Garangan jawa
Garangan jawa (Urva javanica), dalam bahasa daerah dikenal sebagai garangan (Jw.), senggarangan (Bw.) atau ganggarangan (Sd.), adalah sejenis karnivora kecil anggota suku Herpestidae. Menyebar luas di Asia Tenggara dan Selatan, hewan ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan mongoose, small Indian mongoose, atau small Asian mongoose. Belakangan, anak jenis auropunctatus dari Nepal diusulkan sebagai spesies tersendiri. PengenalanGarangan bertubuh kecil hingga sedang, panjang kepala dan tubuh 250–410 mm, sedangkan ekornya sekitar 60–80% panjang kepala dan tubuh tadi. Tungkai belakangnya 50–70 mm dari ‘tumit’ hingga ujung jari. Ukuran tubuh ini bervariasi, dengan kecenderungan paling kecil di barat laut daerah sebarannya (India utara) dan bertambah besar ke arah tenggara, dengan ukuran terbesar didapati di Jawa.[2] Bobot tubuhnya berkisar antara 0,5–1 kg.[3] Cokelat kelabu hingga cokelat kemerahan; warna kaki sama dengan warna tubuhnya.[4] Sebagaimana ukurannya, warna tubuh ini juga bervariasi dari yang paling pucat di ujung barat laut wilayah sebarannya (India barat laut dan Pakistan), gelap keabu-abuan di Assam dan Burma, hingga tersaput kuat dengan warna kemerahan di Vietnam dan Jawa.[2] AgihanGarangan jawa menyebar luas mulai dari Persia (Iran sekarang), India utara, Burma, ke Indochina, Hainan, Siam (Thailand), Semenanjung Malaya, dan Jawa.[5] Beberapa individu tercatat dari Sumatra bagian utara, yang dideskripsi Sody (1949) sebagai H. javanicus tjerapai.[6] Hewan ini juga diintroduksi ke Hindia Barat, Kepulauan Hawaii, Mauritius, Kepulauan Fiji, Okinawa, dan Amami Ōshima di Jepang, untuk mengendalikan tikus dan ular. Garangan mungkin juga menyebar (dengan menumpang kapal) ke Hong Kong dan Pulau Madura.[1] Ekologi dan perilakuHewan pemangsa ini umumnya hidup di semak-semak dan padang rumput, daripada di hutan yang rapat. Aktif di atas tanah (terestrial) dan jarang memanjat pohon, garangan tidur dalam lubang-lubang di tanah, lubang pohon, dan tempat yang serupa.[3] Garangan jawa aktif berburu mangsa di siang maupun malam hari. Ia sering terlihat menyeberangi jalan di siang hari, dengan badan rendah di atas tanah dan ekor lurus di belakangnya. Mangsa utamanya adalah tikus, tetapi garangan tidak keberatan memangsa apa pun hewan kecil yang ditemuinya: burung, reptil, kodok, yuyu, serangga, dan bahkan kalajengking. Dilaporkan bahwa garangan acap menjilati dan mengisap-isap darah mangsanya yang keluar dari luka; dan karena itu hewan ini dapat membunuh banyak ayam, bila sempat masuk ke kandang.[3] Garangan atau cerpelai dikenal sebagai musuh atau pemangsa ular; perkelahian garangan dengan ular sendok (kobra) sangat populer, meskipun agaknya ular hanyalah bagian kecil dari porsi mangsa garangan.[3] Terkait dengan ini, Rikki-Tikki-Tavi adalah garangan yang terkenal, tokoh dalam novel karya Rudyard Kipling, yang berkelahi dan membunuh ular-ular kobra yang mengancam keselamatan majikannya. Garangan jawa tidak memiliki musim kawin yang khusus. Hewan betina melahirkan 2–4 anak, setelah mengandung selama sekitar 6 minggu.[3] Introduksi dan invasiAbad ke-19 merupakan abad perkembangan perkebunan tebu. Tanaman penghasil gula ini dikembangkan di banyak wilayah tropis; dan bersama dengan meluasnya tebu, turut berkembang pula populasi tikus, yang menjadi hama tanaman tebu. Sedini tahun 1870, garangan telah dibawa masuk ke Trinidad, untuk mengendalikan hama tikus, tetapi gagal.[7] Upaya berikutnya, yang memasukkan garangan jawa dari Kalkuta ke Jamaika, berhasil pada tahun 1872. Keberhasilan ini ditulis dalam sebuah karyatulis karangan W.B. Espeut,[8] yang memicu para pemilik perkebunan tebu untuk mengangkut 72 ekor garangan dari Jamaika ke Pulau Besar di Hawaii, dan selanjutnya juga ke pulau-pulau sekitarnya. Dengan alasan serupa, pada 1884 garangan dibawa masuk ke Kepulauan Virgin, untuk mengendalikan hama tikus hitam (Rattus rattus) yang merusakkan perkebunan tebu di situ. Namun upaya ini membawa dampak negatif pada populasi iguana hijau (Iguana iguana) dan kadal Ameiva polops, yang jadi jauh menyusut karena turut dimangsa garangan. Demikian pula populasi burung-burung yang bersarang di tanah.[9] Tahun 1910, garangan ini dibawa masuk ke Okinawa, Jepang, dan juga pada 1979 ke Pulau Amami Ōshima, untuk mengendalikan populasi sejenis ular berbisa (Trimeresurus flavoviridis) dan populasi hama yang lain. Akan tetapi, karena pertumbuhan populasinya dan karena sifat invasifnya, kini garangan justru berbalik menjadi hama yang baru di tempat-tempat tersebut. .[10] Catatan taksonomisAlih-alih sebagai anak jenis H. javanicus, beberapa ahli menempatkan garangan kecil india (H. auropunctatus (Hodgson, 1836)) sebagai spesies tersendiri, yang berbeda dari jenis sebelumnya dalam ukuran dan pewarnaan tubuh.[11][12][13][14] Batas wilayah sebaran kedua jenis ini adalah aliran Sungai Salween di Burma, di mana populasi di timurnya adalah H. javanicus, menyebar hingga ke Indochina dan Jawa, sementara di sebelah barat sungai adalah H. auropunctatus, yang menyebar hingga ke Irak di ujung barat.[15] Jika mengikuti pendapat yang akhir ini, jenis yang diintroduksi ke pelbagai tempat tadi adalah H. auropunctatus, dan bukan H. javanicus.[16] Catatan kaki
Pranala luarWikispecies mempunyai informasi mengenai Herpestes javanicus. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Herpestes javanicus.
|