Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (bahasa Inggris: attention deficit hyperactivity disorder, disingkat ADHD) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan. Penegakkan diagnosis apakah seorang anak menyandang ADD/ADHD perlu melewati pemeriksaan yang mendetail. Para profesional seperti psikolog anak atau dokter biasanya menggunakan metode pemeriksaan seperti riwayat medis, wawancara klinis, penggunaan kuesioner dan juga observasi terhadap perilaku anak.[4] EpidemiologiADHD diperkirakan mempengaruhi sekitar 6–7% orang berusia kurang dari atau sama dengan 18 tahun ketika didiagnosis melalui kriteria DSM-IV.[5] Ketika didiagnosis melalui kriteria ICD-10 dalam kelompok usia ini diperkirakan sebesar 1–2%.[6] Anak laki-laki dua kali lebih prevalen dibanding perempuan.[7][8] PatogenesisPenyebab kebanyakan kasus ADHD tidak diketahui, tetapi diyakini melibatkan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.[9][10] GenetikADHD sangat mungkin diwariskan, tetapi faktor genetik tertentu belum ditegakkan. Kerabat tingkat pertama pasien dengan ADHD dilaporkan 2-8 kali lebih mungkin untuk mengembangkan ADHD. Kisaran tingkat pewarisan genetik dilaporkan 71–90% dalam beberapa studi kembar. Komponen genetik potensial mencakup:[10]
Lingkungan/psikososial
Gejala klinisGejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, salah satunya yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi sering kali terbangun. Sulit makan dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala, dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri, dan gangguan tidur. Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang tampak pada perilaku seorang anak yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian misalnya jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas, mainan sering tertinggal, sering membuat kesalahan, mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
Perilaku yang tidak bisa diam, seperti banyak bicara, tidak dapat tenang/diam (mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak), sering membuat gaduh suasana, selalu memegang apa yang dilihat, sulit untuk duduk diam, lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia, suka teriak-teriak.
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar) seperti sering mengambil mainan teman dengan paksa, tidak sabaran, reaktif, sering bertindak tanpa dipikir dahulu. Gejala-gejala lainnya yaitu sikap menentang, cemas, dan memiliki masalah sosial. (i) Sikap menentang seperti sering melanggar peraturan, bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas, lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia). (ii) Rasa cemas seperti banyak mengalami rasa khawatir dan takut, cenderung emosional, sangat sensitif terhadap kritikan, mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar, terlihat sangat pemalu dan menarik diri. (iii) Masalah sosial seperti hanya memiliki sedikit teman, sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri. ManajemenManajemen ADHD biasanya melibatkan konseling atau obat atau kombinasi keduanya. Terapi perilakuTerapi perilaku untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah. Obat-obatanObat stimulan adalah pengobatan pilihan.[11][12] Obat ini memiliki setidaknya beberapa efek pada gejala dalam jangka pendek di sekitar 80% dari orang. Metilfenidat muncul untuk memperbaiki gejala seperti yang dilaporkan oleh para guru dan orang tua.[13] American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pengobatan berdasarkan usia, yaitu:
Manajemen menggunakan obat dengan atau tanpa terapi perilaku memperbaiki gejala ADHD dibandingkan dengan terapi perilaku sendiri atau perawatan standar. Obat stimulan terapi lini pertama untuk ADHD pada pasien berusia 6-18 tahun adalah:
Obat nonstimulant adalah pengobatan lini kedua untuk ADHD; biasanya digunakan jika obat stimulan tidak efektif atau buruk ditoleransi:
Untuk anak-anak dengan ADHD dan gangguan pemberontak atau perilaku oposisi: (i) klonidin mengurangi masalah perilaku, (ii) penambahan divalproex pada terapi stimulan terkait dengan mengurangi perilaku agresif. Untuk anak-anak dengan ADHD dan gangguan tic, pemberia metilfenidat, alpha-agonis, atau desipramin dapat memperbaiki gejala ADHD dan mampu mengurangi tic. Suplementasi mineral zink sulfat sebagai monoterapi atau sebagai tambahan untuk metilfenidat dapat memperbaiki beberapa gejala ADHD. Suplemen zat besi dapat memperbaiki gejala ADHD dan keparahan pada anak-anak dengan ADHD dan kadar feritin serum yang rendah. Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Attention Deficit Hyperactivity Disorder. |