Lu Rongting
Lu Rongting (Hanzi sederhana: 陆荣廷; Hanzi tradisional: 陸榮廷; Pinyin: Lù Róngtíng; 9 September 1859 – 6 November 1928),[1] sering juga dilafalkan Lu Yung-ting dan Lu Jung-t'ing, adalah pemimpin militer dan politik pada akhir dinasti Qing hingga awal Republik. Lu berasal dari Wuming, Guangxi dan seorang etnis Zhuang.[2] KehidupannyaEra Qing AkhirLu Rongting berasal dari keluarga petani dan bergabung dengan perkumpulan rahasia pada masa mudanya untuk mencari nafkah. Ia menjadi tentara reguler Qing setelah meletusnya Perang Tiongkok-Prancis tahun 1884. Antara tahun 1903-05, ia aktif berpartisipasi dalam menumpas kaum revolusioner di Guangxi. Pada musim gugur 1904, Raja Muda Liangguang Cen Chunxuan mengangkatnya menjadi komandan unit Penjaga Perbatasan Guangxi yang beranggotakan 4.000 orang. Tentara ini nantinya akan menjadi inti dari Kelompok Guangxi Lama. Pada Desember 1907, Long Jiguang dan Lu Rongting memimpin pasukan Qing untuk mengatasi Pemberontakan Zhennanguan. Keberhasilannya menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Sun Yat-sen dan Huang Xing, memaksa Sun untuk melarikan diri ke Singapura dan tidak kembali ke Tiongkok hingga Pemberontakan Wuchang. Kekaisaran Qing memberi Lu gelar Baturu. Pemimpin Kelompok Guangxi LamaPada Juli 1911, setelah Pemberontakan Wuchang, Gubernur Guangxi Chen Bingkun memproklamasikan kemerdekaan dan membentuk pemerintahan militer Guangxi. Setelah kepergian Chen Bingkun dan Wang Zhixiang, Lu mengambil alih kendali atas provinsi Guangxi. Pada 8 Februari 1912, Yuan Shikai secara resmi mengangkat Lu sebagai gubernur Guangxi. Dalam Revolusi Kedua tahun 1913 yang diprakarsai oleh Kuomintang, Lu memihak Yuan Shikai dan menekan kaum revolusioner Nasionalis di Guangxi. Segera setelah itu, Cai E dan Tang Jiyao (Kelompok Yunnan) memulai Perang Perlindungan Nasional dan Lu bergabung dengan mereka guna melawan ambisi monarki Yuan. Dalam prosesnya, Cen Chunxuan yang merupakan musuh Yuan Shikai, diam-diam direkrut oleh Lu. Beberapa cendekiawan berpendapat bahwa alasan perubahan kesetiaan Lu yang tiba-tiba ini adalah karena ketidakpuasannya terhadap perlakuan Yuan, yang mencegahnya memperluas pengaruhnya ke Guangdong.[3] Namun demikian, Perang Perlindungan Nasional menyebabkan lengsernya Yuan Shikai. Long Jiguang memproklamasikan kemerdekaan Guangdong dari Yuan pada 6 April 1916. Setelah kematian Yuan Shikai pada bulan Juni, Lu dan Li Liejun menyerang Long dan memaksanya mundur ke Hainan. Pada tahun yang sama, Lu menjadi gubernur provinsi Guangdong. Kendali dan yurisdiksinya atas wilayah Guangdong dan Guangxi dilanjutkan oleh Li Yuanhong pada April 1917. Awal Era Panglima PerangDi atas berjudul "Peringatan Ulang Tahun Presiden Republik Tiongkok 19 Oktober" Sun Yat-sen memprakarsai Gerakan Perlindungan Hukum tahun 1917 dan Lu memainkan peranan penting. Di bawah reorganisasi militer tahun 1918, Tang Jihao dan Lu ditunjuk sebagai kepala gabungan. Organisasi ini berperan penting dalam membangun perdamaian antara pemerintah Beijing (di bawah Kelompok Zhili) dengan pasukan Gerakan Perlindungan Hukum. Namun, timbul perpecahan dalam gerakan itu, ketika Sun menentang Kelompok Guangxi Lama pimpinan Lu yang melawan pemerintah yang dipimpin oleh Kelompok Zhili di Beijing. Selain itu, orang-orang Guangdong secara bertahap mulai menentang kekuasaan Lu atas provinsi tersebut. Pada Juli 1920, Chen Jiongming (dengan dukungan dari Sun) mengusir Lu dan Cen Chunxuan dari Guangdong. Kebangkitan MiliterSetelah kekalahan Lu di Guangdong, ia mendapat dukungan dari pemerintah Beiyang dalam upayanya untuk memulihkan provinsi Guangdong. Pada Juni 1921, konflik kedua antara Kelompok Guangxi Lama dengan Guangdong terjadi. Namun, karena pembelotan di dalam pasukannya sendiri dan hilangnya kota strategis Chongzuo pada bulan September, Lu menyatakan keputusannya untuk mundur dari jabatannya sebagai gubernur di Nanning dan dia kemudian melarikan diri ke Shanghai. Karena polarisasi hubungan antara Chen Jiongming dan Sun Yat-sen, Lu diangkat kembali menjadi gubernur provinsi Guangxi tahun 1923 oleh pemerintah Beiyang. Namun, ia tidak dapat sepenuhnya mengendalikan provinsi Guangxi karena adanya pembentukan Kelompok Guangxi Baru (KGB) yang dipimpin oleh Li Zongren dan Bai Chongxi. Di Tiongkok Selatan muncul tiga kekuatan, yang paling kuat dipimpin oleh koalisi Lu dan diikuti oleh Shen Hongying dan KGB. Tahun 1924, pasukan Lu dikepung oleh pasukan Shen dan pada saat yang sama juga diserang oleh KGB. Kota Nanning dikuasai oleh KGB dan pada bulan Agustus tahun itu, Lu juga kalah di Guilin dari pasukan Shen. Karena menderita kekalahan yang bertubi-tubi, ia melarikan diri ke Yongzhou, Hunan, dan secara resmi mengumumkan kekalahan serta kepergiannya dari politik pada 9 Oktober 1924.[4] Pada 6 November 1928 ia meninggal di Shanghai karena sakit. Keluarga
Referensi |