Kalium tiosianat
Kalium tiosianat adalah suatu senyawa kimia dengan rumus kimia KSCN. Senyawa ini merupakan garam yang penting dari anion tiosianat, salah satu pseudohalida. Senyawa ini memiliki titik lebur yang relatif rendah dibandingkan kebanyakan garam anorganik lainnya. Sifat fisikKalium tiosianat merupakan kristal pada suhu kamar yang perlahan larut dalam udara. Senyawa ini sangat larut dalam air, di mana larutan mendingin dengan cepat. Senyawa ini memiliki suhu leleh sekitar 175 °C. Kristalnya mudah larut dalam etanol dan aseton. SintesisSintesis kalium tiosianat dapat berlangsung dengan melelehkan kalium sianida dengan larutan belerang atau kalium hidroksida serta amonium tiosianat. Yang terakhir ini diperoleh dari reaksi karbon disulfida dan amonia di bawah tekanan dan pada suhu tinggi: KegunaanSintesis kimiaKSCN berair bereaksi hampir secara kuantitatif dengan Pb(NO3)2 untuk menghasilkan Pb(SCN)2, yang telah digunakan untuk mengubah asil klorida menjadi tiosianat.[2] KSCN mengubah etilen karbonat menjadi etilensulfida.[3] Untuk tujuan ini, KSCN pertama kali dicairkan di bawah vakum untuk menghilangkan air. Dalam reaksi yang terkait, KSCN mengubah sikloheksida oksida menjadi episulfida yang sesuai.[4]
KSCN juga merupakan produk awal untuk sintesis karbonil sulfida. Kegunaan lainCairan encer KSCN terkadang digunakan untuk efek darah yang cukup realistis dalam film dan teater. Senyawa ini dapat dicat pada permukaan atau disimpan sebagai larutan yang tidak berwarna. Bila kontak dengan larutan besi(III) klorida (atau larutan lain yang mengandung Fe3+), Produk dari reaksi adalah larutan dengan warna merah darah, karena pembentukan ion kompleks besi-tiosianat.
Dengan demikian bahan kimia ini sering digunakan untuk menciptakan efek 'stigmata'. Karena kedua larutan tersebut tidak berwarna, keduanya bisa diletakkan terpisah di masing-masing tangan. Ketika tangan saling kontak satu sama lain, larutan bereaksi dan efeknya terlihat sangat mirip dengan stigmata. Demikian pula, reaksi ini digunakan sebagai uji untuk Fe3+ di laboratorium.[6] Kalium tiosianat juga dapat berfungsi sebagai pereaksi deteksi untuk ion tembaga(II). Untuk tujuan ini, ion tembaga (II) direaksikan dahulu dengan natrium sulfit untuk direduksi menjadi ion tembaga(I), yang bersama-sama dengan tiosianat menghasilkan endapan berwarna:
Demikian pula, ion kobalt(II) dapat dideteksi dengan kalium tiosianat. Hal ini menimbulkan warna merah-violet dalam kobalt(II) tiosianat berair, yang menjadi biru pada penambahan alkohol atau aseton.[7] Selanjutnya, kandungan klorida dari larutan asam nitrat dapat ditentukan dengan larutan kalium tiosianat dalam titrasi menurut metode Volhard. Titrasi ini merupakan titrasi balik. Pada langkah pertama, ion klorida diendapkan dengan kelebihan perak nitrat yang ditentukan sebagai perak klorida. Pada langkah kedua, kelebihan ion perak kemudian dititrasi terhadap kalium tiosianat. Sebagai indikator, ion Fe3+ digunakan: Referensi
|