Halve stuiverHalve stuiver/setengah kelip atau Vierduitstuk dahulu disebut Plakat, adalah sebutan untuk koin Belanda selain sen dan setengah sen, yang memiliki nilai paling sedikit, 2½ sen. Nama 'vierduitstuk' mencerminkan nilai historis dari koin tersebut: sebuah duit bernilai delapan sen. Begitu juga dengan koin-koin besar yang lebih tua tetapi memiliki nilai yang sama, kadang-kadang disebut juga dengan vierduitstuk. Dalam masyarakat dikenal dengan sebutan "Gobang" atau "Benggol". BelandaPlakat merupakan koin perunggu terbesar yang pernah dipergunakan untuk waktu yang cukup lama. Koin ini berasal dari masa sebelum sistem uang desimal diperkenalkan di Belanda pada tahun 1816. Pada tahun 1877 koin ini bertuliskan 2½ sen. Selama Perang Dunia II, koin ini disebut 'zinkstuk/sepotong seng' karena penjajahan Nazi Jerman membuatnya dari logam yang lebih murah tersebut. Karena koin ini tidak terbuat dari logam mulia, pada halve stuiver tidak pernah menunjukkan potret raja/ratu yang sedang memerintah. Akan tetapi, lambang singa Belanda tetap ditempatkan pada koin ini. Koin ini terakhir dicetak pada tahun 1942 dan merupakan alat pembayaran yang sah di Belanda hingga tahun 1948 . Digunakan sebagai token gasKetika meteran koin untuk gas diperkenalkan di Belanda, harga gas sekitar 7 sen per m³. Satu halve stuiver dapat membeli gas sebanyak sepertiga m³. Ketika harga gas naik tajam setelah Perang Dunia Pertama, token gas khusus seukuran koin 2½ sen dicetak dan menjadi harga jual sebenarnya untuk setiap unit gas. Akan tetapi orang-orang lebih sering mempergunakan halve stuiver daripada token gas. Sehingga, diputuskan untuk menyediakan slot penyisipan koin meter dengan pin bulat dan token gas dengan keping. Saat kondisi darurat uang, pada tepi koin dibuat ceruk sehingga pas di lubang meteran. Karena hal inilah, pada bagian tepi halve stuiver sering ditemukan bekas lekukan. Antillen BelandaPada saat Perang Dunia II, Antillen Belanda mencetak mata uangnya sendiri. Pada tahun 1944, 2½ sen pertama telah dicetak, dan terakhir kali dipergunakan pada tahun 1985. Hindia Belanda2½ sen merupakan koin terbesar di Hindia Belanda. Koin ini pertama kali dicetak pada tahun 1856 di masa pemerintahan Raja Willem III. Koin ini tidak dipergunakan lagi pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Koin 2½ sen Hindia Belanda di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Benggol/Gobang.[1] Berdasarkan cetakannya, koin Benggol dapat dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, koin benggol yang dicetak mulai tahun 1856 hingga tahun 1913, koin ini berbahan Tembaga dengan berat 12,5g dan diameter 31mm.[2] Kedua, koin benggol cetakan tahun 1914 hingga tahun 1945, berbahan Perunggu dengan berat 12,5g dan diameter 31mm.[3] Cetakan 2½ Sen Nederlandsch Indie
Lihat jugaReferensi
|