Grup Wagner (bahasa Rusia: Группа Вагнера, translit. Gruppa Vagnera), juga dikenal sebagai PMC Wagner[8] (bahasa Rusia: ЧВК «Вагнер», translit. ChVK «Vagner», har.'Perusahaan Militer Swasta "Wagner"'), adalah sebuah organisasi paramiliter Rusia.[8] Kelompok ini digambarkan sebagai perusahaan militer swasta (PMC), jaringan tentara bayaran atau tentara swastade facto Presiden Rusia Vladimir Putin. [8][9] Kelompok ini beroperasi di luar hukum di Rusia, di mana perusahaan militer swasta secara resmi dilarang di negara itu.[10][11][9] Karena beroperasi untuk mendukung kepentingan Rusia, disuplai oleh Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) dan menggunakan instalasi MoD untuk pelatihan, Grup Wagner dikatakan sebagai unit de facto dari MoD atau badan intelijen militer Rusia, GRU.[12] Meskipun Grup Wagner sendiri tidak digerakkan secara ideologis,[13][14] berbagai elemen Wagner telah dikaitkan dengan neo-Nazisme dan ekstremisme sayap kanan.[8][15][16]
Kelompok ini menjadi terkenal selama perang Donbas di Ukraina, di mana mereka membantu pasukan separatis pro-Rusia dari Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.[8] Kontraktornya dilaporkan telah ikut ambil bagian dalam berbagai konflik di seluruh dunia, termasuk perang saudara di Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Mali, seringkali membela pihak pasukan yang bersekutu dengan pemerintah Rusia.[8] Grup Wagner dituduh telah melakukan kejahatan perang di daerah tempat mereka dikerahkan,[8][17][18] seperti memerkosa dan merampok warga sipil,[19] serta menyiksa para terduga desertir.[20][21]
Wagner memainkan peran penting dalam invasi Rusia ke Ukraina, seperti membunuh para petinggi Ukraina,[22] dan merekrut narapidana ke pertempuran garis depan.[23][24] Pada bulan Desember 2022, Koordinator Dewan Keamanan Nasional AS untuk Komunikasi Strategis, John Kirby mengklaim Wagner memiliki 50.000 pasukan di Ukraina, termasuk 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana.[25] Lainnya menyebutkan jumlah tahanan yang direkrut lebih dari 20.000,[26] dengan total keseluruhan PMC di Ukraina diperkirakan 20.000.[27] Pada tahun 2023, Rusia memberikan status veteran perang kepada kontraktor Wagner yang ikut serta dalam invasi.[28]
Pada tanggal 23 Juni 2023, Prigozhin melancarkan pemberontakan melawan kepemimpinan Rusia setelah menuduh pasukan Rusia menyerang anak buahnya.[29] Unit-unit Wagner ditarik dari Ukraina dan dikerahkan ke Rostov-na-Donu di Rusia.[30][31]
Pada tanggal 23 Agustus 2023, Prigozhin dan pimpinan Wagner lainnya, Dmitry Utkin dan Valery Chekalov tewas dalam kecelakaan pesawat.[32] Intelijen Barat memperkirakan kejadian ini disebabkan oleh ledakan di dalam pesawat, dan ada dugaan luas bahwa pemerintah Rusia terlibat dalam hal ini.[33]
Grup Wagner pertama kali muncul pada tahun 2014, selama aneksasi Rusia atas Krimea.[34] Hingga tahun 2022, belum jelas siapa yang mendirikan dan memimpin kelompok tersebut. Baik Dmitry Utkin dan Yevgeny Prigozhin telah dicurigai sebagai pendiri dan pemimpinnya. Selama invasi Rusia ke Ukraina, Prigozhin mengaku telah mendirikan Wagner dan dia disebut sebagai ketua kelompok tersebut.[35] Beberapa sumber mengatakan Prigozhin adalah pemilik dan pemodal sementara Utkin adalah komandan militernya.[36]
Organisasi
Pada awal tahun 2016, Wagner memiliki 1.000 karyawan,[37] kemudian naik menjadi 5.000 pada Agustus 2017[38] dan 6.000 pada Desember 2017.[39] Organisasi tersebut dikatakan terdaftar di Argentina,[40][38] serta memiliki kantor di Sankt-Peterburg[41] dan Hong Kong.[42]
Pada awal Oktober 2017, SBU mengatakan bahwa pendanaan Wagner pada tahun 2017 meningkat sebesar 185 juta rubel ($3,1 juta), dan sekitar 40 warga negara Ukraina bekerja untuk Wagner, dengan 95% sisanya adalah warga negara Rusia.[43] 1 orang Ukraina tewas di Suriah pada Maret 2016,[44] dan 3 orang dilaporkan secara keseluruhan tewas pada musim semi itu.[45] Banyak juga orang Armenia, Kazakh, dan Moldova yang bekerja untuk Wagner.[46]
PMC Wagner pertama kali aktif pada Februari 2014 di Krimea[55][56] ketika semenanjung itu dicaplok oleh Rusia di tahun 2014, di mana mereka beroperasi dengan unit militer Rusia reguler, melucuti Angkatan Darat Ukraina dan mengambil alih fasilitas mereka. Pengambilalihan Krimea terjadi nyaris tanpa pertumpahan darah.[57] PMC Wagner bersama para prajurit dijuluki sebagai "orang-orang sopan"[58] karena perilaku mereka yang santun dengan menyendiri, membawa senjata yang tidak terisi, dan kebanyakan tidak mengganggu kehidupan sipil.[59] Mereka juga dijuluki "pria hijau kecil" karena mereka bertopeng, berseragam tentara hijau tanpa pengenal, dan asal usul mereka yang awalnya tidak diketahui.[60]
Setelah pengambilalihan Krimea,[61] sekitar 300 PMC[62] pergi ke wilayah Donbas di Ukraina timur di mana konflik dimulai antara pemerintah Ukraina dan pasukan pro-Rusia. Dengan bantuan mereka, pasukan pro-Rusia berhasil menggoyahkan pasukan pemerintah di wilayah tersebut, melumpuhkan lembaga pemerintahan lokal, merebut gudang amunisi, dan menguasai kota-kota.[61] PMC Wagner dilaporkan ikut andil dalam penembakan pesawat Il-76 Ukraina[63] dan Pertempuran Debaltseve di awal tahun 2015.
Menyusul berakhirnya operasi tempur besar-besaran, Wagner dilaporkan ditugaskan untuk membunuh komandan pro-Rusia yang punya tindakan memberontak, menurut outlet media internet nasionalis Rusia dan SBU.[64][55] Wagner meninggalkan Ukraina dan kembali ke Rusia pada musim gugur 2015, dengan dimulainya intervensi militer Rusia dalam Perang Saudara Suriah.[65]
Menurut SBU, pada Oktober 2018, beberapa lusin PMC tetap berada di wilayah Luhansk untuk membunuh siapa pun yang dianggap "tidak diinginkan oleh Rusia".[66]
The Times melaporkan bahwa Grup Wagner menerbangkan lebih dari 400 kontraktor dari Republik Afrika Tengah pada pertengahan hingga akhir Januari 2022 dalam misi untuk membunuhVolodymyr Zelenskyy dan pejabatnya, serta melakukan persiapan sebelum invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022.[67] Per 3 Maret, menurut The Times, Zelenskyy selamat dari tiga upaya pembunuhan, dua di antaranya diduga diatur oleh Grup Wagner.[68]
Sejak awal Juli,[76] Wagner mulai merekrut para narapidana di penjara-penjara Rusia untuk berpartisipasi dalam invasi ke Ukraina. Para narapidana ditawari 100.000 atau 200.000 rubel dan amnesti selama 6 bulan "layanan sukarela", atau 5 juta rubel untuk kerabat mereka jika mereka gugur.[77][78]
Pada pertengahan Januari 2023, Grup Wagner merebut kota pertambangan garam Soledar. Selama pertempuran, Wagner dilaporkan mengepung pasukan Ukraina di pusat kota.[79] Beberapa hari kemudian, Wagner merebut Klishchiivka di selatan Bakhmut, setelah itu terus maju ke barat pemukiman.[80][81]
Pada pertengahan Februari 2023, AS memperkirakan bahwa jumlah korban PMC Wagner dalam invasi tersebut berjumlah 30.000 orang, di mana sekitar 9.000 tewas. AS memperkirakan bahwa setengah dari kematian itu terjadi sejak pertengahan Desember, dengan 90% pasukan Wagner yang tewas sejak Desember adalah narapidana.[82]
Suriah
Kehadiran PMC Wagner di Suriah pertama kali dilaporkan pada akhir Oktober 2015, hampir sebulan setelah dimulainya intervensi militer Rusia dalam perang saudara Suriah, ketika antara 3 dan 9 PMC tewas dalam serangan mortir pemberontak di posisi mereka di Latakia.[83] PMC Wagner terlibat dalam serangan Palmyra pada 2016 dan 2017, serta kampanye Angkatan Darat Suriah di Suriah tengah pada musim panas 2017, dan Pertempuran Deir ez-Zor pada akhir 2017.[84]
Selain melawan militan ISIS, Wagner juga melatih unit Angkatan Darat Suriah yang disebut ISIS Hunters, yang juga didanai dan dilatih penuh oleh pasukan khusus Rusia.[85]
Pada awal Februari 2018, PMC ikut andil dalam pertempuran di kota Khasham, yang mengakibatkan banyak korban jiwa di antara pasukan pemerintah Suriah dan Grup Wagner karena mereka terkena serangan udara dan artileri Amerika Serikat. Insiden tersebut dicap oleh media sebagai "bentrokan maut pertama antara warga negara Rusia dan Amerika Serikat sejak Perang Dingin".[86]
Selanjutnya, Grup Wagner berartisipasi dalam serangan Rif Dimashq ke Ghouta Timur yang dikuasai oleh pemberontak.[87] Wagner juga berpartisipasi dalam serangan Angkatan Darat Suriah di barat laut Suriah yang terjadi pada pertengahan 2019.[88]
Pada 15 Maret 2023, SOHR mengatakan bahwa 266 PMC Rusia tewas dalam perang saudara Suriah.[89]
Sudan
Dalam sebuah wawancara dengan The Insider pada Desember 2017, perwira veteran Rusia Igor Strelkov mengatakan bahwa PMC Wagner hadir di Sudan Selatan dan kemungkinan Libya.[90] Beberapa hari sebelum wawancara diterbitkan, Strelkov menyatakan PMC Wagner sedang dipersiapkan untuk dikirim dari Suriah ke Sudan atau Sudan Selatan setelah presiden Sudan, Umar al-Basyir meminta presiden Rusia Putin bahwa negaranya membutuhkan perlindungan "dari tindakan agresif AS".
Pada pertengahan Desember 2017, muncul sebuah video PMC Wagner sedang melatih anggota militer Sudan,[47] sehingga mengonfirmasi kehadiran Wagner di Sudan, bukan Sudan Selatan.[91]
Pada akhir Januari 2019, setelah protes meletus di Sudan pertengahan Desember 2018, media Britania Raya menuduh Wagner membantu otoritas Sudan menindak para pengunjuk rasa. Hal ini dibantah oleh Kementerian Luar Negeri Rusia,[92] meskipun dikonfirmasi bahwa para kontraktor Wagner berada di Sudan untuk melatih tentara Sudan.[93] Antara 30 dan 40 orang tewas dalam protes tersebut,[94] termasuk 2 anggota keamanan. Lebih dari 800 pengunjuk rasa ditahan.[95]
Menyusul penggulingan Umar al-Basyir pada 11 April 2019, Rusia mendukung Dewan Transisi Militer (TMC) yang dibentuk untuk memerintah Sudan, karena TMC menyetujui kontrak Rusia dalam pertahanan, pertambangan, dan energi Sudan. sektor. Ini termasuk pelatihan pejabat militer Sudan oleh Wagner.[96] Operasi Wagner semakin sulit dipahami pasca penggulingan al-Basyir. Mereka sebagian besar terus bekerja dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan.[97] Wagner disebut memiliki hubungan dengan Wakil Ketua TMC dan komandan RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.[98]
Pada April 2020, perusahaan yang terhubung dengan Wagner "Meroe Gold" dilaporkan berencana mengirimkan alat pelindung diri, obat-obatan, dan peralatan lain ke Sudan di tengah pandemi virus corona.[99]
Setelah kudeta Sudan Oktober–November 2021, dukungan Rusia untuk administrasi militer yang didirikan di Sudan menjadi lebih terbuka dan hubungan Rusia-Sudan (bersama dengan Wagner) terus berkembang. Grup Wagner memperoleh konsesi pertambangan yang menguntungkan. 16 kilometer dari Abidiya, daerah kaya emas di timur laut Sudan, Rusia mengoperasikan sebuah tambang emas yang dianggap sebagai pos terdepan dari Grup Wagner. Lebih jauh ke timur, Wagner mendukung upaya Rusia untuk membangun pangkalan angkatan laut di Laut Merah.
Pertengahan April 2023, bentrokan meletus di Sudan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) yang setia dengan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF yang setia dengan Jenderal Dagalo.[100] Beberapa sumber diplomatik Sudan dan regional mengklaim bahwa Grup Wagner telah menyupalai rudal permukaan-ke-udara ke RSF untuk melawan SAF.[101]
Republik Afrika Tengah
Pada tahun 2018, PMC Wagner dikerahkan ke Republik Afrika Tengah (CAR) untuk mendukung pemerintah CAR, dan melindungi presiden Faustin-Archange Touadéra.[102] PMC juga akan mengisi kekosongan keamanan yang ditinggalkan pasca penarikan pasukan Prancis.
Pada Mei 2018, dilaporkan terdapat 1.400 personel PMC Wagner di CAR, sementara PMC Rusia lainnya yang bernama Patriot bertugas melindungi para VIP.[103] Kehadiran Wagner di negara itu sangat kontroversial, beberapa menuduh mereka melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan memperkeruh konflik.[104]
Pada tahun 2021, situasi di CAR semakin memburuk, para pemberontak menyerang dan merebut kota terbesar keempat di CAR.[105] Rusia merespon dengan mengirimkan 300 instruktur militer tambahan ke CAR untuk melatih pasukan pemerintah dan memberikan dukungan.[105] Kehadiran Wagner dan PMC Rusia lainnya di CAR menimbulkan kekhawatiran tentang meningkatnya pengaruh Rusia di Afrika dan kesediaannya untuk melanggar hukum internasional.
Pada September 2022, The Daily Beast mewawancarai para penyintas dan saksi dari pembantaian yang dilakukan oleh Grup Wagner di desa Bèzèrè pada Desember 2021, yang melibatkan penyiksaan, pembunuhan, dan pengeluaran isi perut sejumlah wanita termasuk wanita hamil.[106]
Pada pertengahan Januari 2023, Grup Wagner kehilangan banyak personel dalam serangan militer di dekat perbatasan Kamerun dan Chad. Pertempuran juga meletus di dekat perbatasan dengan Sudan. Pemberontak mengklaim antara 7 dan 17 PMC Wagner termasuk di antara puluhan yang tewas. Sebuah sumber militer CAR juga memastikan 7 kontraktor Wagner tewas dalam suatu penyergapan.[107]
Madagaskar
Project melaporkan bahwa PMC Wagner tiba di Madagaskar pada April 2018, untuk menjaga konsultan politik yang menemani kampanye presiden saat itu, Hery Rajaonarimampianina untuk pemilihan mendatang. Rajaonarimampianina kalah dalam upaya pemilihan ulang, finis ketiga selama putaran pertama pemungutan suara.[49] Salah satu tindakan terakhir pemerintahan Rajaonarimampianina adalah memfasilitasi pengambilalihan perusahaan Rusia atas produsen kromit nasional Madagaskar, "Kraoma",[108] dan PMC Wagner dilaporkan menjaga tambang krom tersebut mulai Oktober 2018.[49]
Libya
Kehadiran Wagner di Libya pertama kali dilaporkan pada Oktober 2018, ketika The Sun mengklaim bahwa pangkalan militer Rusia telah didirikan di Benghazi dan Tobruk, untuk mendukung Panglima Khalifa Haftar yang memimpin Tentara Nasional Libya (LNA).[50] Pada awal Maret 2019, sekitar 300 PMC Wagner berada di Benghazi mendukung Haftar, menurut sumber Britania Raya.[109]
Laporan menunjukkan bahwa Grup Wagner bertempur di pihak pasukan Haftar, memberikan dukungan artileri, menggunakan penembak jitu, dan meletakkan ranjau serta alat peledak improvisasi.[50] Mereka juga dikatakan dilengkapi dengan peluru howitzer berpandu laser dan menggunakan amunisi berongga yang menyalahi aturan perang.[110] Markas besar Wagner didirikan di sebuah rumah sakit di kota Esbia.[111]
Pada pertengahan November, jumlah PMC Wagner di Libya telah meningkat menjadi 1.400.[112] Diperkirakan 25 personel Wagner tewas dalam serangan pesawat tak berawak pada September 2020, meskipun pemerintah Rusia membantahnya.
Venezuela
Pada akhir Januari 2019, Reuters melaporkan PMC Wagner telah tiba di Venezuela selama krisis kepresidenan yang sedang berlangsung. Wagner dikirim untuk mengamankan Presiden Nicolás Maduro, yang menghadapi protes dari kelompok oposisi yang didukung AS sebagai bagian dari krisis sosial ekonomi dan politik yang melanda Venezuela sejak 2010.[113]
Sumber anonim Rusia menyatakan bahwa grup PMC lain telah tiba sebelum pemilihan presiden Mei 2018.[113][114] Sebelum pecahnya protes tahun 2019, PMC-PMC tersebut berada di Venezuela untuk mengamankan kepentingan bisnis Rusia seperti perusahaan energi Rusia Rosneft. Mereka melatih Milisi Nasional Venezuela dan paramiliter pro-Maduro Colectivo pada tahun 2018.[115]
Mozambik
Pada 13 September, 160 personel Wagner tiba dengan pesawat kargo An-124 di Mozambik[116] untuk memberikan bantuan teknis dan taktis kepada Angkatan Bersenjata Pertahanan Mozambik (FADM). Pada tanggal 25 September, pesawat kargo Rusia kedua[116] mendarat dan menurunkan senjata dan amunisi kaliber besar milik Grup Wagner, yang kemudian diangkut ke provinsi Cabo Delgado, di mana sejak 5 Oktober 2017, sebuah pemberontakan Islam telah terjadi.[117]
Mulai tanggal 5 Oktober, militer Mozambik bekerja sama dengan PMC melakukan beberapa operasi yang berhasil melawan pemberontak.[51] Kemudian pada 8 Oktober, sebuah kapal Rusia memasuki pelabuhan Nacala membawa lebih dari 17 kontainer berisi berbagai jenis senjata, terutama bahan peledak yang diangkut ke medan perang.[51]
Menjelang akhir November, dilaporkan bahwa 200 PMC telah ditarik dari Mozambik, menyusul banyaknya personel PMC yang tewas.[118] Namun, hingga akhir November, pesawat dan peralatan tempur Rusia masih ada di kota pelabuhan Pemba dan mereka juga berbasis di kota pesisir Mocímboa da Praia.[116] PMC juga mundur ke Nacala untuk melakukan reorganisasi.
Pada 8 April, militer Mozambik melancarkan serangan helikopter terhadap pangkalan militan di dua distrik. Sebuah foto menunjukkan bahwa salah satu helikopter tempur yang berpartisipasi dalam serangan itu diawaki oleh PMC Wagner. Namun, dua sumber lain menyatakan bahwa para kontraktor tersebut adalah Dyck Advisory Group (DAG), perusahaan militer swasta Afrika Selatan, dan bahwa Grup Wagner telah menarik diri dari Mozambik pada bulan Maret.[119]
Mali
Setidaknya 1.000 personel PMC akan dikerahkan ke Mali yang telah mengalami perang saudara sejak 2012, dan Grup Wagner akan dibayar sekitar 6 miliar franc CFA per bulan untuk melatih militer Mali dan melindungi bagi pejabat pemerintahannya. Pada 30 September 2021, Mali menerima 4 helikopter Mil Mi-17 serta persenjataan dan amunisi, sebagai bagian dari kontrak yang disepakati pada Desember 2020. Pengiriman tersebut diterima oleh Menteri Pertahanan Mali, yang memuji Rusia sebagai "negara sahabat yang selalu menjalin kemitraan yang sangat bermanfaat dengan Mali".[120][121]
Pada Januari 2022, pejabat militer Mali memastikan sekitar 400 penasehat militer Rusia telah tiba di Mali dan hadir di beberapa bagian Mali.[122] Menurut seorang pejabat militer Prancis, antara 300 dan 400 PMC hadir di bagian tengah Mali, bersama dengan penasehat Rusia yang menyediakan peralatan.[123] Di pertengahan bulan itu, PMC Wagner dikerahkan di bekas pangkalan militer Prancis di Timbuktu, Mali utara. Pada awal April 2022, sekitar 200 tentara dan 9 petugas polisi Mali menerima pelatihan di Rusia.[124]
Pada 5 April 2022, Human Rights Watch melaporkan tentara Mali dan PMC Rusia mengeksekusi sekitar 300 warga sipil antara tanggal 27 dan 31 Maret, selama operasi militer di Moura, wilayah yang dikenal sebagai basis militan Islam. Menurut militer Mali, lebih dari 200 militan tewas dalam operasi tersebut, yang dilaporkan melibatkan lebih dari 100 orang Rusia.[125] Di awal operasi pada 27 Maret, helikopter Mali mendarat di dekat pasar kota, setelah tentara dikerahkan dan mendekati sekelompok sekitar 30 jihadis, yang menembaki mereka dan menewaskan sedikitnya dua "tentara kulit putih", menurut Human Rights Watch.[126]
Pada akhir Juni 2022, tuduhan muncul terhadap Grup Wagner bahwa PMC menjarah kota dan menangkap warga tanpa pandang bulu di Region Timbuktu utara dengan militer Mali, memaksa warga sipil melarikan diri ke Mauritania. Pembunuhan juga dilaporkan terjadi.[127]
Elemen sayap kanan
Berbagai elemen Grup Wagner telah dikaitkan dengan ekstremisme, termasuk supremasi kulit putih dan neo-Nazisme. Beberapa anggota pendiri Wagner tergabung dalam Gerakan Kekaisaran Rusia ultranasionalis sayap kanan. Komandan pertama Wagner, Dmitry Utkin, dilaporkan sebagai seorang neo-Nazi dan memiliki beberapa tato Nazi, menyapa bawahannya dengan mengatakan "Heil!", mengenakan topi lapangan Wehrmacht di sekitar tempat pelatihan unit, dan terkadang menandatangani namanya dengan lambang dua petir SS Nazi.
Pada tahun 2021, laporan Foreign Policy mencatat asal usul nama "Wagner" tidak diketahui. Yang lain mengatakan nama grup tersebut berasal dari tanda panggilan Utkin sendiri "Wagner", yang dilaporkan diambil dari nama komposer Jerman Richard Wagner, yang konon dipilih Utkin karena kecintaannya pada Reich Ketiga (Wagner adalah komposer favorit Adolf Hitler). Anggota Grup Wagner mengatakan Utkin adalah seorang Rodnover, pengikut kepercayaan asli Slavia. Subkelompok Wagner, "Rusich", didirikan oleh Alexey Milchakov yang memproklamirkan diri sebagai neo-Nazi dan terbuka tentang ideologi sayap kanannya. Anggota Wagner juga telah meninggalkan grafiti neo-Nazi di medan perang, seperti swastika dan lambang SS.
Namun, Erica Gaston, penasihat kebijakan senior di Pusat Penelitian Kebijakan Universitas PBB, mencatat bahwa Kelompok Wagner tidak didorong oleh ideologi, tetapi lebih merupakan jaringan tentara bayaran yang "terkait dengan negara keamanan Rusia".
Pada tanggal 23 Agustus 2023, pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin dan Dmitry Utkin tewas dalam kecelakaan pesawat di Oblast Tver, Rusia. Meskipun penyebab kecelakaan tersebut tidak diketahui, The Wall Street Journal mengutip sumber-sumber di pemerintahan AS yang mengatakan bahwa kecelakaan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh bom di pesawat atau "bentuk sabotase lainnya".[128] Laporan awal menunjukkan adanya serangan rudal, namun Journal mengutip tiga pakar penerbangan veteran yang mengatakan bahwa bukti visual menunjukkan kegagalan struktural yang sangat dahsyat yang tidak disebabkan oleh rudal.[129]Meduza mengabaikan kemungkinan serangan rudal permukaan-ke-udara (SAM), dengan mengatakan bahwa pesawat tersebut terbang terlalu tinggi untuk dapat dihantam oleh MANPADS jarak pendek, sedangkan SAM jarak menengah yang lebih kuat seperti karena yang dioperasikan oleh pasukan Rusia di wilayah tersebut akan menyebabkan kerusakan yang jauh lebih parah dan mudah dikenali.[130] Sekretaris pers Departemen Pertahanan Amerika SerikatPatrick Ryder mengatakan bahwa Pentagon tidak memiliki indikasi bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh SAM, dan menyebutnya sebagai informasi palsu.[131][132] Para ahli yang berkonsultasi dengan The New York Times mengatakan bahwa ukuran puing-puing tersebut (dengan badan pesawat yang ditemukan sekitar 3 km dari ekor pesawat) menunjukkan adanya kegagalan struktural yang tidak mungkin disebabkan oleh masalah mekanis sederhana.[133]
^ abcdefg"Wayback Machine"(PDF). web.archive.org. 2022-07-19. Archived from the original on 2022-07-19. Diakses tanggal 2023-05-05.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Головорезы (21+)". Новая газета (dalam bahasa Rusia). 2105-10-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-05. Diakses tanggal 2023-05-05.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
^Ihor Huskov, the Chief of the SBU staff, 8 October 2018 – "As for today, there are the recruitment centers in Donbas, while mostly citizens of Luhansk region come there. Also, we have the information on the place of the current deployment of the small unit from the membership of "Wagner" private military company but it does not surpass a few dozens of people." According to him, this unit deals with the murder of people in occupied territories who are undesirable by Russia.