Gao Qifeng
Gao Qifeng (Hanzi: 高奇峰; Pinyin: Gāo Qífēng; 13 Juni 1889– November 1933) adalah seorang pelukis Tiongkok yang mendirikan Aliran Lingnan bersama saudaranya Gao Jianfu dan sesama seniman Chen Shuren. Menjadi yatim piatu di usia muda, Gao menghabiskan sebagian besar masa kecilnya mengikuti saudaranya, mempelajari teknik Ju Lian sebelum pergi ke Tokyo untuk belajar melukis Barat dan Jepang. Saat di luar negeri, Gao bergabung dengan Tongmenghui, dan setelah kembali ke Tiongkok, ia menerbitkan The True Record untuk menantang dinasti Qing dan, kemudian, pemerintah Beiyang. Meskipun ditawari posisi di Republik Tiongkok yang baru, Gao memilih untuk fokus pada seninya. Ia pindah ke Guangzhou pada tahun 1918, mengambil serangkaian posisi mengajar yang berpuncak dengan jabatan profesor kehormatan di Universitas Lingnan pada tahun 1925. Jatuh sakit pada tahun 1929, Gao meninggalkan kota itu menuju Pulau Ersha, tempat ia mendirikan Studio Tianfang. Dalam lukisannya, Gao memadukan pendekatan tradisional Tiongkok dengan pendekatan asing, menggunakan teknik Jepang untuk cahaya dan bayangan serta pemahaman Barat tentang geometri dan perspektif. Meskipun ia melukis pemandangan dan figur, ia paling dikenal karena lukisannya tentang hewan, terutama elang, singa, dan harimau. Dalam sapuan kuasnya, ia memadukan kekuatan teknik saudaranya dengan keanggunan Chen. Gao mengajar banyak siswa, termasuk Chao Shao-an dan Huang Shaoqiang; ia sangat dekat dengan Zhang Kunyi, yang mungkin pernah menjalin hubungan asmara dengannya. BiografiKehidupan awalGao lahir dengan nama Gao Weng (高嵡) di Kotapraja Yuangang, Kabupaten Panyu, Guangdong,[1] pada 13 Juni 1889. Keluarganya miskin, dan ayahnya Boxiang wafat pada 1895; ibunya menyusul dua tahun kemudian.[2] Dalam keadaan yang mengenaskan, Gao dibawa untuk tinggal dengan seorang kerabat.[2] Sebagai salah satu dari enam bersaudara,[a] ia sengat dekat dengan kakaknya Jianfu dan mengikutinya dalam kesenian.[3] Pada masa muda, Gao mempelajari teknik lukis infusi air dan "tak bertulang" yang dipakai oleh Ju Lian.[2] Sumber-sumber tak sepakat soal cikal bakal pengetahuan tersebut. Gao Jianfu diketahui belajar di bawah bimbingan Ju di Paviliun Xiaoyue Qin miliknya,[b] dan kemudian ia sering mengaitkan ajaran mereka dengan saudaranya.[4] Pihak lain berpendapat bahwa Gao Qifeng belajar langsung dengan Ju.[c] Tak ada bahan arsip yang ditemukan mendukung anggapan tersebut,[5] dan Ralph Croizier menyatakan dalam kajiannya dari Sekolah Lingnan bahwa, jika benar, gao, belajar pada Ju hanya secara singkat.[6] Gao masuk sekolah Kristen pada usia empat belas tahun,[6] dan kemudian masuk ke agama Kristen. Pada pertengahan 1900-an, ia mengambil perhatian terhadap Pastor Wu Shiqing, yang gemar melukis kap-kap lampu di toko kaca Yongming Zhai miliknya. Ia kemudian berkarya dengan saudara Wu, Jinghun untuk membuka gerai toko lainnya.[7] pada masa dewasa, ia mengambil nama kehormatan Qifeng.[1] Pada lukisan-lukisan awalnya, ia memakai nama seni Fei Pu (飞瀑); suatu segel yang ditandatangani olehnya pada lukisan-lukisan buatannya ditandai dengan Sketsa Fei Pu.[1] Karir artistikPada 1907, Gao datang ke Tokyo dengan saudaranya untuk meneruskan pendidikan seni.[8] Kala Jianfu masuk ke Sekolah Seni Rupa Murni Tokyo,[9] Gao menjadi murid Tanaka Raishō.[8] Ia juga nampaknya mendapatkan pengaruh dari para seniman seperti Takeuchi Seihō dan Hashimoto Kansetsu.[10] Seluruh seniman tersebut mempromosikan gaya nihonga, yang memadukan teknik Barat dengan taknik Jepang.[d][11] Sepanjang pembelajarannya, Gao mempelajari unsur-unsur Barat pada perspektif dan sketsa[8] dan menjadi familiar dengan karya-karya aliran Kyoto. Ia mengembangkan gaya yang memadukan berbagai pengaruh tersebut, dengan tujuan untuk mencampur naturalisme seni rupa Barat dengan lirisisme dan filsafat lukisan Tiongkok tradisional.[9] Sepulangnya ke Tiongkok pada 1908,[8] Gao bersaudara pindah ke Nanhai.[12] Gao Qifeng menjadi guru di Sekolah Menengah Nanhai, sesambil juga mempelajari psikologi dan sosiologi, menganggap bahwa kebenaran, kebaikan, dan keindahan seni rupa dapat lebih menyatakan kondisi manusia dengan penglihatan terhadap masalah masyarakat.[e] Mengajar seni, Gao percaya akan perkenanan transmisi pengetahuan yang lebih baik dari kondisi etika dan sosial.[9] Pada 1908, ia menyumbangkan beberapa lukisan untuk mendanai para korban banjir di barat Guangdong.[13] Di Jepang, Gao bersaudara bergabung dengan Tongmenghui, sebuah organisasi yang didirikan untuk menggulingkan dinasti Qing.[14] Gao Jianfu mengadakan pembunuhan terhadap beberapa pemimpin Qing, dengan kematian Panglima Fengshan dikaitkan dengan pelukis yang direkrut olehnya.[14] Gao Qifeng juga diyakini terlibat dalam sel tersebut,[15] dan teman sekaligus rekan revolusionernya Wang Jingwei menyatakan bahwa ia tidur di ruang penuh suara ledakan.[16] Usai Revolusi 1911, kakak beradik tersebut meminta jabatan dalam pemerintahan baru Republik Tiongkok yang dibentuk oleh Sun Yat-sen, namun ditolak.[15] Sebagai gantinya, Gao bersaudara pindah ke Shanghai dan mendirikan The True Record, sebuah majalah format besar yang berisi gambar, lukisan, kartun, lukisan kronik, esai, ulasan, dan sketsa.[9] Majalah nasionalis tersebut, yang sebagian dinaungi oleh pemerintah baru,[17] menerbitkan tujuh belas edaran antara Juni 1912 dan Maret atau April 1913, dengan Gao Qifeng sebagai kepala penyunting.[18] Gao bersaudara meyakini bahwa gambar-gambar dapat dengan baik "menumbuhkan pemikiran patriotik masyarakat dan mendukung tatanan perjuangan sosial".[f][15] Dalam esai, kedua kakak beradik tersebut diminta untuk membuat kesepakatan baru terhadap seni, serta penunjangan dalam pendidikan seni; bagian lain dari majalah tersebut menawarkan berita dan tanggapan sosial.[14] Mereka juga menentang peningkatan otoritarian pemerintahan Beiyang.[9] Gao – yang menulis dengan Xie Yingbo dan Ma Xiaojin – menerbitkan sebuah artikel pada 1913 yang mengecam Presiden Sementara Yuan Shikai dalam pembunuhan pemimpin nasionalis Song Jiaoren. Menurut penulis Cai Dengshan , Yuan kemudian mengeluarkan perintah untuk penangkapan mereka, dan Gao mulai mengasingkan diri ke Jepang.[9] Klaim tersebut tak didukung banyak cendekiawan,[g][15] meskipun Gao dianggap menjalani waktu mempalajari cetak balok kayu di Jepang.[19] Kala dasawarsa berlanjut dan demokrasi Tiongkok berkembang menjadi korupsi dan warlordisme, Jianfu makin terputus dengan politik; kritikus seni Li Yuzhong berpendapat bahwa Qifeng nampaknya dipengaruhi oleh saudaranya terkait hal tersebut.[15] Pada 1910-an, Gao bersaudara mendirikan Institut Aestetik, sebuah galeri terpadu, balai pameran, dan rumah penerbitan, di Shanghai.[1] Melalui toko buku, mereka menjual reproduksi-reproduksi lukisan Tiongkok dan Barat,[15] termasuk karya-karya mereka sendiri.[14] Kala dasawarsa berlanjut, Gao mencurahkan dirinya secara khusus untuk menulis dan mengajar. Ia pindah ke Guangzhou pada 1918 untuk memimpin Departemen Seni dan Pembuatan Cetak di Sekolah Industrial Kelas A.[20] Ia juga mendirikan Museum Aestetik di Jalan Fuxue Barat.[9] Pada 1925, Gao diangkat menjadi profesor kehormatan di Universitas Lingnan (kini bagian dari Universitas Sun Yat-sen).[19] Ia menyediakan lahan kala ia mendirikan sebuah studio.[9] Menurut kurator Christina Chu, ini adalah tahun-tahun paling produktifnya.[21] Sepanjang 1920-an, Gao meraih peningkatan pengakuan atas karya seninya, dan ia sering muncul dalam The Young Companion, sebuah majalah bergambar dwibahasa yang terbit di Shanghai.[22] Sebelum pembangunan Balai Peringatan Sun Yat-sen, Gao dibujuk untuk mengkontribusikan tiga karyanya: Elang Laut (海鷹), Kuda Putih di Sungai Musim Gugur (秋江白馬), dan Singa (雄獅). Sepanjang hidupnya, Sun Yat-sen mengekspresikan kekagumannya pada lukisan-lukisan tersebut. Namun, tak ada yang masih dilestarikan.[23] Tahun-tahun selanjutnya dan kematianPada sekitar tahun 1929, Gao jatuh sakit akibat pneumonia[24] dan memindahkan dirinya dari kota untuk pemulihan, masuk ke Rumah Perawatan Zhujiang di Pulau Ersha, Sungai Mutiara.[25] Usai setahun, Gao dikeluarkan, memilih untuk mendirikan Studio Tianfang[h] di pulau tersebut untuk meneruskan karyanya. Disana, ia mengajar sejumlah murid, dengan tujuh yang paling terkenal dikenal sebagai Tujuh Tianfeng.[9] Namun, Gao masih sakit, dan produktivitasnya menurun. Ia hanya melakukan satu kunjungan, ke Guilin pada 1931, untuk menemukan inspirasi dan material baru.[26] Pada 1933, sebuah pameran lukisan Tiongkok kontemporer dijadwalkan di Berlin.[i][5] Gao terpilih menjadi perwakilan pemerintah,[j] dan dibujuk untuk dayang ke Shanghai untuk pertemuan dini.[19] Saat berlabuh dari Guangzhou, Gao jatuh sakit, dan rekan penumpangnya Ye Gongchuo mengupayakan bantuan medis. Gao didiagnosa mengidap tuberkulosis. Setelah kapal datang ke Shanghai, ia dibawa ke Rumah Sakit Dahua.[9] Gao wafat pada 2 November 1933, dalam usia 44 tahun. Sebelum kematiannya, ia meminta agar karya-karya seninya disumbangkan ke museum-museum dan studio seni Paviliun Tianfeng miliknya dihimpun sebagai Akademi Lukisan Qifeng.[19] Atas permintaannya, persiapan pemakaman ditangani oleh muridnya Fan Tchunpi. Sebuah upacara peringatan diadakan di Rumah Duka Tiongkok, Jalan Haige (kini Jalan Huashan), dihadiri oleh para seniman seperti Chen Shuren dan Ye Gongchuo, serta para politikus seperti Wang Jingwei, Cai Yuanpei, dan Wu Tiecheng. Belasungkawa lain datang dari Sun Fo, Ju Zheng, dan Zhang Ji.[27] Jasad Gao kemudian dibawa oleh muridnya Zhang Kunyi ke Guangdong, tempat ia dikebumikan di Pemakaman Kristen Henan. Pemerintah nasional menyumbangkan 2.000 yuan (setara ¥186.000 pada 2019) untuk menutup pengeluaran.[15] Zhang mendorong negara untuk memberikan pengakuan terhadap Gao,[28] mencari dukungan dari sejumlah politikus lain, yang meliputi Sun Fo, Cai Yuanpei, dan Yu Youren. Mereka mengajukan petisi agar Gao dikebumikan ulang lebih dekat ke ibukota nasional di Nanjing, dengan alasan bahwa ia mendapatkan pengakuan karena jasanya pada negara serta keterampilan artistiknya.[15] Petisi tersebut diterima, dan Gao dikebumikan ulang di Gunung Qixia pada 27 Desember 1936. Sebuah mausoleum didirikan, sebagai penanda yang menunjukkan inskripsi oleh Presiden saat itu Lin Sen: "Makam Mr. Gao Qifeng, Sang Legenda Lukisan".[k][29] HubunganBersama dengan saudaranya Jianfu dan rekan murid Ju Lian, Chen Shuren, Gao diakui sebagai pendiri Aliran Lingnan dalam bidang lukis.[22] Ketiganya berbagi latar belakang yang sama, dan menunjukkan pengaruh Barat pada seni mereka,[15] meyakini bahwa sintesis dibutuhkan untuk menyajikan tradisi Tiongkok sesambil menciptakan gaya baru "lukisan nasional" yang selaras dengan zaman modern.[30] Sejumlah murid Gao meliputi Zhang Kunyi, Zhou Yifeng, Ye Shaobing, He Qiyuan, Rong Shushi, Huang Shaoqiang, dan Chao Shao-an. Para murid tersebut, yang kemudian dikenal sebnagai Tujuh Tianfeng karena mereka belajar di studio tersebut, meneruskan penyebaran pengaruh Aliran Lingnan.[1] Beberapa dari mereka kemudian menetap di Hong Kong dan Makau, membawa aliran tersebut dan ajarannya ke wilayah tersebut.[31] Gao memiliki lima saudara: Guiting (桂庭), Lingsheng (灵生), Guantian (冠天), Jianfu (剑父), dan Jianseng (剑僧);[9] Lingsheng lahir dari istri kedua Gao Boxiang.[2] Guantian menjadi mitra di Institut Aestetik, walau ia bukanlah seorang seniman.[32] Saudara lainnya, Jianseng, pergi ke Jepang pada 1911. Seperti halnya dengan Qifeng dan Jianfu, ia mengembangkan gaya yang memadukan seni rupa Tiongkok tradisional, Barat dan Jepang.[33] Ia meninggal pada 1916 dan tak menerima sambutan yang sama.[34] Gao menikahi Yang Cuixing yang lahir di Suzhou pada 1915, dan memberikannya seorang putri bernama Liandi pada tahun berikutnya. Pernikahan tersebut berakhir pada 1921, kala istri Gao mengambil putri mereka dan pergi.[13] Cai Dengshan mengaitkan hal tersebut dengan Gao mencurahkan diri sepenuhnya terhadap seni rupa.[9] Gao memiliki hubungan dekat dengan muridnya Zhang Kunyi, yang disebut sebagai putri baptisnya[35] atau putri angkatnya,[9] namun juga dirumorkan menjadi kekasihnya.[l][15] Gao mededikasikan beberapa lukisan kepadanya pada akhir 1920-an.[36] Sementara itu, ia pindah dengan Gao meskipun telah menikah.[37] Setelah Gao sakit, Zhang merawatnya, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan belajar kesenian di bawah naungannya.[9] Usai kematian Gao, Cai Dengshan menyatakan bahwa Zhang sangat terenyuh sehingga ia mencampur air matanya dengan bubuk untuk melukis bunga plum, memakai darahnya sendiri untuk kelopak bunga. Ia mengaitkannya dengan kesetiaan penuh.[9] Murid Gao Jianfu, Zheng Danran, menyatakan bahwa para saudara Gao mengalami kejatuhan, yang dikaitkan olehnya pada hubungan Qifeng dengan Zhang.[15] Pada 1940-an, Zhang mengumpulkan sembilan puluh karya Gao untuk dibawa pada pameran keliling sepanjang Amerika Serikat dan Kanada.[28] AnalisisPerbandingan dengan para pendiri Lingnan lainnyaSecara gaya, Gao Qifeng memiliki banyak kesamaan dengan Gao Jianfu dan Chen Shuren, pendiri lain Aliran Lingnan. Ketiganya mempelajari teknik Ju Lian, dan ketiganya telah menjalani waktu di Jepang belajar unsur lukisan Jepang dan Barat. Secara kolektif, para seniman tersebut berniat menyeimbangkan antara inovasi dan tradisi, menghimpun gagasan baru sesambil mempertahankan fondasi teknik Tiongkok.[9] Pada tahun-tahun awal mereka, Geo bersaudara sama-sama secara khusus menggambar dari seni rupa Jepang kontemporer,[38] dengan Croizier menyatakan "bukti gaya kuat" yang dihadirkan oleh Gao Qifeng pada Pameran Seni Rupa Murni Jepang dan meniru karya-karya yang dihadirkan disana.[m][39] Dengan keberadaan keragaman, sebuahnya menghimpun teknik "tak bertulang".[40] Secara bersamaan, semua karya yang dihasilkan memadukan teknik Tiongkok tradisional dengan pemahamana sudut pandang Barat dan chiaroscuro, sehingga emmadukan romantisisme dan realisme.[40] Karya-karya tersebut juga memiliki gaya individual mereka, dengan Chen bertutur kepada Jianfu, "Kau membagikan keanehan dan ketakjuban; aku dari ortodoks; Mr. Qifeng mengutamakan posisi tengah."[n][41] Cai Dengshan sepakat dan menuliskan bahwa sementara Jianfu mengkaryakan unsur inovatif dan luar biasa dan gaya Chen bermartabat dan elegan, Qifeng menyeimbangkan kekuatan kedua muridnya.[9] Sama halnya dengan itu, Li menyatakan bahwa Gao memadukan polesan kuas saudaranya dengan keeleganan Chen.[15] Croizier menulis bahwa, dari ketiganya, Gao Qifeng yang paling kuat dipengaruhi oleh pelatihan Jepang mereka, dengan keheandalan untuk polesan tinta besar dan kontras bernada kuat yang mirip dengan aliran Shijō.[42] Setiap seniman menghimpun subyek berbeda, dengan Gao Qifeng dikenal karena membuat gambar hewan, Gao Jianfu membuat gambar pemandangan dan Chen membuat gambar pemandangan burung dan bunga .[40] Karya-karya Gao Qifeng meraih harga yang lebih tinggi ketimbang ahli Lingnan lainnya. Hingga 2014[update], lukisan paling mahal buatannya adalah Singa (雄狮, 1915), yang dijual oleh China Guardian pada 2010 dengan harga 6.72 juta yuan (US$993.000).[43] Di Sotheby's Hong Kong pada 2004, Empat Nuansa Pemandangan (山水四屏) buatannya terjual 3.982 juta dolar Hong Kong (US$511.300). Pada tahun yang sama, Beijing Hanhai menjual Pinus dan Monyet (松猿图) karya Gao seharga 1.32 juta yuan (US$159.000).[44] Harga lelang yang lebih tinggi dari karya-karya Gao diatributkan, setidaknya sebagian, dengan kekurangan relatif mereka dibandingkan dengan karya-karya para muridnya yang hidup lebih lama.[15] GayaTerkait gaya lukisnya, Gao menjelaskan:
Sebagaimana dengan para muridnya, Gao menggambar dari sumber-sumber beragam. Lukisan-lukisannya menunjukkan pengaruh Ju Lian dan kerabatnya Chao, walau tak seberpengaruh karya-karya Gao Jianfu.[1] Pengaruh-pengaruh tersebut sangat dibuktikan dalam karya-karya terawalnya, yang menyediakan infusi air dan teknik "tak bertulang" sesambil meninggalkan latar sebagai ruang negatif.[2] Usai interaksinya dengan aliran nihonga, Gao mulai memadukan unsur Tiongkok tradisional pada lukisan dengan unsur asing, mensketsakan subyek-subyeknya sebelum menorehkannya dengan tinta dan warna.[8] Pemakaian sinar dan bayangan menunjukkan tradisi Jepang, sementara pemahaman geometri dan sudut pandang diambil dari unsur Barat.[1] Karya-karya berikutnya buatan Gao menyediakan unsur yang lebih bebas,[8] dengan lukisan-lukisan yang dihasilkan usai ia sakit disebut sebagai terarah dan lurus, dengan penjelasan terreduksi dan keragaman kecil dalam warna.[9] Menurut Croizier, karya-karya tersebut nampak sangat intim, dengan detail yang memberikan pencitraan lebih spontan.[46] Menurut Li Gongming dari Akademi Seni Rupa Murni Guangzhou, Gao menggemari pengerjaan kuas dan pencitraan terbuka.[15] Ia utamanya memakainya untuk menggambar flora dan fauna dalam kebiasaan naturalistik; penggambarannya terhadap elang, singa dan harimau utamanya disanjung. Li Yuzhong menyatakan bahwa singa murka dan harimau mengaum buatan Gao menciptakan "jiwa menonjol dan tak berdasar",[p][15] sementara Sun Yat-sen memandang penggambaran hewannya menunjukkan jiwa revolusioner.[8] Croizier menyebut Gao sebagai pelukis harimau ternama dari Aliran Lingnan, mengerjakan realisme penorehan yang menerapkan pemakaian mendalam dari teknik-teknik era Meiji,[47] walaupun ia juga menunjukkan keterampilan besar dengan burung-burung besar.[48] Pemandangan dan figur juga tertoreh dalam karya Gao.[8] Sebagian besar karya menggambarkan malam sinar bulan dan salju musim dingin, yang disebut oleh Cai Dengshan seringkali memiliki "ketertarikan, rahmat, kebersihan kristal dan keelokan bersih".[q][9] Namun, pemandangan murni bersifat jarang, karena gambar-gambar pohon karya Gao – yang beberapa dirampungkan dengan bantuan saudaranya[15] – dan tepi sungai dipakai sebagai latar untuk subyek-subyek hewan. Warna "tak bertulang" umum ditorehkan dalam karya-karya tersebut.[49] Sementara itu, figur-figurnya kebanyakan bersifat keagamaan, dan meliputi sosok-sosok suci seperti Bodhidharma,[50] di samping potret penyair Li Bai usai dikenalkan oleh Liang Kai.[21] Galeri
Catatan penjelas
ReferensiSitasi
Karya yang dikutip
Bacaan lebih lanjut |