalah seorang pemain yang kalah dalam janken. Pos jaga dapat berupa batang pohon atau dinding. Permainan dimulai pemain dari garis start yang ditentukan bersama. Para pemain berteriak, "Hajime no ippo" ("Langkah pertama"), dan meloncat satu langkah ke arah yang diinginkan, biasanya menuju ke arah penjaga pos. Penjaga pos menghadap ke pos jaga ketika mengucapkan Daruma-san ga koronda, dan tidak dapat melihat pemain yang mendekatinya dari belakang. Para pemain berlari atau berjalan sedikit demi sedikit mendekati penjaga pos ketika penjaga pos sedang meneriakkan kalimat Daruma-san ga koronda. Setelah suku kata terakhir selesai diucapkan, penjaga pos berbalik ke arah pemain, dan mencari pemain yang masih bergerak. Ketika penjaga pos sedang melihat, pemain harus menghentikan semua gerakan dan diam seperti patung. Bila ada pemain yang bergerak, penjaga pos menangkap pemain tersebut dengan mengucapkan namanya. Peserta yang sudah tertangkap harus pergi ke pos sebagai tawanan, dan menunggu hingga dibebaskan. Tawanan pertama harus bergandengan sebelah tangan dengan penjaga pos, sementara sebelah tangan lainnya memegangi tawanan kedua. Begitu seterusnya hingga semua pemain tertangkap. Pemain lainnya dapat membebaskan pemain yang tertawan dengan cara menepuk gandengan tangan pemain tersebut sambil berteriak "Kitta!" ("Putus!"). Kecuali tawanan yang belum dibebaskan, semua bekas tawanan dalam "mata rantai" harus berlari menjauh dengan sekencang-kencangnya. Penjaga pos memerintahkan mereka untuk berhenti dengan mengucapkan kata "Stop!". Kepada pemain yang baru saja berhasil membebaskan tawanan, penjaga pos menanyakan jumlah langkah yang boleh diambilnya. Berdasarkan jawaban pemain (biasanya antara 3 hingga 10 langkah), penjaga pos melangkahkan kaki lebar-lebar untuk mendekati para pemain. Pemain yang berada di dekatnya ditepuk untuk dijadikan penjaga pos yang baru. Dalam budaya populer
Referensi
Pranala luar |