Julius Robert Oppenheimer
Julius Robert Oppenheimer[catatan 1] (/ˈɒpənˌhaɪmər/; 22 April 1904 – 18 Februari 1967) adalah fisikawan teoretis Amerika Serikat dan kepala Laboratorium Los Alamos pada masa Perang Dunia II. Ia kerap dijuluki sebagai "bapak bom atom" atas perannya dalam mengelola Proyek Manhattan, sebuah upaya riset dan pengembangan yang berujung pada penciptaan senjata nuklir pertama. Oppenheimer lahir di Kota New York dari keluarga imigran Yahudi-Jerman dan meraih gelar sarjana dalam bidang kimia dari Universitas Harvard pada tahun 1925 dan doktoral dalam bidang fisika dari Universitas Göttingen di Jerman pada tahun 1927. Setelah melakukan riset di beberapa institusi, ia bergabung dengan departemen fisika Universitas California, Berkeley dan menjadi profesor tetap pada tahun 1936. Ia berkontribusi besar terhadap fisika teori, termasuk pemikirannya mengenai mekanika kuantum dan fisika nuklir seperti Hampiran Born–Oppenheimer atas fungsi gelombang molekuler, karyanya mengenai teori elektron dan positron, proses Oppenheimer–Phillips dalam fusi nuklir, dan prediksi pertama penerowongan kuantum. Bersama murid-muridnya, ia juga berkontribusi dalam teori bintang neutron dan lubang hitam, teori medan kuantum, dan interaksi sinar kosmik. Pada tahun 1942, Oppenheimer direkrut untuk menggarap Proyek Manhattan dan pada tahun 1943 ditunjuk sebagai kepala proyek Laboratorium Los Alamos di New Mexico. Ia ditugaskan untuk mengembangkan senjata nuklir pertama, empat tahun setelah dimulainya proyek senjata nuklir Jerman.[catatan 2] Kepemimpinan dan kecerdasan sainsnya berperan besar dalam keberhasilan proyek tersebut. Pada 16 Juli 1945, ia menyaksikan uji coba pertama bom atom, Trinity. Pada bulan Agustus 1945, senjata tersebut digunakan untuk melawan Jepang dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, yang sampai saat ini menjadi satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata. Pada tahun 1947, Oppenheimer menjadi direktur Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, dan mengepalai Komite Penasihat Umum di Komisi Energi Atom Amerika Serikat yang baru dibentuk. Ia menyarankan agar penggunaan tenaga nuklir diawasi secara internasional untuk mencegah proliferasi nuklir dan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet. Oppenheimer juga menentang pengembangan bom hidrogen pada tahun 1949–1950. Di tengah perdebatan pemerintah AS mengenai perlunya penggunaan senjata tersebut, ia mendapat posisi berpengaruh di pemerintahan, yang memicu kemarahan beberapa faksi pemerintah dan militer di AS. Pada masa McCarthyisme, sikap Oppenheimer, dan juga keterkaitannya di masa lalu dengan orang dan organisasi yang berhubungan dengan Partai Komunis Amerika Serikat, menyebabkan izin pengamanannya dicabut setelah sidang keamanan pada tahun 1954. Hal ini secara efektif mengakhiri aksesnya terhadap rahasia bom atom pemerintah dan dengan demikian juga mengakhiri kariernya sebagai fisikawan nuklir. Meskipun pengaruh politiknya juga dilucuti, Oppenheimer terus memberi kuliah, menulis, dan berkarya di bidang fisika. Pada tahun 1963, Presiden John F. Kennedy menganugerahinya (yang diserahkan oleh Lyndon B. Johnson karena Kennedy sudah meninggal) Penghargaan Enrico Fermi sebagai pertanda pemulihan status politiknya. Pada tahun 2022, pemerintah AS membatalkan keputusan tahun 1954 terkait pencabutan izin keamanan Oppenheimer dan mengungkapkan bahwa proses tersebut cacat secara hukum. Kehidupan awalMasa kecil dan pendidikanJulius Robert Oppenheimer[catatan 1] terlahir dari keluarga Yahudi sekuler[2] di New York City pada tanggal 22 April 1904.[3] Ibunya, Ella (nama gadis Friedman), berprofesi sebagai pelukis, dan ayahnya, Julius Seligmann Oppenheimer, adalah seorang importir tekstil tersohor. Julius lahir di Hanau, yang saat itu merupakan bagian dari Provinsi Hesse-Nassau di Kerajaan Prusia dan merantau ke Amerika Serikat saat remaja pada tahun 1888 dengan sedikit modal, tanpa uang, tanpa gelar sarjana, dan tanpa kemampuan bahasa Inggris. Ia mendapat pekerjaan di perusahaan tekstil dan dalam kurun satu dekade, ia berhasil mengepalai perusahaan tersebut dan menjadi kaya raya.[4] Pada tahun 1912, keluarganya pindah ke lantai 11 sebuah apartemen di Riverside Drive 155, dekat West 88th Street, Manhattan, kawasan yang terkenal memiliki banyak wastu dan rumah mewah.[3] Keluarga ini memiliki koleksi lukisan karya Pablo Picasso dan Édouard Vuillard, dan setidaknya tiga lukisan asli karya Vincent van Gogh.[5] Robert memiliki seorang adik laki-laki bernama Frank, yang juga berprofesi sebagai seorang fisikawan dan kelak mendirikan museum sains Exploratorium di San Francisco.[6] Oppenheimer awalnya bersekolah di Alcuin Preparatory School. Pada tahun 1911, ia masuk ke Ethical Culture Society School,[7] yang didirikan oleh Felix Adler untuk mempromosikan pendidikan berlandaskan Budaya Etis, yang memiliki moto "Pengabdian sebelum Kepercayaan". Ayahnya telah menjadi anggota lembaga tersebut selama bertahun-tahun sebagai dewan pengawas.[8] Oppenheimer adalah seorang siswa yang serbabisa yang tertarik pada sastra Inggris dan Prancis sekaligus meminati mineralogi.[9] Ia menamatkan kelas tiga dan empat hanya dalam waktu satu tahun dan menghabiskan masa kelas delapannya hanya dalam waktu setengah tahun.[7] Pada tahun terakhirnya, Oppenheimer mulai menekuni kimia.[10] Ia lulus pada tahun 1921, tetapi tertunda satu tahun karena terserang kolitis, yang diidapnya saat berlibur di Cekoslowakia. Ia menjalani penyembuhan di New Mexico yang menumbuhkan kegemarannya terhadap berkuda dan alam Amerika Serikat barat daya.[11] Pada usia 18 tahun, Oppenheimer masuk Harvard College dan mengambil jurusan kimia. Harvard juga mewajibkan mata kuliah sejarah, sastra, dan filsafat atau matematika. Ia mengompensasi keterlambatannya masuk kuliah dengan mengambil enam mata kuliah tiap semester yang lebih banyak dari mayoritas mahasiswa yang hanya mengambil empat mata kuliah tiap semester. Oppenheimer diterima di perhimpunan kehormatan Phi Beta Kappa dan diberi gelar sarjana fisika melalui studi independen, yang artinya ia bisa menjalani perkuliahan lanjutan tanpa ikut perkuliahan dasar. Ia mulai tertarik pada fisika eksperimental, berawal dari mata kuliah termodinamika yang diajarkan oleh Percy Bridgman. Pada tahun 1925, setelah berkuliah selama tiga tahun, Oppenheimer lulus dari Harvard dengan gelar Bachelor of Arts, summa cum laude.[12] Studi di EropaSetelah diterima di Christ's College, Cambridge pada tahun 1924, Oppenheimer menyurati Ernest Rutherford, meminta izinnya untuk bekerja di Laboratorium Cavendish, meskipun surat rekomendasi dari Bridgman menjelaskan bahwa karena kecerobohan Oppenheimer di laboratorium, fisika teori adalah keahliannya, bukannya fisika eksperimen. Rutherford tidak terkesan, tetapi Oppenheimer tetap berangkat ke Cambridge.[13] Ia akhirnya diterima oleh J. J. Thomson dengan syarat harus menyelesaikan kursus laboratorium dasar terlebih dahulu.[14] Oppenheimer tidak senang di Cambridge dan menulis surat kepada seorang temannya: "Saya menjalani waktu yang sangat buruk. Pekerjaan lab sangat membosankan, dan saya sangat buruk dalam hal itu sehingga saya mungkin tidak merasa sedang mempelajari sesuatu".[15] Hubungannya dengan tutornya, Patrick Blackett, berjalan buruk. Menurut salah seorang temannya, Francis Fergusson, Oppenheimer mengaku pernah meletakkan apel yang disuntikkan racun di meja Blackett yang akhirnya tidak dimakan oleh siapapun. Orang tua Oppenheimer meyakinkan pihak universitas agar tidak mengajukan tuntutan pidana atau mengeluarkannya. Sebagai hukuman, Oppenheimer menjalani masa percobaan dan harus menjalani konseling rutin dengan psikiater di Harley Street, London.[16][17] Oppenheimer berperawakan tinggi, kurus, dan seorang perokok berat,[18] yang sering melewatkan jam makan saat sedang berkonsentrasi tinggi. Banyak temannya yang mengatakan bahwa kebiasaannya tersebut bisa merusak dirinya sendiri. Dalam salah satu insiden, Fergusson mencoba mengalihkan perhatian Oppenheimer dari depresinya dengan mengatakan padanya bahwa dia (Fergusson) akan menikahi kekasihnya, Oppenheimer mendadak melompat ke arah Fergusson dan mencoba mencekiknya. Oppenheimer mengalami periode depresi hampir sepanjang hidupnya,[19][20] dan ia pernah berkata kepada adiknya bahwa ia "lebih membutuhkan fisika daripada teman".[21] Pada tahun 1926, Oppenheimer meninggalkan Cambridge dan meneruskan studinya ke Universitas Göttingen untuk belajar fisika di bawah bimbingan Max Born. Göttingen adalah salah satu pusat fisika teori terkemuka di dunia. Di Göttingen, Oppenheimer memiliki banyak teman yang kelak menjadi tokoh besar, termasuk Werner Heisenberg, Pascual Jordan, Wolfgang Pauli, Paul Dirac, Enrico Fermi dan Edward Teller. Ia dikenal terlalu antusias dalam berdiskusi, terkadang sampai mengambil alih sesi perkuliahan.[22] Hal tersebut membuat beberapa murid Born lainnya sangat kesal sehingga Maria Goeppert melayangkan protes kepada Born melalui petisi yang ditandatangani oleh dirinya sendiri dan mahasiswa lain, yang mengancam akan memboikot kelas kecuali Born bisa menyuruh Oppenheimer diam. Born meninggalkan petisi tersebut di mejanya, agar Oppenheimer bisa membacanya, dan hal tersebut berhasil tanpa harus mengatakan apapun ke Oppenheimer.[23] Oppenheimer memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) pada bulan Maret 1927 saat berusia 23 tahun, dibimbing oleh Born.[24] Setelah ujian lisan, James Franck, profesor yang mengujinya, mengutarakan: "Saya senang ini sudah berakhir. Dia kalau bertanya suka terang-terangan."[25] Oppenheimer menerbitkan lebih dari selusin makalah selama di Eropa, termasuk beragam kontribusi penting dalam bidang baru dalam mekanika kuantum. Ia dan Born menerbitkan makalah terkenal mengenai hampiran Born–Oppenheimer, yang memisahkan gerak nuklir dari gerak elektronik dalam perlakuan matematis molekul, memungkinkan pengabaian gerak nuklir untuk menyederhanakan perhitungan. Karya tersebut menjadi karyanya yang paling banyak dikutip.[26] Karier awalKarier mengajarOppenheimer ditawari oleh Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional Amerika Serikat untuk menjadi akademisi di Institut Teknologi California (Caltech) pada bulan September 1927. Bridgman juga menginginkannya mengajar di Harvard sehingga ia mengambil jalan tengah. Ia membagi jadwal mengajarnya untuk tahun akademik 1927–1928, dengan Harvard diambilnya pada tahun 1927 dan Caltech pada tahun 1928.[27] Di Caltech, ia berteman akrab dengan Linus Pauling. Keduanya berencana melakukan riset bersama mengenai sifat ikatan kimia, yang dirintis oleh Pauling, dengan Oppenheimer menyumbangkan pengetahuan matematikanya dan Pauling akan menafsirkan hasilnya. Kolaborasi dan persahabatan mereka berdua berakhir setelah Oppenheimer mengajak istri Pauling, Ava Helen Pauling, berkencan dengannya di Meksiko.[28] Oppenheimer kelak menawari Pauling untuk mengepalai Divisi Kimia Proyek Manhattan, tetapi Pauling menolaknya, beralasan bahwa ia adalah seorang pasifis.[29] Pada musim gugur 1928, Oppenheimer mengunjungi institut Paul Ehrenfest di Universitas Leiden, Belanda dan memberikan kuliah umum dalam bahasa Belanda, meskipun tidak terlalu fasih berbahasa tersebut. Di sana, ia diberi julukan Opje,[30] yang kemudian dialih bahasakan oleh murid-muridnya menjadi "Oppie".[31] Dari Leiden, ia lanjut ke Institut Teknologi Federal Swiss (ETH) di Zürich untuk meneliti bersama Wolfgang Pauli mengenai mekanika kuantum dan spektrum kontinu. Oppenheimer menghormati dan menyukai Pauli, dan kemungkinan turut meniru gaya pribadinya serta pendekatan kritisnya terhadap masalah.[32] Sekembalinya ke Amerika Serikat, Oppenheimer ditawari jabatan sebagai profesor rekanan oleh Universitas California, Berkeley, karena Raymond T. Birge sangat menginginkannya untuk mengajar di sana sehingga Oppenheimer mengatakan kesediaannya untuk membagi jadwal mengajarnya dengan Caltech.[29] Sebelum memulai jabatan barunya sebagai profesor di Berkeley, Oppenheimer didiagnosis mengidap tuberkulosis ringan dan menghabiskan waktu beberapa minggu bersama adiknya Frank di sebuah peternakan di New Mexico, yang dia sewa dan kemudian dibelinya. Ketika ia mendengar bahwa peternakan itu disewakan, ia berseru, "Hot dog!", dan kemudian menyebutnya Perro Caliente, yang berarti "hot dog" dalam bahasa Spanyol.[33] Belakangan ia mengungkapkan bahwa "fisika dan kawasan gurun" adalah "dua hal yang paling dicintainya".[34] Oppenheimer sembuh dari tuberkulosis dan kembali ke Berkeley, tempat ia tersohor sebagai pembimbing dan kolaborator bagi generasi baru fisikawan yang mengaguminya karena kecerdasan intelektual dan minatnya yang luas. Murid-murid dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai sosok yang memesona: menghipnotis saat berinteraksi secara pribadi, tetapi sering kali bersikap dingin saat berada dalam kerumunan. Rekan-rekannya melihatnya dalam dua sisi: di satu sisi ia dipandang sebagai seorang genius penyendiri dan estetis, sedangkan di sisi lain ia dianggap sebagai sosok yang berlagak dan kurang percaya diri.[35] Kebanyakan murid-muridnya memujanya, meniru cara berjalannya, pidatonya, dan tingkah laku lainnya, dan bahkan mencontoh kecenderungannya untuk membaca seluruh buku dalam bahasa aslinya.[36] Hans Bethe mengungkapkan mengenai dirinya:
Oppenheimer memiliki hubungan kerja yang baik dengan fisikawan eksperimental peraih Hadiah Nobel, Ernest O. Lawrence, dan membantu merintis penemuan siklotronnya. Ia turut membantunya memahami data yang dihasilkan mesin di Laboratorium Radiasi Berkeley, yang akhirnya berkembang menjadi Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley.[38] Pada tahun 1936, Berkeley mempromosikannya menjadi profesor tetap dengan gaji tahunan sebesar $3.300 (setara dengan $60.000 saat ini). Sebagai imbalannya, ia diminta untuk mengurangi jam mengajarnya di Caltech sehingga disepakati bahwa Berkeley memberinya waktu selama enam minggu setiap tahun, yang cukup untuk mengajar satu semester di Caltech.[39] Karya ilmiahOppenheimer berkontribusi besar dalam riset astronomi teoretis (terutama yang berkaitan dengan relativitas umum dan teori nuklir), fisika nuklir, spektroskopi, dan teori medan kuantum, termasuk perluasannya ke dalam elektrodinamika kuantum. Matematika formal dari mekanika kuantum relativistik juga menarik minatnya, meskipun ia meragukan validitasnya. Karyanya meramalkan banyak penemuan selanjutnya, misalnya neutron, meson, dan bintang neutron.[40] Pada awalnya, minat utama Oppenheimer adalah teori spektrum kontinu, dan makalah pertamanya yang diterbitkan pada tahun 1926 membahas mengenai teori kuantum spektrum pita molekuler. Ia mengembangkan sebuah metode untuk melakukan perhitungan probabilitas transisinya. Oppenheimer juga menghitung efek fotolistrik bagi hidrogen dan sinar-X, dan berhasil memperoleh koefisien penyerapan pada tepi-K. Perhitungannya ini mengacu pengamatan penyerapan sinar-X oleh matahari, tetapi perhitungan ini tidak sesuai dengan helium yang merupakan salah satu unsur penyusun matahari. Bertahun-tahun kemudian, diketahui bahwa matahari sebagian besar terdiri dari hidrogen dan dengan demikian perhitungannya tersebut benar.[41][42] Oppenheimer berkontribusi besar terhadap teori hujan sinar kosmik dan mengawali riset yang kelak mengarah pada penjelasan penerowongan kuantum. Pada tahun 1931, ia ikut menulis sebuah makalah mengenai "Teori Relativistik Efek Fotolistrik" bersama muridnya, Harvey Hall.[43] Berdasarkan bukti empiris, ia dengan tepat membantah teori Dirac yang menyatakan bahwa dua tingkat energi atom hidrogen memiliki energi yang sama. Selanjutnya, salah seorang mahasiswa doktornya, Willis Lamb, menemukan bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi dari peristiwa yang dikenal sebagai pergeseran Lamb. Lamb kemudian meraih Nobel Fisika pada tahun 1955.[40] Bersama mahasiswa doktor pertamanya, Melba Phillips,[catatan 3] Oppenheimer mengerjakan perhitungan radioaktivitas artifisial dengan melakukan bombardemen deuteron. Ketika Ernest Lawrence dan Edwin McMillan membombardir inti atom dengan deuteron, mereka menemukan hasil yang sangat sesuai dengan teori George Gamow, tetapi ketika energi yang lebih tinggi dan inti yang lebih berat diujicoba, hasilnya tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada tahun 1935, Oppenheimer dan Phillips mengembangkan sebuah teori—saat ini dikenal dengan proses Oppenheimer–Phillips—untuk menjelaskan hasilnya. Teori tersebut masih digunakan sampai sekarang.[45][catatan 4] Pada awal 1930, Oppenheimer menulis sebuah makalah yang memprediksi keberadaan positron. Makalah ini ditulisnya setelah Paul Dirac berpendapat bahwa elektron dapat memiliki muatan positif dan energi negatif. Teori Dirac memperkenalkan sebuah persamaan, yang dikenal sebagai persamaan Dirac. Persamaan ini mempersatukan mekanika kuantum, relativitas khusus, dan konsep spin elektron, untuk menjelaskan efek Zeeman.[47] Oppenheimer, sesuai dengan bukti eksperimennya, menolak gagasan bahwa prediksi elektron yang bermuatan positif adalah proton. Ia berpendapat bahwa keduanya harus memiliki massa yang sama sebagai elektron, sedangkan hasil eksperimennya menunjukkan bahwa massa proton jauh lebih berat daripada elektron. Dua tahun kemudian, Carl David Anderson menemukan positron, yang membuatnya dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1936.[48] Pada akhir 1930-an, Oppenheimer mulai tertarik pada astrofisika, kemungkinan besar karena ia bersahabat dengan Richard C. Tolman, yang menghasilkan serangkaian makalah ilmiah. Makalah pertama yang ditulisnya bersama Robert Serber pada tahun 1938 berjudul "Stabilitas Inti Neutron Bintang",[49] yang menyelidiki kandungan katai putih. Makalah kedua ditulisnya bersama salah seorang muridnya, George Volkoff, yang berjudul "Pemasifan Inti Neutron".[50] Dalam makalah ini, mereka mendemonstrasikan bahwa terdapat limit, yang dinamai Batas Tolman–Oppenheimer–Volkoff, pada massa bintang-bintang terjauh. Batas ini menyebabkan bintang-bintang tidak akan stabil sebagai bintang neutron dan akan mengalami keruntuhan gravitasi. Pada tahun 1939, Oppenheimer dan muridnya, Hartland Snyder, menerbitkan makalah berjudul "Kesinambungan Kontraksi Gravitasi",[51] yang memprediksi keberadaan lubang hitam. Setelah makalah mengenai Hampiran Born–Oppenheimer diterbitkan, makalah tersebut menjadi yang paling banyak dikutip, dan menjadi faktor utama dalam peremajaan penelitian astrofisika di Amerika Serikat pada 1950-an, terutama oleh John A. Wheeler.[52] Makalah-makalah Oppenheimer dianggap sangat sulit untuk dipahami bahkan menurut standar topik abstrak yang ia kuasai. Ia suka menggunakan teknik matematika yang sangat rumit dan elegan untuk mendemonstrasikan prinsip-prinsip fisika, meskipun teknik ini kadang dikritik karena menciptakan kesalahan matematika, yang kemungkinan disebabkan oleh ketergesaannya. Menurut Snyder, "Fisikanya bagus, tetapi aritmatikanya buruk".[40] Setelah Perang Dunia II, Oppenheimer hanya menerbitkan lima makalah ilmiah, salah satunya mengenai biofisika, dan tidak ada makalah yang ditulisnya setelah tahun 1950. Murray Gell-Mann, yang kelak menerima Nobel Fisika, menjadi ilmuwan tamu di Institute for Advanced Study yang berkolaborasi dengan Oppenheimer pada tahun 1951, mengungkapkan:
Kehidupan pribadi dan politikPolitikPada tahun 1920-an, Oppenheimer nyaris tidak mengetahui masalah-masalah yang terjadi di dunia. Ia mengakui bahwa ia tidak membaca surat kabar atau majalah populer dan baru mengetahui tentang Keruntuhan Wall Street 1929 saat sedang berjalan-jalan dengan Ernest Lawrence enam bulan setelah peristiwa tersebut terjadi.[54][55] Ia berkata bahwa ia tidak pernah memberikan suaranya dalam pemilu sampai pemilu presiden 1936. Sejak tahun 1934, ia semakin memedulikan kondisi politik dan permasalahan internasional. Pada tahun 1934, ia menyisihkan tiga persen dari gaji tahunannya, yaitu kurang lebih sebesar $100 (setara dengan $2.000 saat ini), untuk membantu para fisikawan Jerman yang melarikan diri dari Jerman Nazi. Pada saat terjadinya Pemogokan Buruh Pelabuhan Pantai Barat 1934, ia dan beberapa muridnya, termasuk Melba Phillips dan Bob Serber, menghadiri rapat akbar buruh pelabuhan. Oppenheimer berulang kali mengupayakan agar Serber bisa mengajar di di Berkeley, tetapi dihalangi oleh kepala Departemen Fisika Berkeley, Raymond T. Birge, yang berpendapat bahwa "seorang Yahudi di departemen sudah cukup".[56] Ibu Oppenheimer meninggal dunia pada tahun 1931, dan dia jadi makin dekat dengan ayahnya. Meskipun ayahnya masih tinggal di New York, ia sering mengunjungi Oppenheimer di California.[57] Ketika ayahnya wafat pada tahun 1937, ia mewariskan uang sebesar $392.602 (setara dengan $7,99 juta pada tahun 2022) untuk dibagi antara Oppenheimer dan adik laki-lakinya Frank. Oppenheimer kemudian juga menulis surat wasiat yang mewariskan kekayaannya kepada Universitas California untuk dimanfaatkan sebagai beasiswa pascasarjana.[58] Seperti kebanyakan intelektual muda pada tahun 1930-an, Oppenheimer mendukung reformasi sosial yang kemudian dikategorikan sebagai gagasan komunis. Ia menyumbang bagi banyak gerakan progresif yang dianggap sebagai sayap kiri pada era McCarthy. Banyak tindakannya yang dianggap radikal pada masa itu, misalnya menjadi penggalang dana bagi republikan dalam Perang Saudara Spanyol serta kegiatan antifasis lainnya. Ia tidak pernah secara terbuka bergabung dengan Partai Komunis Amerika Serikat, meskipun ia menyumbangkan sejumlah uang kepada gerakan sayap kiri melalui kenalannya yang diduga menjadi anggota Partai Komunis.[59] Ketika ia bergabung dengan Proyek Manhattan pada tahun 1942, Oppenheimer menuliskan di formulir pribadinya bahwa ia telah menjadi "anggota dari hampir setiap organisasi Front Komunis di Pesisir Barat".[60] Bertahun-tahun kemudian, ia mengklaim bahwa ia tidak ingat pernah menuliskan hal tersebut, bahwa hal tersebut tidaklah benar, dan jikalau ia memang menulis begitu, pastilah itu merupakan "pernyataan berlebihan dan setengah bercanda".[61] Oppenheimer berlangganan People's World,[62] surat kabar milik Partai Komunis, dan pada tahun 1954 ia mengakui bahwa ia berhubungan dengan gerakan komunis.[63] Dari tahun 1937 sampai 1942, Oppenheimer menjadi anggota perhimpunan di Berkeley yang disebutnya "kelompok diskusi", yang kemudian diungkapkan oleh Haakon Chevalier [64][65] dan Gordon Griffiths sebagai kelompok "tertutup" (rahasia) Partai Komunis bagi fakultas Berkeley.[66] FBI membuka arsip mengenai Oppenheimer pada bulan Maret 1941. Tercatat bahwa ia pernah menghadiri pertemuan pada bulan Desember 1940 di rumah Chevalier, yang juga dihadiri oleh sekretaris Partai Komunis negara bagian California, William Schneiderman, dan bendaharanya, Isaac Folkoff. FBI mencatat bahwa Oppenheimer menjadi anggota Komite Eksekutif American Civil Liberties Union, yang dianggap sebagai organisasi komunis garis depan. Tidak lama kemudian, FBI memasukkan Oppenheimer ke daftar Indeks Penahanan Kustodian, yang bisa ditangkap dalam keadaan darurat nasional.[67] Keanggotaan Oppenheimer pada Partai Komunis diperdebatkan. Hampir semua sejarawan sepakat bahwa ia memiliki pandangan sayap kiri yang kuat pada saat itu dan berinteraksi dengan anggota partai, tetapi masih diperdebatkan apakah ia pernah menjadi anggota Partai Komunis secara resmi. Dalam sidang izin keamanan tahun 1954, Oppenheimer menyangkal menjadi anggota Partai Komunis, tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai "kawan seperjalanan", yang berarti ia setuju dengan banyak tujuan komunisme, tetapi tidak mau mengikuti perintah dari aparat Partai Komunis secara terang-terangan.[68] Pada bulan Agustus 1943, Oppenheimer mengungkapkan kepada agen keamanan Proyek Manhattan bahwa George Eltenton, yang tidak dikenalnya, telah meminta tiga orang di Los Alamos untuk membocorkan rahasia nuklir kepada Uni Soviet. Ketika ditanyai mengenai permasalahan ini dalam wawancara di kemudian hari, Oppenheimer mengakui bahwa satu-satunya orang yang mendekatinya adalah temannya, Haakon Chevalier, seorang profesor sastra Prancis di Berkeley, yang mengutarakan masalah tersebut secara pribadi saat acara makan malam di rumah Oppenheimer.[69] Brigadir Jenderal Leslie R. Groves, Jr., kepala Proyek Manhattan, menganggap Oppenheimer terlalu penting bagi proyek tersebut sehingga tidak mungkin didepak karena perilaku mencurigakan ini. Pada tanggal 20 Juli 1943, Groves menulis surat kepada Manhattan Engineer District:
Hubungan dan anakPada tahun 1936, Oppenheimer menjalin hubungan asmara dengan Jean Tatlock, putri seorang profesor sastra Berkeley dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Stanford. Keduanya memiliki pandangan politik yang serupa. Tatlock menulis untuk Western Worker, sebuah surat kabar Partai Komunis.[71] Pada tahun 1939, hubungan mereka berakhir. Pada bulan Agustus tahun itu, Oppenheimer bertemu dengan Katherine ("Kitty") Puening, seorang mahasiswi Berkeley yang radikal dan mantan anggota Partai Komunis. Kitty sudah pernah menikah sebelumnya. Pernikahan pertamanya hanya berlangsung beberapa bulan. Suami keduanya, Joe Dallet, adalah seorang anggota aktif Partai Komunis, yang gugur dalam Perang Saudara Spanyol.[72] Kitty kembali ke Amerika Serikat dan memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang botani dari Universitas Pennsylvania. Ia kemudian menikah dengan Richard Harrison, seorang dokter dan peneliti medis, pada tahun 1938. Pada bulan Juni 1939, Kitty dan Harrison pindah ke Pasadena, California, tempat Harrison menjadi kepala radiologi di rumah sakit daerah dan mendaftar sebagai mahasiswa pascasarjana di Universitas California, Los Angeles. Oppenheimer dan Kitty memicu skandal kecil dengan tidur bersama setelah menghadiri salah satu pesta di rumah Tolman. Pada musim panas 1940, Kitty tinggal bersama Oppenheimer di rumah peternakannya di New Mexico. Ia akhirnya meminta cerai dari Harrison saat mengetahui bahwa ia hamil. Harrison menolak, tetapi Kitty melayangkan gugatan cerai kilat di Reno, Nevada, dan mengesahkan Oppenheimer sebagai suami keempatnya pada tanggal 1 November 1940.[73] Anak pertama mereka, Peter, lahir pada bulan Mei 1941,[74] dan anak kedua mereka, Katherine ("Toni"), lahir di Los Alamos, New Mexico, pada tanggal 7 Desember 1944.[73] Semasa pernikahannya, Oppenheimer diam-diam kembali berhubungan dengan Tatlock.[75] Kelak hubungan mereka berdua dipermasalahkan dalam sidang izin keamanannya, karena keterkaitan Tatlock dengan komunis.[76] Sepanjang pengembangan proyek bom atom, Oppenheimer diinvestigasi oleh FBI dan unit keamanan internal Proyek Manhattan sehubungan dengan keterkaitannya dengan gerakan sayap kiri di masa lalunya. Ia dimata-matai oleh agen keamanan Angkatan Darat saat bepergian ke California pada bulan Juni 1943 untuk mengunjungi Tatlock, yang mengalami depresi. Oppenheimer bermalam di apartemennya.[77] Tatlock bunuh diri pada tanggal 4 Januari 1944, yang membuat Oppenheimer sangat terguncang.[78] Banyak orang terdekat Oppenheimer yang aktif di Partai Komunis pada 1930-an atau 1940-an, termasuk adik laki-lakinya Frank, istri Frank Jackie,[79] Kitty,[80] Tatlock, kosbasnya Mary Ellen Washburn,[81] dan sejumlah mahasiswa pascasarjana di Berkeley.[82] Di Los Alamos, Oppenheimer memulai perselingkuhan dengan Ruth Tolman, seorang psikolog dan istri temannya, Richard Tolman. Hubungan tersebut berakhir usai Oppenheimer kembali ke timur untuk menjadi direktur Institute for Advanced Study. Setelah kematian Richard pada Agustus 1948, mereka kembali terhubung dan beberapa kali saling bertemu sampai kematian Ruth pada 1957. Beberapa surat mereka masih ada. Surat-surat tersebut menunjukkan hubungan yang dekat dan akrab di antara mereka yang ditunjukkan dengan Oppenheimer menyebut Ruth sebagai "Cintaku".[83][84] Mistisisme
Kegemaran Oppenheimer yang beragam terkadang mengganggu fokusnya terhadap sains. Ia menyukai hal-hal yang rumit dan karena kebanyakan permasalahan sains bisa dipecahkannya dengan mudah, ia mulai mengembangkan minat terhadap hal-hal mistis dan gaib.[86] Setelah lulus dari Harvard, ia mulai mengenal sastra Hindu klasik melalui terjemahan bahasa Inggrisnya.[87] Ia juga tertarik mempelajari berbagai bahasa dan diajari bahasa Sanskerta[catatan 5] oleh Arthur W. Ryder di Berkeley pada tahun 1933.[89][90] Ia membaca karya sastra seperti Bhagavad Gita dan Meghaduta dalam bahasa Sanskerta asli, dan merenungkan maknanya secara mendalam. Oppenheimer kemudian mengungkapkan bahwa Gita adalah salah satu buku yang paling membentuk filosofi hidupnya.[91][92] Ia menulis kepada adiknya bahwa Gita "sangat ringan dan cukup menakjubkan", dan menyebutnya sebagai "tembang filosofis terindah yang pernah ada dalam bahasa mana pun yang diketahuinya."[90] Ia kemudian memberikan salinan Gita sebagai hadiah kepada teman-temannya dan menyimpan salinan asli yang sudah usang di rak buku di samping mejanya.[90] Ia bahkan menamai mobilnya Garuda, burung mitos yang ditunggangi oleh dewa Wisnu.[93] Meskipun demikian, Oppenheimer tidak benar-benar menjadi seorang Hindu dalam artian religi. Ia tidak mengunjungi kuil atau berdoa kepada dewa mana pun.[94][95] Ia "benar-benar terbuai oleh pesona dan kebijaksanaan Bhagavad-Gita", kata adiknya.[94] Ketertarikan Oppenheimer terhadap pemikiran Hindu diduga berawal dari perkenalannya dengan Niels Bohr.[96] Bohr dan Oppenheimer dikenal sangat analitis dan kritis terhadap cerita mitologi Hindu kuno dan metafisika yang terkandung di dalamnya.[96] Dalam salah satu percakapannya dengan David Hawkins sebelum perang, saat mendiskusikan mengenai sastra Yunani kuno, Oppenheimer berkomentar, "Saya telah membaca sastra Yunani, saya beranggapan sastra Hindu lebih mendalam.[96] Rekan kerja sekaligus teman dekatnya, Isidor Rabi, yang telah mengenal Oppenheimer selama bertahun-tahun di Berkeley, Los Alamos, dan Princeton, penasaran "mengapa orang seberbakat Oppenheimer tidak menemukan sesuatu yang layak ditemukan",[97] ia mengungkapkan:
Terlepas dari hal tersebut, beberapa pengamat seperti fisikawan peraih Nobel Luis Alvarez berpendapat bahwa jika ia hidup cukup lama untuk menyaksikan prediksinya kelak dibuktikan oleh eksperimen, Oppenheimer mungkin memenangkan Penghargaan Nobel atas pemikirannya mengenai keruntuhan gravitasi, bintang neutron dan lubang hitam.[99][100] Sejumlah fisikawan dan sejarawan menganggap pemikiran tersebut sebagai kontribusinya yang paling penting, meskipun tidak diambil alih oleh ilmuwan lain pada masa hidupnya.[101] Fisikawan dan sejarawan Abraham Pais pernah bertanya kepada Oppenheimer mengenai kontribusi terpentingnya dalam bidang sains. Oppenheimer menjawab karyanya mengenai elektron dan positron, bukannya karya mengenai kontraksi gravitasi.[102] Oppenheimer pernah dinominasikan sebagai penerima Nobel Fisika sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 1946, 1951 dan 1967, tetapi tidak pernah menang.[103][104] Proyek ManhattanLos AlamosPada tanggal 9 Oktober 1941, dua bulan sebelum Amerika Serikat memasuki kancah Perang Dunia II, Presiden Franklin D. Roosevelt menyetujui program kilat untuk mengembangkan bom atom.[105] Pada bulan Mei 1942, Ketua Komite Riset Pertahanan Nasional, James B. Conant, yang merupakan dosen Oppenheimer saat berkuliah di Harvard, mengajak Oppenheimer untuk mengambil alih pengerjaan kalkulasi neutron cepat, tugas yang dilakukan Oppenheimer dengan penuh semangat. Ia diberi julukan "Koordinator Ruptur Cepat", yang secara spesifik mengacu pada perambatan reaksi berantai neutron cepat pada bom atom. Salah satu tindakan pertamanya adalah menjadi penyelenggara program musim panas yang membahas teori bom di kantornya di Berkeley. Campuran fisikawan Eropa dan murid-muridnya sendiri, yang anggotanya antara lain Robert Serber, Emil Konopinski, Felix Bloch, Hans Bethe dan Edward Teller, mencoba menyibukkan diri dengan mengkalkulasi apa yang perlu dilakukan dan bagaimana prosedur pembuatan bom.[106] Pada bulan Juni 1942, Angkatan Darat Amerika Serikat membangun Manhattan Engineer District sebagai bentuk keterlibatan dalam proyek bom atom, yang menandai dimulainya proses pengalihan tanggung jawab proyek dari Kantor Pengembangan dan Riset Ilmiah kepada militer.[108] Pada bulan September, Leslie Groves ditunjuk menjadi kepala proyek yang kemudian dikenal sebagai Proyek Manhattan.[109] Ia memilih Oppenheimer untuk mengepalai laboratorium senjata rahasia proyek tersebut. Pilihan ini mengejutkan banyak pihak, sebab Oppenheimer memiliki pandangan politik sayap kiri dan tercatat tidak pernah mengepalai proyek besar. Groves mengkhawatirkan fakta bahwa Oppenheimer tidak pernah memenangkan Penghargaan Nobel dan dikhawatirkan tidak memiliki wibawa untuk mengarahkan rekan-rekannya sesama ilmuwan.[110] Groves terkesan dengan pemahaman luar biasa Oppenheimer mengenai aspek praktis dalam merancang dan membuat bom atom serta luasnya pengetahuannya. Sebagai seorang rekayasawan militer, Groves sadar bahwa pengetahuan tersebut akan sangat berguna dalam proyek interdisipliner yang tidak hanya membutuhkan fisika, tetapi juga kimia, metalurgi, persenjataan, dan perekayasaan. Groves juga menemukan sesuatu pada diri Oppenheimer yang tidak dimiliki oleh orang lain, yakni "ambisi berlebihan" yang akan mendorong kesuksesan proyek tersebut. Isidor Rabi menganggap penunjukan Oppenheimer sebagai "kegeniusan nyata yang ditunjukkan Jenderal Groves, yang biasanya tidak dianggap genius."[111] Oppenheimer dan Groves memutuskan bahwa demi alasan keamanan dan kerahasiaan, mereka memerlukan laboratorium penelitian rahasia yang terpusat di lokasi terpencil. Dalam upaya mereka mencari lokasi pada akhir 1942, terpikir olehnya New Mexico, tidak jauh dari peternakannya. Pada tanggal 16 November 1942, Oppenheimer, Groves, dan ilmuwan lainnya mengunjungi lokasi tersebut. Oppenheimer mencemaskan tebing tinggi yang mengelilingi lokasi lab akan memunculkan klaustrofobia, dan ada kekhawatiran mengenai kemungkinan banjir. Ia kemudian menyarankan sebuah lokasi yang dikenalnya dengan baik: sebuah mesa datar dekat Santa Fe, New Mexico, yang menjadi lokasi dari sekolah swasta Los Alamos Ranch School. Para teknisi khawatir mengenai akses jalan ke lokasi yang buruk dan kurangnya pasokan air, tetapi menganggap lokasi tersebut adalah yang paling ideal.[112] Laboratorium Los Alamos kemudian dibangun di lokasi bekas sekolah, mengambil alih sebagian gedungnya, dan banyak gedung baru yang dibangun dengan tergesa-gesa. Di laboratorium, Oppenheimer mengumpulkan sekelompok fisikawan tersohor pada masa itu, yang disebutnya "para tokoh".[113] Los Alamos awalnya dimaksudkan menjadi laboratorium militer, dan Oppenheimer beserta peneliti lainnya akan dijadikan sebagai tentara. Oppenheimer melangkah lebih jauh dengan memesan sendiri seragam letnan kolonel dan mengikuti tes fisik Angkatan Darat, yang gagal ia lakukan. Dokter militer menganggapnya terlalu kurus dengan berat 128 pon (58 kg), mendiagnosis batuk kronisnya sebagai gejala tuberkulosis, dan mengkhawatirkan nyeri sendi lumbosakral kronis yang dideritanya.[114] Rencana untuk merekrut para ilmuwan gagal ketika Rabi dan Robert Bacher menolak keras gagasan memiliterisasi ilmuwan tersebut. Conant, Groves, dan Oppenheimer berunding dan diputuskan bahwa laboratorium dioperasikan oleh Universitas California melalui kontrak dengan Departemen Perang.[115] Oppenheimer segera menyadari bahwa proyek ini bukanlah proyek remeh: Los Alamos berkembang dari yang awalnya hanya berpenghuni beberapa ratus orang pada tahun 1943 menjadi lebih dari 6.000 orang pada tahun 1945.[114] Pada awalnya, Oppenheimer mengalami kesulitan dalam membagi tugas di kelompok besar, tetapi ia dengan cepat mempelajari tata administrasi berskala besar setelah ia menetap secara permanen di Los Alamos. Ia dikenal karena penguasaannya atas semua aspek ilmiah proyek tersebut dan atas upayanya dalam mengendalikan konflik budaya yang tak terhindarkan antara para ilmuwan dan militer. Ia adalah sosok ikonik bagi rekan-rekan ilmuwannya, sekaligus simbol dari apa yang sedang mereka kerjakan. Victor Weisskopf mengungkapkan:
Pada saat itu, timbul kekhawatiran yang cukup besar di kalangan para ilmuwan bahwa Jerman mungkin saja telah membuat kemajuan yang lebih cepat dalam pengembangan senjata atom.[catatan 2][119][120] Dalam sebuah surat tanggal 25 Mei 1943, Oppenheimer menanggapi rencana Fermi agar menggunakan bahan radioaktif untuk meracuni pasokan makanan tentara Jerman. Oppenheimer bertanya kepada Fermi apakah ia bisa memproduksi cukup banyak stronsium tanpa berisiko membocorkan rahasia. Oppenheimer menambahkan, "Saya pikir kita tidak boleh mencoba suatu rencana kecuali kita yakin dapat meracuni makanan yang cukup untuk membunuh setengah juta orang."[121] Pada tahun 1943, upaya pengembangan mengarah pada senjata fisi jenis bedil plutonium yang dinamai "Thin Man". Riset awal mengenai sifat-sifat plutonium dilakukan dengan menggunakan plutonium-239 yang dihasilkan dari siklotron, sangat murni tetapi hanya dapat dibuat dalam jumlah kecil. Ketika Los Alamos menerima sampel plutonium pertama dari Reaktor Grafit X-10 pada bulan April 1944, sebuah masalah ditemukan: plutonium hasil pembiakan reaktor memiliki konsentrasi plutonium-240 yang lebih tinggi sehingga tidak cocok digunakan untuk senjata jenis bedil.[122] Pada bulan Juli 1944, Oppenheimer mengabaikan desain bedil dan memilih desain senjata berjenis peledak. Dengan memanfaatkan lensa ledak kimia, bola subkritikal material fisi dapat diperas menjadi bentuk yang lebih kecil dan lebih padat. Logam hanya perlu menempuh jarak yang sangat pendek sehingga massa kritis akan terkumpul dalam waktu yang jauh lebih singkat.[123] Pada bulan Agustus 1944, Oppenheimer menerapkan reorganisasi besar-besaran di Laboratorium Los Alamos dalam rangka berfokus pada peledak.[124] Ia memusatkan upaya pengembangan pada perangkat jenis bedil, desain sederhana yang hanya berfungsi dengan uranium-235. Perangkat ini dinamai Little Boy pada bulan Februari 1945.[125] Setelah upaya riset besar-besaran, desain perangkat peledak yang lebih kompleks bernama "gawai Christy", yang dinamai menurut Robert Christy, salah seorang murid Oppenheimer,[126] berhasil diselesaikan dalam sebuah pertemuan di kantor Oppenheimer pada tanggal 28 Februari 1945.[127] Pada bulan Mei 1945, Komite Interim dibentuk untuk memberikan saran dan melaporkan kebijakan masa perang dan pascaperang terkait penggunaan energi nuklir. Komite Interim menggelar diskusi panel ilmiah yang diikuti oleh Oppenheimer, Arthur Compton, Fermi, dan Lawrence untuk memberikan saran mengenai permasalahan sains. Dalam presentasinya kepada Komite Interim, para panelis memberikan pendapatnya, tidak hanya mengenai kemungkinan dampak fisik bom atom, tetapi juga kemungkinan dampak militer dan politiknya.[128] Permasalahan ini juga meliputi pendapat mengenai isu-isu sensitif seperti apakah Uni Soviet harus diberi tahu tentang senjata tersebut sebelum digunakan untuk melawan Jepang.[129] TrinityPelaksanaan ledakan nuklir pertama di dunia terjadi pada tanggal 16 Juli 1945 dekat Alamogordo, New Mexico. Oppenheimer telah menamai lokasi tersebut dengan "Trinity" pada pertengahan 1944 dan kemudian mengungkapkan bahwa nama tersebut berasal dari salah satu penggalan Holy Sonnets karya John Donne. Menurut sejarawan Gregg Herken, penamaan ini bisa jadi merupakan kiasan bagi Jean Tatlock, yang bunuh diri beberapa bulan sebelumnya dan yang memperkenalkan Oppenheimer pada karya-karya Donne pada tahun 1930-an.[131] Oppenheimer kemudian mengenang bahwa saat menyaksikan ledakan tersebut, ia memikirkan sebuah syair dalam Bhagavad Gita (XI,12):
Bertahun-tahun kemudian, ia mengungkapkan bahwa syair lainnya juga memenuhi kepalanya pada saat itu: "kālo'smi lokakṣayakṛtpravṛddho lokānsamāhartumiha pravṛttaḥ" (XI,32),[133] yang ia terjemahkan sebagai "Aku menjadi Maut, penghancur dunia."[catatan 6] Pada tahun 1965, ketika ia dibujuk untuk membacakan kembali kalimat tersebut dalam sebuah acara televisi, ia berkata:
Di antara para tokoh yang yang hadir bersama Oppenheimer di bunker pengawasan di lokasi tersebut adalah adiknya, Frank, dan Brigadir Jenderal Thomas Farrell. Ketika Jeremy Bernstein bertanya kepada Frank apa kata-kata pertama Oppenheimer setelah uji coba, jawabannya adalah "Saya kira itu berhasil."[138][139] Farrell meringkas reaksi Oppenheimer sebagai berikut:
Rabi memerhatikan wajah kebingungan Oppenheimer di tengah keberhasilannya: "Saya tidak akan pernah melupakan cara dia melangkah. Saya tidak akan pernah melupakan cara dia keluar dari mobil... langkahnya seperti High Noon ... goyah sepertinya. Dia telah melakukannya."[141] Dalam pertemuan di Los Alamos pada tanggal 6 Agustus (malam saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima), Oppenheimer naik ke panggung dan mengatupkan kedua tangannya "seperti petinju yang memenangkan pertandingan" sementara penonton bersorak. Dia menyesalkan senjata tersebut tidak selesai tepat waktu sehingga tidak bisa digunakan untuk melawan Jerman Nazi.[142] Oppenheimer berangkat ke Washington D.C pada tanggal 17 Agustus untuk menyerahkan surat kepada Sekretaris Perang Henry L. Stimson, dan ia mengungkapkan perasaan sesal dan keinginannya agar penggunaan senjata nuklir dilarang.[143] Pada bulan Oktober 1945, Oppenheimer bertemu dengan Presiden Harry S. Truman. Pertemuan tersebut berjalan buruk setelah Oppenheimer mengatakan bahwa ia merasa "tangannya berlumuran darah". Ucapan tersebut membuat Truman berang dan segera mengakhiri pertemuan. Truman kemudian memberi tahu Wakil Menteri Luar Negeri Dean Acheson, "Saya tidak ingin melihat bajingan itu di kantor ini lagi."[144][145] Atas jasanya mengepalai Los Alamos, Oppenheimer dianugerahi Medal for Merit oleh Presiden Truman pada tahun 1946.[146] Kegiatan pascaperangProyek Manhattan sangat dirahasiakan dan tidak diketahui oleh publik sampai pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dan Oppenheimer menjadi juru bicara sains nasional yang melambangkan kekuasaan baru para cendekiawan di pemerintahan.[78] Namanya banyak dibicarakan dan fotonya muncul di sampul majalah Life dan Time.[148][149] Fisikawan nuklir menjadi profesi yang diperhitungkan karena semua pemerintah di dunia mulai menyadari kekuatan strategis dan politik yang diakibatkan oleh senjata nuklir. Seperti kebanyakan ilmuwan yang segenerasi dengannya, Oppenheimer merasa bahwa kebijakan pelarangan penggunaan bom atom hanya bisa dirumuskan oleh organisasi transnasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang baru saja dibentuk, yang berkemampuan melembagakan program untuk menghentikan perlombaan senjata nuklir.[150] Institute for Advanced StudyPada bulan November 1945, Oppenheimer meninggalkan Los Alamos dan kembali ke Caltech,[151] tetapi ia menyadari bahwa ia tak lagi menyukai mengajar.[152] Pada tahun 1947, ia menerima tawaran dari Lewis Strauss untuk menjadi direktur di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey. Ini berarti bahwa ia harus pindah kembali ke wilayah timur dan meninggalkan Ruth Tolman, istri temannya, Richard Tolman, yang mulai berselingkuh dengannya setelah kepindahannya dari Los Alamos.[153] Pekerjaan itu menawarkan gaji sebesar $20.000 per tahun, ditambah akomodasi bebas sewa di rumah dinas direktur, sebuah rumah mewah abad ke-17 yang dilengkapi juru masak dan tukang kebun, dikelilingi oleh area hutan seluas 265 ekar (107 ha).[154] Ia mengoleksi furnitur Eropa, dan karya seni era pascaimpresionis dan Fauvis Prancis. Koleksi seninya antara lain karya Cézanne, Derain, Despiau, de Vlaminck, Picasso, Rembrandt, Renoir, Van Gogh dan Vuillard.[155] Oppenheimer berhasil merangkul para intelektual dan menggandengnya menuju puncak kejayaan dari berbagai disiplin ilmu untuk menjawab pertanyaan yang paling relevan pada masa itu. Dia membantu mengarahkan dan mendorong penelitian banyak ilmuwan terkenal, seperti Freeman Dyson dan duo fisikawan Chen Ning Yang dan Tsung-Dao Lee, yang memenangkan Penghargaan Nobel atas penemuan paritas nonkonservasi. Oppenheimer juga mengundang para cendekiawan di bidang humaniora sebagai pengajar tamu, seperti T. S. Eliot dan George F. Kennan. Tindakannya ini tidak disukai oleh beberapa akademisi di fakultas matematika, yang menginginkan agar institut tersebut tetap menjadi pusat penelitian sains murni. Abraham Pais menyatakan bahwa Oppenheimer sendiri menganggap salah satu kegagalannya di institut tersebut adalah ketidakmampuannya dalam mempersatukan para cendekiawan ilmu alam dan humaniora.[156] Dalam serangkaian konferensi di New York dari tahun 1947 sampai 1949, para fisikawan sepakat untuk kembali berfokus pada fisika teoretis. Di bawah arahan Oppenheimer, fisikawan menangani permasalahan yang sangat rumit sejak tahun-tahun sebelum perang: ekspresi nonsens, divergen, dan infinitif dalam elektrodinamika kuantum pada partikel dasar. Julian Schwinger, Richard Feynman dan Shin'ichiro Tomonaga memecahkan permasalahan regularisasi, dan mengembangkan teknik yang kemudian dikenal dengan renormalisasi. Freeman Dyson berhasil membuktikan bahwa prosedur yang diujinya memberikan hasil yang serupa. Masalah penyerapan meson dan teori Hideki Yukawa bahwa meson merupakan pembawa partikel gaya nuklir kuat juga berupaya dipecahkan. Atas dorongan dari Oppenheimer, Robert Marshak berhasil menciptakan hipotesis dua meson: bahwa sebenarnya ada dua jenis meson, yakni pion dan muon. Hal ini kemudian mendorong lahirnya terobosan oleh Cecil Powell, yang membuatnya dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1951 atas penemuan pion.[157][catatan 7] Oppenheimer menjabat sebagai direktur institut sampai 1966, kala ia menyerahkan jabatan tersebut karena kesehatannya menurun.[159] Hingga 2023[update], ia merupakan direktur dengan masa jabatan terlama di institut tersebut.[160] Komisi Energi AtomSebagai anggota Dewan Konsultan pada komite yang dibentuk oleh Truman, gagasan Oppenheimer sangat memengaruhi penyusunan Laporan Acheson–Lilienthal. Dalam laporan tersebut, komite menyarankan pembentukan Dewan Pengembangan Atom Internasional, yang diberikan hak untuk menguasai semua material fisi dan alat produksi bom atom, seperti tambang dan laboratorium, serta pembangkit listrik tenaga atom yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi energi secara aman. Bernard Baruch ditunjuk untuk menyusun laporan tersebut menjadi proposal yang akan diajukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang akhirnya terwujud melalui Rencana Baruch pada tahun 1946. Rencana Baruch memuat banyak ketentuan tambahan terkait pengawasan energi atom, terutama ketentuan yang mensyaratkan pemeriksaan sumber daya uranium Uni Soviet. Ketentuan tersebut dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan monopoli nuklir Amerika Serikat dan ditolak mentah-mentah oleh Soviet. Oleh sebab itu, sudah jelas bagi Oppenheimer bahwa perlombaan senjata tidak dapat dihindari, karena adanya rasa saling curiga antara Amerika Serikat dan Uni Soviet,[161] yang mulai tidak dipercaya oleh Oppenheimer.[162] Setelah Komisi Energi Atom (AEC) dibentuk pada tahun 1947 sebagai badan pemerintah yang mengawasi riset nuklir dan permasalahan senjata, Oppenheimer ditunjuk sebagai ketua Komite Penasihat Umum (GAC). Oppenheimer banyak memberi saran terkait permasalahan nuklir, termasuk mengenai pendanaan proyek, pembangunan laboratorium, dan juga kebijakan internasional. Meskipun dalam penerapannya, saran-saran dari GAC tidak selalu diindahkan.[163] Sebagai ketua GAC, Oppenheimer gigih memberi saran terkait pengawasan senjata internasional dan pendanaan sains dasar, serta berupaya untuk memengaruhi kebijakan perlombaan senjata yang semakin memanas antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.[164] Uji coba bom atom pertama oleh Uni Soviet pada bulan Agustus 1949 terjadi lebih awal dari yang diperkirakan oleh Amerika Serikat. Beberapa bulan berikutnya, terjadi perdebatan sengit di internal pemerintah, militer, dan komunitas saintis di Amerika Serikat mengenai kelanjutan pengembangan bom hidrogen (bom H) berbasis fusi nuklir yang jauh lebih kuat, yang kemudian dikenal dengan julukan "Super".[165] Oppenheimer telah menduga akan adanya kemungkinan pengembangan senjata termonuklir sejak dimulainya Proyek Manhattan dan telah menyiapkan sejumlah riset teoretis terhadap kemungkinan tersebut, tetapi tidak lebih dari itu, mengingat ia didesak untuk mengembangkan senjata fisi pada saat itu.[166] Tak lama setelah perang berakhir, Oppenheimer tidak setuju pengembangan Super dilanjutkan. Ia beranggapan pengembangan tidak boleh dilanjutkan karena kurangnya sumber daya dan kemungkinan banyaknya korban jiwa yang terbunuh akibat penggunaan bom hidrogen.[167][168] Pada bulan Oktober 1949, Oppenheimer dan GAC menyarankan agar Super tidak dikembangkan lebih jauh.[169] Penentangannya ini didasari oleh masalah etika, menganggap bahwa senjata semacam itu hanya boleh digunakan secara strategis, meskipun bisa membunuh jutaan orang: "Penggunaannya lebih mengerikan daripada bom atom, yang dampaknya bisa memusnahkan warga sipil."[170] GAC juga mempermasalahkan kepraktisannya, karena tidak ada desain senjata yang bisa diterapkan untuk bom hidrogen pada saat itu.[171] Berkaitan dengan kemungkinan Uni Soviet yang sedang mengembangkan senjata termonuklir, GAC berpendapat bahwa Amerika Serikat harus memiliki persediaan senjata atom yang cukup agar bisa membalas setiap serangan termonuklir.[172] Selain itu, Oppenheimer dan anggota lainnya juga mengkhawatirkan biaya peluang yang akan dikeluarkan jika reaktor nuklir, yang sebelumnya memproduksi material untuk pembuatan bom atom, dialihkan untuk memproduksi material bagi senjata termonuklir, misalnya tritium.[173][174] Mayoritas anggota AEC mendukung saran dari GAC dan Oppenheimer yakin bahwa pengembangan Super tidak akan dilanjutkan, tetapi pihak yang mendukung pengembangan senjata tersebut terus berupaya melobi Gedung Putih.[175] Pada tanggal 31 Januari 1950, Presiden Truman, yang cenderung lebih memilih melanjutkan pengembangan senjata, memutuskan secara resmi untuk melanjutkan pengembangan bom hidrogen.[176] Oppenheimer dan anggota GAC lainnya yang menentang proyek tersebut, khususnya James Conant, merasa sangat kecewa dan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari komite,[177] tetapi mereka tetap bertahan, meskipun pandangan mereka mengenai bom hidrogen sudah diketahui secara luas.[178] Pada tahun 1951, Edward Teller dan matematikawan Stanislaw Ulam mengembangkan desain untuk bom hidrogen yang kemudian dinamai desain Teller-Ulam.[179] Desain baru ini dianggap layak secara teknis dan Oppenheimer secara resmi menyetujui pengembangan senjata,[180] meskipun ia masih mencari cara untuk mempermasalahkan lokasi uji coba dan penyebaran radiasi senjata tersebut.[181] Ia mengungkapkan:
Oppenheimer, Conant, Lee DuBridge, dan anggota GAC lainnya yang menentang kebijakan bom H, memutuskan tidak memperpanjang masa jabatan mereka di GAC yang berakhir pada bulan Agustus 1952.[183] Truman juga tidak bersedia untuk merekrut mereka kembali, karena ia menginginkan suara baru di komite yang mau mendukung pengembangan bom H.[184] Selain itu, para pihak yang menentang Oppenheimer telah membujuk Truman agar mengeluarkan Oppenheimer dari komite.[185] Panel dan kelompok belajarOppenheimer berperan besar dalam berbagai diskusi panel dan proyek belajar yang diselenggarakan pemerintah pada akhir 1940-an dan awal 1950-an, beberapa di antaranya melibatkannya dalam kontroversi dan perebutan kekuasaan.[186] Pada tahun 1948, Oppenheimer mengetuai Panel Tujuan Jangka Panjang Departemen Pertahanan, yang membahas peran militer dalam persenjataan nuklir, termasuk cara pengiriman senjata tersebut.[187] Setelah melakukan riset selama satu tahun, pada musim semi 1952 Oppenheimer menulis konsep laporan Proyek GABRIEL, yang membahas mengenai bahaya peluruhan nuklir.[188] Oppenheimer juga menjadi anggota Komite Penasihat Sains pada Kantor Mobilisasi Pertahanan.[189] Oppenheimer turut ambil bagian dalam Proyek Charles pada tahun 1951, yang mengkaji kemungkinan Amerika Serikat untuk mempersiapkan pertahanan udara yang efektif terhadap serangan atom, dan dalam Proyek East River lanjutan pada tahun 1952, yang atas masukan dari Oppenheimer, berhasil menciptakan sistem peringatan yang akan memberikan pemberitahuan selama satu jam pada kota-kota di Amerika saat terjadinya serangan atom.[188] Kedua proyek ini kemudian menelurkan Proyek Lincoln pada tahun 1952, sebuah proyek besar-besaran dengan Oppenheimer yang menjadi salah seorang ilmuwan seniornya.[188] Proyek ini diwujudkan di Laboratorium Lincoln MIT, yang baru saja didirikan untuk mempelajari permasalahan pertahanan udara. Proyek ini juga menyebabkan terbentuknya Kelompok Belajar Musim Panas Lincoln, dan Oppenheimer menjadi tokoh kuncinya.[190] Oppenheimer dan ilmuwan lainnya menyarankan agar sumber daya yang ada dimanfaatkan untuk memperkuat pertahanan udara, bukannya meningkatkan kemampuan untuk melancarkan serangan balasan yang masif. Sarannya ini ditanggapi dengan keberatan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat.[191] Muncul perdebatan sehubungan dengan sarannya ini, terutama berkaitan dengan filosofi pertahanan "Garis Maginot" yang tidak fleksibel.[192] Pada akhirnya, upaya Kelompok Belajar Musim Panas membuahkan hasil dengan diciptakannya sistem Garis Peringatan Dini Jarak Jauh.[193] Teller, yang tidak begitu tertarik menggarap proyek bom atom di Los Alamos saat Perang Dunia II, diberi kesempatan oleh Oppenheimer untuk menuntaskan proyek bom hidrogennya sendiri.[194] Teller hengkang dari Los Alamos pada tahun 1951 untuk membantu mendirikan laboratorium kedua di Livermore, California, yang kemudian dinamai Laboratorium Nasional Lawrence Livermore.[195] Oppenheimer tidak mempermasalahkan pekerjaan yang dilakukan di Los Alamos, tetapi menentang pendirian laboratorium kedua.[196] Proyek Vista membuktikan meningkatnya kemampuan perang taktis Amerika Serikat.[188] Oppenheimer direkrut saat proyek tersebut hampir rampung, tetapi ia ikut menulis bab kunci laporan yang menentang doktrin pengeboman strategis dan berpendapat bahwa senjata nuklir taktis yang ringan akan lebih berguna dalam perang terbatas melawan musuh.[197] Senjata termonuklir strategis diangkut oleh pengebom jet jarak jauh dan harus berada di bawah kendali Angkatan Udara, sementara Proyek Vista menganjurkan agar peran Angkatan Darat dan Angkatan Laut lebih ditingkatkan.[198] Angkatan Udara tidak menyetujui saran ini,[199] dan laporan Vista akhirnya diabaikan.[200] Pada tahun 1952, Oppenheimer mengetuai Panel Konsultan Perlucutan Senjata Departemen Luar Negeri yang beranggotakan lima orang.[201] Panel ini mendesak agar Amerika Serikat menunda uji coba pertama bom hidrogen yang telah direncanakan dan mencari cara agar uji coba termonuklir Uni Soviet tidak terjadi. Oppenheimer berpendapat bahwa dengan menghindari uji coba termonuklir, pengembangan senjata baru yang membawa bencana bisa dicegah, dan akan membuka jalan bagi terwujudnya perjanjian senjata baru antar kedua negara.[202] Tetapi para anggota panel tidak memiliki banyak sekutu politik di Washington, dan uji coba Ivy Mike akhirnya dijalankan sesuai jadwal.[201] Panel tersebut kemudian menerbitkan laporan akhir pada bulan Januari 1953, dipengaruhi oleh keyakinan mendalam Oppenheimer yang dirasakannya. Laporan tersebut menyajikan visi masa depannya yang pesimis. Ia memperkirakan baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet mampu membangun keunggulan nuklir yang efektif, tetapi kedua belah pihak juga akan mengalami kerusakan yang mengerikan.[203] Salah satu saran dari panel ini, yang menurut Oppenheimer sangatlah penting,[204] agar pemerintah AS menyembunyikan lebih sedikit rahasia dan mengungkapkan lebih banyak keterbukaan kepada warga Amerika mengenai realita keseimbangan nuklir dan bahaya perang nuklir.[203] Gagasannya ini diterima dengan baik oleh pemerintahan Dwight D. Eisenhower dan akhirnya membuahkan hasil dengan diluncurkannya Operasi Candor.[205] Oppenheimer lalu mengungkapkan pandangannya mengenai kurangnya faedah persenjataan nuklir berskala besar kepada rakyat Amerika dalam artikel bulan Juni 1953 di Foreign Affairs,[206][207] dan mendapat perhatian dari surat kabar utama Amerika.[208] Pada tahun 1953, Oppenheimer amat berpengaruh di kalangan pemerintahan. Ia terlibat dalam berbagai proyek dan jabatan pemerintahan serta memiliki akses terhadap rencana strategis dan tingkat sumber daya yang krusial.[102] Pada saat bersamaan, ia juga dimusuhi oleh pihak yang mendukung pengeboman strategis, yang menganggap penentangannya terhadap bom H adalah hal getir yang tidak bisa dipercayai.[209] Anggapan ini diperparah dengan kekhawatiran mereka bahwa ketenaran dan kemampuan persuasif Oppenheimer akan membuatnya sangat berpengaruh dalam pemerintahan, militer, dan kalangan ilmiah.[210] Sidang keamananFBI, yang pada saat itu dipimpin oleh J. Edgar Hoover, telah memata-matai Oppenheimer sejak sebelum perang, ketika ia menunjukkan simpatinya terhadap gerakan komunis saat bekerja sebagai profesor di Berkeley dan dekat dengan anggota Partai Komunis Amerika Serikat, termasuk istri dan adiknya. FBI sendiri menduga kuat Oppenheimer adalah anggota Partai Komunis, yang didasarkan pada penyadapan telepon. Dalam percakapan di telepon, salah seorang anggota partai diduga menyebutnya sebagai komunis, serta laporan dari orang dalam partai.[211] Ia diawasi dengan ketat sejak awal 1940-an, rumah dan kantornya dimata-matai, teleponnya disadap, dan surat-suratnya diperiksa.[212] FBI dibantu oleh musuh-musuh politik Oppenheimer untuk memberikan bukti yang menunjukkan hubungannya dengan komunis. Musuh-musuh ini termasuk Lewis Strauss, komisaris AEC yang sejak lama memendam kebencian terhadap Oppenheimer, baik atas tindakannya yang menentang pengembangan bom hidrogen maupun atas penghinaannya terhadap Strauss di hadapan Kongres beberapa tahun sebelumnya. Strauss telah menyatakan penolakannya untuk mengekspor isotop radioaktif ke negara lain, dan Oppenheimer menyebutnya "kurang penting dari perangkat elektronik tetapi lebih penting dari vitamin".[213] Pada tanggal 7 Juni 1949, Oppenheimer bersaksi di hadapan Dewan Komite Kegiatan Anti-Amerika (HUAC) bahwa ia memiliki hubungan dengan Partai Komunis AS pada tahun 1930-an.[214] Ia juga bersaksi bahwa beberapa muridnya, termasuk David Bohm, Giovanni Rossi Lomanitz, Philip Morrison, Bernard Peters, dan Joseph Weinberg adalah anggota partai komunis saat ia mengajar di Berkeley. Frank Oppenheimer dan istrinya, Jackie, bersaksi di hadapan HUAC bahwa mereka berdua pernah menjadi anggota Partai Komunis AS. Frank kemudian dipecat dari jabatannya sebagai dosen di Universitas Minnesota. Ia kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai keahliannya selama bertahun-tahun dan menjadi peternak sapi di Colorado. Ia akhirnya mengajar fisika di SMA dan kemudian mendirikan Exploratorium San Francisco.[82][215] Peristiwa yang memicu sidang keamanan Oppenheimer terjadi pada tanggal 7 November 1953,[216] ketika William Liscum Borden, yang saat itu menjadi direktur eksekutif Komite Gabungan Kongres Amerika Serikat untuk Energi Atom, menulis surat kepada Hoover, mengungkapkan bahwa "kemungkinan besar J. Robert Oppenheimer adalah seorang agen Uni Soviet".[217] Eisenhower tidak memercayai tuduhan dalam surat tersebut, tetapi merasa terdorong untuk melanjutkan penyelidikan,[218] dan pada tanggal 3 Desember, ia memerintahkan agar akses Oppenheimer terhadap rahasia pemerintah atau militer ditiadakan.[219] Pada tanggal 21 Desember 1953, Strauss memberi tahu Oppenheimer bahwa izin keamanannya telah ditangguhkan, dan masih harus menunggu keputusan hukuman atas serangkaian tuduhan yang diuraikan di dalam surat. Strauss juga membahas mengenai pengunduran dirinya dengan meminta agar ia mengakhiri kontrak konsultasinya dengan AEC.[220] Oppenheimer memilih untuk tidak mengundurkan diri dan meminta agar ia disidang saja.[221] Tuduhan terhadap Oppenheimer diuraikan dalam surat dari Kenneth D. Nichols, manajer umum AEC.[222][223] Sidang Oppenheimer pada bulan April–Mei 1954 digelar secara rahasia, membahas mengenai hubungannya dengan komunis pada masa lalu dan hubungannya dengan ilmuwan yang dicurigai tidak loyal atau komunis semasa Proyek Manhattan.[224] Pembahasan ini kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan mengenai penentangan Oppenheimer terhadap bom H dan sikapnya dalam proyek dan kelompok belajar lainnya.[225] Transkrip sidangnya diterbitkan pada bulan Juni 1954,[226] dengan beberapa redaksi. Pada tahun 2014, Departemen Energi Amerika Serikat memublikasikan transkrip lengkapnya.[227][228] Salah satu hal penting dalam sidang Oppenheimer adalah kesaksian awalnya mengenai pendekatan George Eltenton kepada sejumlah ilmuwan di Los Alamos, cerita yang diakui Oppenheimer ia karang untuk melindungi temannya, Haakon Chevalier. Tanpa sepengetahuan Oppenheimer, kesaksiannya ini direkam saat ia diinterogasi satu dekade sebelumnya. Oppenheimer terkejut di kursi saksi saat mendengarkan transkrip kesaksiannya tersebut, yang belum sempat ia tinjau. Faktanya, Oppenheimer tidak pernah memberi tahu Chevalier bahwa ia menyebutkan namanya, dan kesaksian tersebut menyebabkan Chevalier kehilangan pekerjaannya. Chevalier dan Eltenton mengungkapkan bahwa mereka memiliki cara untuk menyampaikan informasi kepada pihak Soviet. Eltenton mengaku ia mengatakannya kepada Chevalier dan Chevalier kemudian menyampaikannya kepada Oppenheimer, tetapi keduanya menganggap informasi tersebut sebagai desas-desus belaka dan menyangkal tuduhan pengkhianatan atau spionase, baik dalam segi rencana maupun perbuatan. Tidak ada yang dihukum atas tuduhan ini.[230] Teller bersaksi bahwa ia menganggap Oppenheimer sebagai orang yang setia kepada pemerintah AS. Ia mengungkapkan:
Kesaksian Teller membuat marah komunitas ilmuwan, dan ia nyaris dikucilkan dari kalangan akademis.[232] Ernest Lawrence menolak bersaksi, memanfaatkan penyakit kolitis ulseratif yang dideritanya sebagai alasan, tetapi kecaman Lawrence terhadap Oppenheimer dalam sebuah wawancara diajukan sebagai bukti.[233] Groves, yang dilanda ketakutan bahwa FBI akan menyalahkannya karena menutupi kesalahan Chevalier pada tahun 1943, juga bersaksi melawan Oppenheimer.[234] Banyak ilmuwan tersohor, serta tokoh pemerintah dan militer, bersaksi atas nama Oppenheimer. Ketidakkonsistenannya dalam bersaksi dan perilakunya yang tidak menentu di ruang sidang – pada satu kesempatan ia mengatakan telah menceritakan hal-hal yang mustahil karena ia "seorang idiot" – meyakinkan sejumlah pihak bahwa kondisinya tidak stabil dan berisiko tidak aman. Oleh sebab itu, izin keamanan Oppenheimer dicabut satu hari sebelum jatuh tempo.[235] Rabi berkomentar bahwa Oppenheimer hanyalah seorang konsultan pemerintah pada saat itu dan jika pemerintah "tidak ingin berkonsultasi dengan orang tersebut, maka jangan berkonsultasi dengannya".[236] Saat persidangannya, Oppenheimer dengan sukarela bersaksi mengenai aktivitas sayap kiri rekan-rekannya. Seandainya izinnya tidak dicabut, ia mungkin akan dikenang sebagai seseorang yang "menyebut nama orang lain" untuk menyelamatkan reputasinya sendiri,[237] tetapi sebagian besar komunitas sains menganggapnya sebagai martir bagi McCarthyisme, seorang liberal eklektik yang secara tidak adil diserang oleh musuh pemihak perang, menjadi simbol pergeseran peran ilmuwan dari akademisi menjadi militer.[238] Wernher von Braun mengatakan kepada Komite Kongres bahwa "Di Inggris, Oppenheimer akan diberi gelar kebangsawanan".[239] Dalam sebuah seminar di The Wilson Center pada tahun 2009, sesuai dengan analisis ekstensif terhadap buku catatan Vassiliev yang diperoleh dari arsip KGB, John Earl Haynes, Harvey Klehr dan Alexander Vassiliev menegaskan bahwa Oppenheimer tidak pernah menjadi mata-mata Uni Soviet, meskipun intelijen Soviet berulang kali mencoba merekrutnya. Sebaliknya, Oppenheimer mengeluarkan beberapa orang dari Proyek Manhattan yang dicurigainya berhubungan dengan Uni Soviet.[240] Haynes, Klehr dan Vassiliev juga mengungkapkan Oppenheimer "sebenarnya adalah anggota rahasia CPUSA pada akhir 1930-an".[241] Menurut penulis biografi Ray Monk: "Dia, dalam arti yang sangat praktis dan nyata, adalah pendukung Partai Komunis. Selain itu, dalam hal waktu, tenaga, dan uang yang dihabiskan untuk kegiatan partai, dia adalah pendukung yang sangat berkomitmen."[242] Pada tanggal 16 Desember 2022, Menteri Energi Amerika Serikat, Jennifer Granholm, membatalkan pencabutan izin keamanan Oppenheimer tahun 1954.[243] Ia menyatakan, "Pada tahun 1954, Komisi Energi Atom mencabut izin keamanan Dr. Oppenheimer melalui proses cacat yang bertentangan dengan peraturan Komisi itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak bukti yang terungkap mengenai bias dan ketidakadilan dari proses yang dialami oleh Dr. Oppenheimer, sedangkan bukti kesetiaan dan kecintaannya pada negara semakin ditegaskan."[243][244][245] Akhir hayat dan kematianTahun-tahun terakhirSejak tahun 1954, Oppenheimer tinggal selama beberapa bulan setiap tahunnya di pulau Saint John, Kepulauan Virgin Amerika Serikat. Pada tahun 1957, ia membeli sebidang tanah seluas 2-ekar (0,81 ha) di Pantai Gibney dan kemudian membangun sebuah rumah kecil di pinggir pantai.[246] Ia menghabiskan banyak waktunya dengan berlayar bersama putrinya, Toni, dan istrinya, Kitty.[247] Penampilan pertama Oppenheimer di depan umum setelah pencabutan izin keamanannya adalah saat ia menyampaikan pidato berjudul "Masa Depan Seni dan Sains" dalam acara radio Man's Right to Knowledge di Columbia University Bicentennial. Melalui pidatonya tersebut, ia menguraikan filosofi dan pemikirannya mengenai peran sains dalam dunia modern.[248][249] Ia sebelumnya telah ditetapkan sebagai pembicara dalam dua kuliah umum terakhir oleh Universitas Columbia dua tahun sebelum sidang keamanannya, dan pihak universitas bersikukuh bahwa ia tetap menjadi pembicara meskipun izin keamanannya dicabut.[250] Pada bulan Februari 1955, presiden Universitas Washington, Henry Schmitz, membatalkan undangannya kepada Oppenheimer untuk memberikan serangkaian kuliah umum di universitas tersebut. Keputusan Schmitz ini menimbulkan kegemparan di kalangan mahasiswa. 1.200 mahasiswa menandatangani petisi yang memprotes keputusan tersebut, dan orang-orangan Schmitz dibakar. Di saat bersamaan, negara bagian Washington melarang Partai Komunis dan mewajibkan semua pegawai pemerintah untuk bersumpah setia kepada negara. Edwin Albrecht Uehling, ketua departemen fisika dan kolega Oppenheimer dari Berkeley, mengajukan banding ke senat universitas tersebut, dan keputusan Schmitz dibatalkan dengan suara 56 berbanding 40. Oppenheimer berhenti sebentar di Seattle untuk berganti pesawat dalam perjalanannya menuju Oregon dan singgah di beberapa fakultas di Universitas Washington untuk minum kopi, tetapi Oppenheimer tidak pernah memberi kuliah di sana.[251][252] Oppenheimer makin khawatir akan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penemuan sains terhadap umat manusia. Ia mengikuti jejak Albert Einstein, Bertrand Russell, Joseph Rotblat, dan ilmuwan serta akademisi terkemuka lainnya untuk mendirikan Akademi Seni dan Sains Dunia pada tahun 1960. Meskipun demikian, setelah izin keamanannya dicabut, ia tidak ikut menandatangani protes terbuka besar-besaran terhadap senjata nuklir pada tahun 1950-an, termasuk Manifesto Russell–Einstein pada tahun 1955, dan meskipun diundang, ia juga tidak menghadiri Konferensi Sains dan Urusan Dunia Pugwash pada tahun 1957.[253] Dalam pidato dan tulisan-tulisannya, Oppenheimer terus memperingatkan mengenai kesulitan mengontrol kekuatan sains di dunia ketika kebebasan sains untuk bertukar gagasan semakin dilemahkan oleh kepentingan politik. Oppenheimer menyampaikan pidato Reith Lectures di BBC pada tahun 1953, yang kemudian diterbitkan dengan judul Science and the Common Understanding.[254] Pada tahun 1955, Oppenheimer menerbitkan The Open Mind, kumpulan delapan pidato yang telah ia sampaikan sejak tahun 1946 mengenai senjata nuklir dan budaya populer.[255] Oppenheimer menolak gagasan diplomasi kapal perang nuklir. Ia mengungkapkan, "Tujuan negara di bidang kebijakan luar negeri tidak dapat dicapai atau bertahan lama dengan cara paksaan".[255] Pada tahun 1957, departemen filsafat dan psikologi di Harvard mengundang Oppenheimer untuk berpartisipasi dalam William James Lectures. Sekelompok alumni Harvard yang berpengaruh, termasuk Edwin Ginn dan Archibald Roosevelt, memprotes keputusan tersebut.[255] 1.200 orang menghadiri enam kuliah umum Oppenheimer bertajuk "The Hope of Order" di Teater Sanders.[253] Pada 1962, Kennedy―yang kini menjadi Presiden Amerika Serikat―mengundang Oppenheimer ke sebuah acara yang menghormati 49 pemenang Penghargaan Nobel. Pada acara tersebut, ketua AEC Glenn Seaborg bertanya kepada Oppenheimer mengenai apakah ia menginginkan pemeriksaan keamanan lainnya. Oppenheimer menolak.[256] Pada tahun yang sama, Oppenheimer memberi kuliah dalam Whidden Lectures di Universitas McMaster, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1964 dengan judul The Flying Trapeze: Three Crises for Physicists.[257] Meskipun kekuasaan politiknya dilucuti, Oppenheimer terus memberi kuliah, menulis, dan berkarya di bidang fisika. Ia berkeliling Eropa dan Jepang, berpidato mengenai sejarah sains, peran sains dalam masyarakat, dan sifat alam semesta.[258] Oppenheimer berbicara mengenai pentingnya mempelajari sejarah sains dalam peresmian Perpustakaan dan Arsip Niels Bohr di Institut Fisika Amerika pada bulan September 1963.[259][260] KematianSebagai perokok berat, Oppenheimer didiagnosis menderita kanker tenggorokan pada akhir 1965. Setelah menjalani operasi yang tidak maksimal, ia menjalani pengobatan radiasi dan kemoterapi pada tahun 1966, tetapi pengobatan ini gagal.[261] Pada tanggal 18 Februari 1967, tiga hari setelah mengalami koma, Oppenheimer meninggal dunia di rumahnya di Princeton, New Jersey, pada usia 62 tahun. Upacara peringatan digelar seminggu kemudian di Alexander Hall, Universitas Princeton. Upacara tersebut dihadiri oleh 600 kolega ilmiah, politik, dan militernya, termasuk Bethe, Groves, Kennan, Lilienthal, Rabi, Smyth, dan Wigner. Adiknya, Frank, dan anggota keluarga lainnya juga hadir, demikian pula sejarawan Arthur M. Schlesinger, Jr., novelis John O'Hara, dan George Balanchine, direktur New York City Ballet. Bethe, Kennan dan Smyth menyampaikan eulogi singkat.[262] Jenazah Oppenheimer dikremasi, dan abunya ditaruh di sebuah guci. Istrinya kemudian membawa abunya ke St. John dan menghanyutkan guci tersebut ke laut, tidak jauh dari rumah pantai mereka.[263] Pada bulan Oktober 1972, Kitty meninggal dunia pada usia 62 tahun akibat infeksi usus yang diperparah oleh emboli paru. Peternakan Oppenheimer di New Mexico kemudian diwariskan kepada putra mereka, Peter, dan rumah pantai di St. John diwariskan kepada putri mereka, Katherine "Toni" Oppenheimer Silber. Izin keamanan Toni ditolak saat ia hendak bekerja sebagai penerjemah di Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah FBI mengajukan tuduhan lama terhadap ayahnya. Pada bulan Januari 1977, tiga bulan setelah pernikahan keduanya berakhir, Toni gantung diri di rumah pantai keluarganya.[264] Ia menghibahkan propertinya kepada "warga St. John untuk dimanfaatkan sebagai taman umum dan area rekreasi".[265] Rumah aslinya dibangun terlalu dekat dengan pantai dan roboh dilanda badai. Saat ini, Pemerintah Kepulauan Virgin mendirikan Pusat Komunitas di kawasan tersebut.[266] PenghargaanPada bulan September 1957, pemerintah Prancis menganugerahinya Légion d'honneur,[267] dan pada tanggal 3 Mei 1962, ia terpilih sebagai Foreign Member of the Royal Society di Britania Raya.[268][269] Atas desakan teman-temannya yang telah memiliki kekuasaan politik, Presiden John F. Kennedy menganugerahi Oppenheimer Penghargaan Enrico Fermi pada tahun 1963 sebagai isyarat pemulihan status politiknya. Teller, pemenang penghargaan tahun sebelumnya, juga merekomendasikan Oppenheimer sebagai penerimanya, dengan harapan penghargaan tersebut akan memperbaiki keretakan hubungan mereka.[270] Seminggu setelah pembunuhan Kennedy, penggantinya, Presiden Lyndon B. Johnson, menyerahkan penghargaan tersebut kepada Oppenheimer, "atas kontribusinya terhadap fisika teori sebagai pengajar dan pencetus gagasan, dan atas kepemimpinannya di Laboratorium Los Alamos dan program energi atom semasa tahun-tahun kritis".[271] Oppenheimer mengungkapkan kepada Johnson: "Saya pikir mungkin saja, Tuan Presiden, Anda membutuhkan belas kasihan dan keberanian untuk memberikan penghargaan ini pada hari ini".[272] Pemulihan status politik yang disiratkan melalui penghargaan tersebut hanya bersifat simbolis, karena Oppenheimer masih belum memiliki izin keamanan dan tidak bisa memengaruhi perumusan kebijakan resmi, tetapi penghargaan tersebut juga memberinya uang tunai bebas pajak sebesar $50.000, dan pemberian penghargaan tersebut membuat marah banyak tokoh Republik di Kongres. Istri mendiang Presiden Kennedy, Jacqueline, yang masih tinggal di Gedung Putih, memutuskan bertemu dengan Oppenheimer untuk memberi tahu betapa suaminya sangat menginginkannya untuk menerima penghargaan tersebut.[273] Saat masih menjadi senator pada tahun 1959, Kennedy berperan besar dalam memberi suara yang menolak penunjukan musuh Oppenheimer, Lewis Strauss, menjadi Menteri Perdagangan, secara langsung turut mengakhiri karier politik Strauss.[274] Namun, pergesekan kongres dengan Oppenheimer masih ada. Senator Bourke B. Hickenlooper secara resmi menentang pemilihan Oppenheimer tepat pada delapan hari usai Kennedy dibunuh,[256] dan beberapa anggota Partai Republik dari House AEC Committee memboikot acara tersebut.[275] WarisanKetika pengaruh politik Oppenheimer dilucuti pada tahun 1954, banyak orang beranggapan ia menjadi lambang kebodohan para ilmuwan yang percaya bahwa mereka bisa mengontrol penggunaan hasil penelitian mereka, dan dilema tanggung jawab moral yang dihadapi oleh sains pada zaman nuklir.[276] Sidang keamanannya dimotivasi oleh kepentingan politik dan permusuhan pribadi, serta mencerminkan perpecahan yang tumbuh di kalangan komunitas senjata nuklir.[277] Satu kelompok takut pada Uni Soviet, menganggapnya sebagai musuh bebuyutan, dan percaya bahwa Soviet memiliki persenjataan paling kuat. Kelompok ini meyakini bahwa pembalasan paling tepat yang bisa dilakukan adalah dengan menghimpun strategi terbaik untuk memerangi ancaman tersebut. Kelompok lain berpandangan bahwa pengembangan bom H tidak akan meningkatkan keamanan dunia Barat dan menganggap penggunaan senjata tersebut terhadap sejumlah besar warga sipil sebagai genosida. Kelompok ini menganjurkan saran yang lebih fleksibel mengenai Soviet, antara lain dengan mengembangkan senjata nuklir taktis, memperkuat pasukan konvensional, dan perjanjian pengendalian senjata. Kelompok yang pertama lebih kuat dari segi politik, dan Oppenheimer menjadi sasarannya.[278][279] Alih-alih menentang secara konsisten pihak-pihak yang berusaha menjatuhkannya pada akhir 1940-an dan awal 1950-an, Oppenheimer bersaksi melawan mantan kolega dan mahasiswanya, sebelum dan saat persidangannya. Dalam salah satu kejadian, kesaksiannya yang memberatkan salah satu mantan mahasiswanya, Bernard Peters, secara selektif dibocorkan ke media. Sejarawan menafsirkan tindakannya ini sebagai bentuk upaya Oppenheimer untuk menyenangkan rekan-rekannya di pemerintahan dan diduga untuk mengalihkan perhatian dari keterkaitan dirinya dan adiknya dengan sayap kiri di masa lalu. Pada akhirnya, menjadi hal yang salah ketika Oppenheimer meragukan kesetiaan Peters, dan merekomendasikannya untuk ikut ambil bagian dalam Proyek Manhattan adalah tindakan yang gegabah atau kontradiktif.[280] Penggambaran populer mengenai Oppenheimer memandang pencabutan izin keamanannya sebagai konfrontasi antara pihak militer sayap kanan (diwakili oleh Teller) dan intelektual sayap kiri (diwakili oleh Oppenheimer) terkait permasalahan moral mengenai senjata pemusnah massal.[281] Para penulis biografi dan sejarawan berpendapat kisah Oppenheimer adalah sebuah tragedi.[282][283][284] Penasihat keamanan nasional dan akademisi McGeorge Bundy, yang bekerja bersama Oppenheimer di Panel Konsultan Departemen Luar Negeri, menulis: "Terlepas dari kenaikan dan penurunan prestise dan kekuasaan Oppenheimer yang luar biasa, karakternya memiliki dimensi yang tragis dalam kombinasi pesona dan kesombongan, kecerdasan dan kebutaan, kesadaran dan ketidakpekaan, dan terutama sekali karena keberanian dan fatalisme. Semua ini, dengan cara yang berbeda, berbalik melawannya dalam persidangan."[284] Permasalahan mengenai tanggung jawab para ilmuwan terhadap kemanusiaan mengilhami drama Life of Galileo (1955) karya Bertolt Brecht, menginspirasi The Physicists karya Friedrich Dürrenmatt, dan menjadi landasan terciptanya opera Doctor Atomic karya John Adams pada tahun 2005, yang menggambarkan Oppenheimer sebagai Faust modern. Drama In the Matter of J. Robert Oppenheimer karya Heinar Kipphardt ditayangkan di televisi Jerman Barat dan dirilis di bioskop di Berlin dan Munich pada bulan Oktober 1964. Keberatan Oppenheimer atas penggambaran dirinya dalam drama tersebut membuatnya berkorespondensi dengan Kipphardt, dan Kipphardt setuju untuk mengoreksinya, tetapi tetap mempertahankan drama tersebut.[285] Drama ini dipentaskan di New York pada tahun 1968, dengan Joseph Wiseman berperan sebagai Oppenheimer. Kritikus teater New York Times, Clive Barnes menyebutnya sebagai "drama kemarahan dan drama partisan" yang memihak Oppenheimer tetapi menggambarkannya sebagai "orang bodoh dan genius yang tragis".[286] Oppenheimer keberatan dengan penggambarannya dalam drama ini. Setelah membaca naskah drama Kipphardt saat mulai dipentaskan, Oppenheimer mengancam akan menuntut Kipphardt. Ia mencela "improvisasi yang bertentangan dengan sejarah dan sifat orang yang terlibat".[287] Oppenheimer mengungkapkan:
Oppenheimer adalah subjek bagi banyak biografi, termasuk American Prometheus (2005) karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin, yang memenangkan Penghargaan Pulitzer 2006 untuk kategori Biografi atau Autobiografi.[289] Serial TV BBC tahun 1980 berjudul Oppenheimer, dibintangi oleh Sam Waterston, memenangkan 3 BAFTA Television Awards.[290] The Day After Trinity, sebuah film dokumenter tahun 1980 mengenai Oppenheimer dan bom atom, dinominasikan untuk Academy Award dan memenangkan Peabody Award.[291][292] Kehidupan Oppenheimer dieksplorasi dalam drama Oppenheimer (2015) karya Tom Morton-Smith,[293] dan dalam film Fat Man and Little Boy pada tahun 1989, yang dibintangi oleh Dwight Schultz sebagai Oppenheimer.[294] Pada tahun yang sama, David Strathairn berperan sebagai Oppenheimer dalam film televisi Day One.[295] Dalam film Amerika Serikat tahun 2023 berjudul Oppenheimer, yang disutradarai oleh Christopher Nolan dan diadaptasi dari American Prometheus, Oppenheimer diperankan oleh aktor Cillian Murphy.[296] Sebuah konferensi untuk memperingati seratus tahun kelahirannya diselenggarakan pada tahun 2004 di Berkeley,[297] dan kumpulan makalah konferensi yang telah dibukukan diterbitkan pada tahun 2005 dengan judul Reappraising Oppenheimer: Centennial Studies and Reflections.[298] Makalah tersebut saat ini disimpan di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat.[299] Sebagai seorang ilmuwan, Oppenheimer dikenang oleh para murid dan koleganya sebagai sosok peneliti brilian dan guru menyenangkan yang mencetuskan fisika teori modern di Amerika Serikat. "Lebih dari orang lain", tulis Bethe, "dia bertanggung jawab dalam membangkitkan fisika teori Amerika menjadi terdepan di dunia".[300] Karena fokusnya terhadap sains sering berubah dengan cepat, ia tidak pernah mengerjakan satu topik dalam waktu yang lama sehingga tidak membuahkan hasil yang cukup untuk menerima Penghargaan Nobel.[301] Meskipun demikian, risetnya mengenai teori lubang hitam kemungkinan bisa membuatnya menerima Nobel jika saja ia hidup lebih lama untuk menyaksikan risetnya tersebut berhasil dipecahkan oleh astrofisikawan di kemudian hari.[99] Sebuah asteroid, 67085 Oppenheimer, dinamai untuk menghormatinya pada tanggal 4 Januari 2000,[302] demikian pula kawah bulan Oppenheimer pada tahun 1970.[303] Sebagai penasihat kebijakan publik dan militer, Oppenheimer adalah seorang pemimpin teknokratis dalam pergeseran interaksi antara sains dan militer dalam menyikapi kemunculan "sains besar". Selama Perang Dunia II, para ilmuwan terlibat dalam penelitian militer hingga tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Karena ancaman fasisme terhadap peradaban Barat, banyak ilmuwan mengajukan diri untuk ikut membantu upaya Sekutu dalam bidang teknologi dan organisasi, menciptakan alat-alat canggih seperti radar, murang proksimitas, dan riset operasi. Sebagai seorang ahli fisika teori intelek dan berbudaya yang beralih menjadi pengelola militer yang disiplin, Oppenheimer menyebabkan berubahnya anggapan bahwa para ilmuwan kurang fokus atau tidak memiliki pemikiran yang realistis dan pengetahuan tentang subjek esoterik seperti komposisi inti atom tidak bisa diterapkan di "dunia nyata".[276] Dua hari sebelum uji coba Trinity, Oppenheimer mengungkapkan harapan dan ketakutannya dalam sebuah kutipan dari Śatakatraya karya Bhartṛhari: Lihat juga
Karya tulis
Catatan
ReferensiCatatan kaki
Sumber
Bacaan lanjutan
Pranala luar
|