Gendèr
Gendèr (IPA: gəndɛr) adalah alat musik pukul logam (metalofon) yang menjadi bagian dari perangkat gamelan Jawa dan Bali. Alat ini memiliki 10 sampai 14 bilah logam (kuningan) bernada yang diikat menggunakan tali (pluntur) di atas rancakan yang dilengkapi resonator tabung, dan ditabuh menggunakan pemukul berbentuk bundaran berbilah dari kayu (Bali) atau kayu berlapis kain (Jawa).[1] JenisGendèr dapat memiliki laras slendro maupun pelog, dan menurut fungsinya terbagi menjadi tiga yaitu gendèr barung, gendèr panerus, dan slenthem. Gendèr masih berkerabat dengan alat musik gamelan Bali, gangsa.[2] Gendèr barung merupakan jenis gendèr yang paling besar dengan nada rendah-menengah. Gendèr ini merupakan alat musik utama dalam gamelan serta memainkan pola semi-improvisasi yang disebut cengkok, yang umumnya menguraikan seleh. Saat dimainkan di awal permainan gamelan, gendèr digunakan untuk menetapkan pathet dari suatu gendhing yang akan dimainkan. Beberapa gendhing menggunakan buka gendèr barung alih-alih menggunakan bonang barung, sehingga sering disebut gendhing gendèran. Dalam pertunjukan wayang, gendèr hampir selalu dimainkan setiap pementasan.[1] Gendèr panerus merupakan jenis gendèr yang lebih kecil daripada gendèr barung memainkan satu oktaf lebih tinggi, kurang polifonis, dan tabuhannya hanya mengikuti gendèr barung.[3] Slenthem, yang juga disebut sebagai gendèr panembung, masih termasuk dalam keluarga gendèr, tetapi fungsinya memainkan balungan mengikuti tabuhan saron.[4] Referensi
Daftar pustaka
|