Ignatius Suharyo
Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo[1] (lahir 9 Juli 1950) adalah seorang prelat Gerejawi Indonesia yang menjadi Uskup Agung Jakarta sejak 29 Juni 2010, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J.. Sebelum menduduki jabatan ini, Mgr. Suharyo adalah Uskup Agung Koajutor Jakarta.[2] Saat ini, ia juga menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Uskup Agung Semarang.[3] Sejak 15 November 2012, ia menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, menggantikan Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM.Cap. Pada tanggal 1 September 2019, ia secara resmi ditunjuk sebagai Kardinal untuk gereja Katolik di Indonesia. Masa kecilMgr. Suharyo lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Indonesia pada 9 Juli 1950 dari pasangan ayah Florentinus Amir Hardjodisastra, seorang pegawai di Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta dan ibu Theodora Murni Hardjadisastra sebagai anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Kakaknya, yakni RP. Suitbertus Ari Sunardi OCSO, adalah rahib imam di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sementara dua orang saudarinya menjadi biarawati, yakni Suster Christina Sri Murni, FMM dan Suster Maria Magdalena Marganingsih, PMY. PendidikanMgr. Suharyo awalnya menjalani pendidikan dasar di SD Kanisius, Gubuk, Sedayu, dan pada kelas IV ia pindah ke SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Seminari Kecil Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sejak tahun 1961. Mgr. Suharyo menjalani pendidikan menengah atas di Seminari Menengah Mertoyudan dan lulus pada tahun 1968. Ia kemudian melanjutkan studi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, dan pada tahun 1971 ia mendapatkan gelar Sarjana Muda bidang Filsafat/Teologi, serta pada 1976 mendapatkan gelar Sarjana Filsafat/Teologi. Julius Kardinal Darmojuwono kemudian menugaskan Mgr. Suharyo untuk belajar di Roma, Italia. Ia menyelesaikan studi Doktoral Teologi Bibilis di Universitas Urbaniana, Roma, Italia pada tahun 1981. Karya imamatMgr. Suharyo ditahbiskan menjadi Imam pada 26 Januari 1976 oleh Justinus Kardinal Darmojuwono di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, bersama dengan RD Yohanes Bardiyanto. Setelah kepulangannya dari Roma, Italia, Mgr. Suharyo menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya, Yogyakarta sejak tahun 1981 hingga 1991. Pada tahun 1983 hingga 1993, ia menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. Mgr. Suharyo sempat menjadi Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru di Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta pada tahun 1989. Ia kemudian menjadi Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada tahun 1993 hingga 1997. Ia juga menjadi pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta dan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung pada tahun 1994–1996. Pada tahun 1996–1997, Suharyo menjadi Direktur Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan sempat menjadi Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara pada tahun 1997. Ia juga sempat menjadi Ketua UNIO (Persaudaraan Imam-imam Praja) serta dalam Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang. Uskup Agung SemarangMgr. Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang pada 21 April 1997 oleh Paus Yohanes Paulus II. Ia ditahbiskan pada 22 Agustus 1997 di Gedung Olahraga Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah.[3] Ia ditahbiskan menjadi Uskup oleh Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J., yang merupakan pendahulu Mgr. Suharyo sebagai Uskup Agung Semarang. Mgr. Pietro Sambi, Pro-Nuncio Apostolik untuk Indonesia sekaligus Uskup Agung Tituler Bellicastrum dan Mgr. Blasius Pujaraharja, Uskup Ketapang menjadi Uskup Ko-konsekrator. Ia memilih semboyan "Serviens Domino Cum Omni Humilitate" (Kis 20:19), yang artinya "Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati",[2] sebuah bagian dari perikop perpisahan Santo Paulus dengan para penatua di Efesus. Sebagai seorang Uskup, ia memilih untuk tidak menggunakan zucchetto dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam memimpin Misa, serta tidak menggunakan tongkat gembala ketika memberikan homili.[4] Pada 8 September 2000, Mgr. Suharyo menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Uskup Purwokerto, Mgr. Julianus Sunarka, S.J., bersama dengan Uskup Bandung, Mgr. Alexander Soetandio Djajasiswaja. Bertindak sebagai penahbis utama, yakni Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J.. Pada tahun 2000, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia, untuk masa jabatan 3 tahun hingga tahun 2003, di mana Kardinal Julius menjadi Ketua Presidium. Pada 8 November 2003, Mgr. Suharyo kembali terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia, di mana Ketua Presidum kembali dijabat oleh Kardinal Julius.[5][6] Pada Mei 2004, Mgr. Suharyo menjadi Guru Besar bidang teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.[7] Pada 2 Januari 2006, Mgr. Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J.. Pada 16 November dalam tahun yang sama, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Wakil Ketua I Konferensi Waligereja Indonesia, sementara Ketua Presidium dijabat oleh Uskup Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang, O.F.M. Cap..[8] Pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni 2007, ia kembali menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Uskup Surabaya, bersama dengan Uskup Malang, Mgr. Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro, O. Carm.. Dalam penahbisan itu, Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. juga menjadi Penahbis Utama. Pada 16 Juli 2008, bersama dengan Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Timor Leste sekaligus Uskup Agung Tituler Capreae, Mgr. Leopoldo Girelli, Mgr. Suharyo menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Mgr. Johannes Pujasumarta selaku Uskup Bandung. Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. menjadi Penahbis Utama. Uskup Agung JakartaTerkait permohonan Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ yang hendak pensiun, pada 25 Juli 2009, Takhta Suci Vatikan menunjuk Mgr. Suharyo menjadi Uskup Agung Koajutor Jakarta. Ia meninggalkan Keuskupan Agung Semarang pada 27 Oktober 2009, dan diterima di Keuskupan Agung Jakarta pada keesokan harinya. Selama kekosongan takhta di Semarang, R.D. Pius Riana Prapdi ditunjuk sebagai Administrator Apostolik oleh Dewan Imam Keuskupan Agung Semarang, hingga Uskup Bandung, Mgr. Johannes Pujasumarta diinstalasi menjadi Uskup Agung Semarang. Pada 11 November 2009, Mgr. Suharyo kembali menjabat sebagai Wakil Ketua I Konferensi Waligereja Indonesia, dan Ketua Presidium kembali dijabat oleh Mgr. Martinus Dogma Situmorang, O.F.M.Cap.[9] Mgr. Suharyo resmi menjadi Uskup Agung Jakarta sejak 28 Juni 2010, sejak Takhta Suci Vatikan resmi menerima pengunduran diri Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J., dan dalam Misa di Gereja Katedral Jakarta pada 29 Juni 2010, bertepatan pula dengan Perayaan Syukur 27 Tahun Tahbisan Uskup Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. dan 14 tahun menjadi Uskup Agung Jakarta, Mgr. Suharyo resmi diinstalasi menjadi Uskup Agung Jakarta, ditandai dengan penyerahan tongkat gembala Keuskupan Agung Jakarta kepadanya. Pasca penunjukkan Mgr. Johannes Pujasumarta menjadi Uskup Agung Semarang yang membuat lowongnya takhta Uskup Bandung, Mgr. Suharyo sempat ditunjuk menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Bandung, sampai terpilihnya Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C.. Pada 15 November 2012, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia untuk periode 2012–2015.[10] Ia kembali terpilih menjabat posisi yang sama untuk periode 2015–2018.[11] Pada Pesta takhta Santo Petrus, 22 Februari 2014, Mgr. Ignatius Suharyo kembali menjadi uskup ko-konsekrator dalam pentahbisan Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M., bersama Mgr. Hubertus Leteng, sementara Mgr. Cosmas Michael Angkur, O.F.M. menjadi penahbis utama. Pada tanggal 25 Agustus 2014, untuk pertama kalinya Mgr. Suharyo menjadi Uskup Penahbis Utama dalam penahbisan Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. sebagai Uskup Bandung. Bertindak sebagai Uskup Ko-konsekrator, yakni Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M. dan Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta. Pada tanggal 3 September 2016, ia kembali menjadi Uskup Penahbis Utama dalam penahbisan Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O. Carm. di Stadion Gajayana, Malang sebagai Uskup Malang. Bertindak sebagai Uskup Penahbis Pendamping, yakni Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono dan Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. Pada tanggal 19 Mei 2017, Mgr. Suharyo kembali menjadi Uskup Penahbis Utama dalam penahbisan Mgr. Robertus Rubiyatmoko di Lapangan Bhayangkara Akademi Kepolisian, Semarang sebagai Uskup Agung Semarang, sementara Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C dan Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O. Carm menjadi Penahbis Pendamping. Mgr. Suharyo memimpin salve agung dalam rangka penahbisan Mgr. Samuel Oton Sidin, O.F.M. Cap. sebagai Uskup Sintang[12] dan juga dalam salve agung dalam rangka penahbisan Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, M.S.C. sebagai Uskup Manado.[13] Kardinal Suharyo bertindak sebagai Penahbis Utama dalam penahbisan Uskup Ruteng Siprianus Hormat yang berlangsung pada 19 Maret 2020. Dalam penahbisan tersebut, Suharyo didampingi oleh Uskup Denpasar Silvester Tung Kiem San yang juga merangkap sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng dan Uskup Agung Ende Vincentius Sensi Potokota.[14] Kardinal Suharyo kembali bertindak sebagai Pentahbis Utama/ Konsekrator Utama bagi Uskup Sibolga Mgr. Fransiskus Tuaman Sinaga. Dalam penahbisan tersebut, Uskup Agung Medan yang merupakan Metropolitan dari Keuskupan Sibolga, Mgr. Kornelius Sipayung, O.F.M. Cap. dan Uskup Agung Palembang terpilih yang juga Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono menjadi ko-konsekrator. Pada tanggal 11 November 2022, Kardinal Suharyo kembali menjadi Uskup Ko Konsekrator bagi Uskup Sanggau Mgr. Valentinus Saeng, C.P. bersama dengan Mgr. Giulio Mencuccini, C.P. Bertindak sebagai Pentahbis Utama adalah Uskup Agung Tituler Tarcellio yang juga Nuntius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo Bapa Kardinal mengakhiri Perutusannya sebagai Ketua KWI pada tanggal 17 November 2022. Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. dipilih untuk menggantikan Beliau. KardinalPada 1 September 2019 dari halaman Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan Paus Fransiskus mengumumkan Mgr. Suharyo sebagai salah satu dari 13 nama kardinal baru dalam konsistori yang akan dilaksanakan pada 5 Oktober 2019.[15][16] Dalam konsistori tersebut, Kardinal Suharyo diberi gelar Kardinal Imam Spirito Santo alla Ferratella.[17] KaryaMgr. Suharyo telah menulis sejumlah buku, yakni:
Selain menulis, Mgr. Suharyo juga menyadur karya Henri J.M. Nouwen, antara lain:
Galeri
Rujukan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ignatius Suharyo.
|