Diamonds Are Forever (novel)
Diamonds Are Forever[a] adalah novel James Bond keempat karya penulis Britania Raya Ian Fleming, yang diterbitkan pada tanggal 26 Maret 1956 oleh Jonathan Cape. Fleming menulis cerita ini saat berada di properti Goldeneye miliknya yang terletak di Jamaika, dengan alur yang terinspirasi oleh artikel The Sunday Times tentang penyelundupan berlian. Cerita dalam novel ini berpusat pada penyelidikan James Bond terhadap operasi penyelundupan berlian yang dimulai dari tambang di Sierra Leone dan berakhir di Las Vegas. Selama misi berjalan, Bond bertemu dengan salah satu anggota geng penyelundup yang bernama Tiffany Case, kemudian ia jatuh cinta kepadanya. Sebagian besar penelitian latar belakang Fleming menjadi dasar untuk buku non-fiksi tahun 1957-nya yang berjudul The Diamond Smugglers. Diamonds Are Forever membahas perjalanan internasional, pernikahan, dan dasar kehidupan yang hanya bersifat sementara. Seperti novel-novel Fleming sebelumnya, Diamonds Are Forever menerima ulasan yang umumnya positif. Cerita ini diadaptasi menjadi serial dalam surat kabar Daily Express dengan format yang disingkat menjadi beberapa bagian. Selain itu, novel ini juga diadaptasi menjadi komik setrip. Pada tahun 1971, alur cerita dari novel ini diadaptasi menjadi film ketujuh dalam seri film James Bond dan merupakan film terakhir produksi Eon Productions yang menampilkan Sean Connery sebagai James Bond. AlurAgen Dinas Rahasia Britania, James Bond, kembali ditugaskan dalam sebuah misi oleh atasannya, M. Berdasarkan informasi yang diterima dari Cabang Khusus, M memberikan tugas kepada Bond untuk menyusup ke dalam sebuah sindikat penyelundupan yang mengangkut berlian dari tambang di koloni kerajaan Sierra Leone ke Amerika Serikat. Bond harus menyusup ke dalam jaringan penyelundupan tersebut untuk mengungkap para pelaku yang bertanggung jawab. Dengan menggunakan identitas penyamaran "Peter Franks", seorang pencuri rumah pedesaan yang beralih profesi menjadi penyelundup berlian, ia bertemu dengan Tiffany Case, seorang anggota geng yang menarik tetapi memiliki antipati terhadap pria setelah mengalami pemerkosaan berkelompok ketika remaja. Bond menemukan bahwa sindikat tersebut dioperasikan oleh Spangled Mob, geng Amerika yang kejam yang dipimpin oleh dua bersaudara, Jack dan Seraffimo Spang. Ia mengikuti jejak mereka dari London ke New York. Untuk mendapatkan bayarannya atas pengangkutan berlian, Bond diinstruksikan oleh anggota geng yang bernama Shady Tree untuk bertaruh pada balapan kuda yang hasilnya telah diatur di Saratoga yang lokasinya di dekat mereka. Di sana, Bond bertemu dengan teman lamanya, Felix Leiter, mantan agen CIA yang kini bekerja di Pinkerton sebagai detektif swasta yang sedang menyelidiki kecurangan dalam balapan kuda. Leiter memberi suap kepada joki untuk memastikan kegagalan rencana memanipulasi balapan tersebut dan meminta Bond untuk membayar suap tersebut. Ketika ia pergi untuk melakukan pembayaran, ia menyaksikan dua penjahat homoseksual bernama Pak Wint dan Pak Kidd yang menyerang joki tersebut. Bond menghubungi Tree untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pembayaran yang seharusnya ia terima dan diberitahu untuk pergi ke Hotel Tiara di Las Vegas. Hotel Tiara dimiliki oleh Seraffimo Spang dan berfungsi sebagai markas pusat Spangled Mob. Spang juga memiliki sebuah kota hantu Barat tua yang disebut Spectreville, yang telah direstorasi menjadi tempat liburan pribadinya. Di hotel tersebut, Bond akhirnya menerima pembayaran melalui permainan blackjack yang hasilnya ternyata telah diatur dengan Tiffany sebagai bandar judi. Setelah memenangkan uang yang ia tunggu, ia tidak mengindahkan perintah Tree dan terus berjudi di kasino sampai akhirnya memenangkan uang dengan jumlah yang cukup besar. Spang mulai mencurigai bahwa Bond mungkin merupakan seorang 'pembenih' dan menangkap serta menyiksa Bond di Spectreville. Dengan bantuan Tiffany, Bond berhasil melarikan diri dari Spectreville menggunakan kereta dorong, sementara Seraffimo Spang mengejarnya dengan menggunakan kereta api uap tua. Bond mengubah jalur kereta tersebut dengan mengarahkannya ke rel buntu, lalu menembak Spang sebelum terjadi tabrakan. Dengan bantuan Leiter, Bond dan Tiffany pergi ke New York melalui California, kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke London menggunakan kapal RMS Queen Elizabeth. Dalam perjalanan itu, hubungan antara mereka berdua semakin berkembang. Tanpa diketahui oleh mereka, Pak Wint dan Pak Kidd mengamati mereka saat naik kapal dan mengikuti mereka. Mereka menculik Tiffany dengan niat untuk membunuhnya dan membuangnya ke laut. Namun, Bond berhasil menyelamatkannya dan membunuh kedua penjahat tersebut. Ia membuatnya terlihat seperti pembunuhan-bunuh diri. Selanjutnya, Tiffany memberi tahu Bond tentang rincian alur pola penyelundupan. Semuanya dimulai dari Afrika, saat seorang dokter gigi memberi suap kepada para penambang untuk menyelundupkan berlian di dalam mulut mereka. Saat melakukan pemeriksaan gigi rutin, dokter gigi ini mengekstraksi berlian-berlian tersebut. Sang dokter gigi selanjutnya membawa berlian-berlian tersebut ke sebuah tempat pertemuan dengan seorang pilot helikopter Jerman. Akhirnya, berlian-berlian itu dibawa ke Paris dan selanjutnya menuju London. Di London, setelah menerima instruksi melalui telepon dari kontaknya yang dikenal sebagai ABC, Tiffany bertemu dengan seseorang yang menjelaskan bagaimana berlian-berlian tersebut akan diselundupkan ke Kota New York. Setelah kembali ke London, Tiffany tinggal di apartemen milik Bond sementara Bond pergi ke Freetown, Sierra Leone, dan kemudian ke lokasi pertemuan berlian selanjutnya. Dengan runtuhnya alur pola penyelundupan tersebut, Jack Spang, yang kemudian terungkap sebagai ABC sebenarnya, menutup jalur penyelundupan berlian dengan cara membunuh para pesertanya. Spang sendiri terbunuh ketika Bond menembak helikopternya. Latar belakang dan sejarah penulisanPada pertengahan tahun 1954, penulis Ian Fleming telah menerbitkan dua novel, yaitu Casino Royale (terbit tahun 1953) dan Live and Let Die (terbit tahun 1954). Saat itu, ia sedang melakukan penyuntingan dan persiapan untuk novel ketiganya yang berjudul Moonraker.[b][3][4] Pada tahun tersebut, Fleming membaca sebuah cerita dalam surat kabar The Sunday Times tentang penyelundupan berlian dari Sierra Leone.[5] Ia melihat cerita ini sebagai potensi dasar untuk sebuah novel. Melalui seorang teman lamanya, ia mengatur pertemuan dengan Sir Percy Sillitoe, mantan kepala MI5 yang saat itu bekerja dalam kapasitas keamanan untuk perusahaan perdagangan berlian De Beers.[5][6] Materi yang dikumpulkan oleh Fleming digunakan dalam dua karyanya, Diamonds Are Forever dan The Diamond Smugglers yang merupakan buku non-fiksi yang diterbitkan pada tahun 1957.[c][5] Teman Fleming lainnya yang bernama Sir William Stephenson mengirimkan sebuah artikel dari majalah tentang kota spa Saratoga Springs. Dengan artikel tersebut sebagai referensi, Fleming pergi ke Saratoga pada bulan Agustus 1954. Di sana, ia bertemu dengan teman-temannya Ivar Bryce dan Ernest Cuneo dan mereka bersama-sama menjelajahi kota tersebut yang terletak di negara bagian New York.[3] Selama kunjungannya, Fleming dan Cuneo mengunjungi sebuah kolam pemandian lumpur. Saat dalam perjalanan menuju ke tempat tersebut, mereka tersesat dan akhirnya berakhir di sebuah tempat pemandian kumuh yang kurang terawat, yang membuat Fleming menyebutkannya sebagai "Acme".[7] Perjalanan tersebut kemudian dijadikan sebagai inspirasi untuk alur cerita 'Acme Mud and Sulphur Baths' dalam buku ini.[8] Selama kunjungan di Saratoga, Fleming juga bertemu dengan seorang sosialita kaya bernama William Woodward, Jr., yang mengendarai mobil Studillac (mobil Studebaker yang dilengkapi mesin Cadillac). Menurut Henry Chancellor, "kecepatan dan kenyamanan mobil ini membuat Fleming terkesan, dan ia tanpa ragu-ragu menggunakan mobil ini" dalam bukunya.[9] Namun, Woodward kemudian dibunuh oleh istrinya yang salah sangka bahwa suaminya terlibat dalam aktivitas yang mencurigakan. Ketika Diamonds Are Forever diterbitkan, buku tersebut didedikasikan untuk Bryce, Cuneo, dan "kenangan W. W. Jr., di Saratoga pada tahun 1954 dan 1955".[10] Fleming juga melakukan perjalanan ke Los Angeles bersama Cuneo untuk mengunjungi markas Polisi Intelijen Los Angeles. Di sana, mereka bertemu dengan Kapten James Hamilton, yang memberikan informasi kepada Fleming tentang organisasi mafia di Amerika Serikat.[11] Setelah kunjungan tersebut, Fleming melanjutkan perjalanan ke Las Vegas. Di kota tersebut, ia menginap di Hotel Sands. Selama menginap di sana, ia melakukan wawancara dengan pemilik hotel, Jack Entratter. Informasi yang diperoleh dari wawancara tersebut kemudian digunakan sebagai latar belakang mengenai sistem keamanan dan metode kecurangan yang digambarkan dalam novel tersebut.[11] Fleming menulis Diamonds Are Forever di rumah Goldeneye-nya yang berada di Jamaika pada bulan Januari dan Februari 1955.[12] Seperti biasanya, ia melakukan ciri khas pendekatannya saat menulis yang kemudian ia jelaskan dalam majalah Books and Bookmen: "Saya menulis selama sekitar tiga jam pada pagi hari ... dan saya melakukannya lagi selama satu jam antara pukul enam sampai tujuh malam. Setiap kali saya berhenti menulis, saya tidak pernah memperbaikinya atau bahkan membacanya kembali ... Dengan mengikuti rumus saya, Anda menulis sebanyak 2.000 kata dalam satu hari."[13] Setelah selesai, Fleming menulis surat kepada temannya Hilary Bray:
Fleming kembali ke London dengan naskah lengkap yang terdiri dari 183 halaman pada bulan Maret tahun tersebut.[15] Sebelumnya, ia juga telah memutuskan nama judulnya, yang diambil dari slogan iklan "A Diamond is Forever" dalam majalah Vogue edisi Amerika.[16] Meskipun Fleming tidak memberikan tanggal dalam novelnya, dua penulis telah mengidentifikasi rentang waktu yang berbeda berdasarkan peristiwa dan situasi dalam seri novel secara keseluruhan. Kedua penulis yang sempat menulis buku untuk Ian Fleming Publications, yaitu John Griswold dan Henry Chancellor, menempatkan peristiwa Diamonds Are Forever terjadi pada tahun 1954. Griswold lebih spesifik menganggap ceritanya berlangsung pada bulan Juli sampai Agustus 1953.[17][18] PengembanganInspirasi alurFleming pernah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dengan menggunakan kapal RMS Queen Elizabeth. Pengalaman tersebut memberikan informasi latar belakang yang digunakan untuk empat bab terakhir dalam novel ini.[19] Salah satu bagian dari perjalanan tersebut termasuk saat menaiki kereta api Super Chief. Ketika berada dalam perjalanan dengan kereta api ini, Fleming dan Cuneo sempat mengunjungi ruang kemudi kereta untuk berbincang dengan masinis dan teknisinya.[20] Mereka juga melakukan perjalanan dengan kereta api lain yang disebut 20th Century Limited. Kedua perjalanan kereta api tersebut memberikan Fleming informasi yang digunakan untuk menggambarkan kereta api milik Spang dalam cerita, yang dinamai Cannonball.[21][22] Fleming memiliki minat yang mendalam terhadap kereta api, dan setelah mengalami kecelakaan yang hampir fatal, ia mulai menghubungkan kereta api dengan bahaya. Selain dalam Diamonds Are Forever, ia juga menggunakan kereta api sebagai bagian penting dalam novel-novelnya lainnya seperti Live and Let Die, From Russia, with Love dan The Man with the Golden Gun.[23] Seperti dalam beberapa karyanya yang lain, Fleming menggunakan nama-nama orang yang ia kenal untuk karakter dalam cerita ini.[24] Salah satunya adalah teman perjalanan Fleming dari Amerika Serikat, Ernest Cuneo, yang namanya digunakan untuk karakter Ernie Cureo, teman Bond yang menjadi pengemudi taksi di Las Vegas.[d][25] Kemudian, karakter penjahat homoseksual bernama "Boofy" Kidd, dinamai berdasarkan salah satu teman dekat Fleming, yaitu Arthur Gore, 8th Earl of Arran, yang juga merupakan kerabat dari istri Fleming. Teman-teman Fleming sering memanggilnya "Boofy". Arran, yang merupakan seorang pendukung pelonggaran hukum terkait homoseksualitas di Inggris, mendengar bahwa namanya digunakan dalam novel sebelum publikasi dan mengeluh kepada Fleming. Namun, keluhan Arran diabaikan dan nama tersebut tetap digunakan dalam novel.[26][27] Selama perjalanannya ke Amerika, Fleming menemukan nama "Spang" dari bahasa Jerman Kuno yang berarti "pembuat klip sepatu". Nama ini kemudian ia gunakan untuk karakter penjahat bersaudara dalam cerita.[28] KarakterPenulis Jonathan Kellerman dalam pengantar edisi tahun 2006 dari Diamonds Are Forever menggambarkan Bond sebagai karakter yang "mengejutkan dan kompleks", yang sangat berbeda dengan penggambarannya dalam film. Ia menambahkan bahwa versi Bond karya Fleming "hanyalah manusia biasa yang sering melakukan kesalahan dan harus bertanggung jawab atas konsekuensinya. Ia juga mampu merasakan rasa sakit dan penyesalan."[29] Novelis Raymond Benson, yang juga menulis serangkaian novel Bond, menyatakan bahwa karakter Bond mengalami perkembangan dalam Diamonds Are Forever, memperkuat karakterisasi yang telah dibangun oleh Fleming dalam tiga novel sebelumnya. Perkembangan ini terjadi melalui hubungan yang tumbuh antara Bond dan karakter wanita utama dalam buku ini, Tiffany Case. Bond jatuh cinta untuk pertama kalinya sejak bertemu dengan Vesper Lynd dalam Casino Royale. Menurut Benson, Tiffany digambarkan sebagai sosok yang kuat tetapi kesepian dan tidak percaya diri. Ia juga merupakan "karakter wanita pertama yang sepenuhnya dikembangkan oleh Fleming."[30] Sejarawan budaya seperti Janet Woollacott dan Tony Bennett menulis bahwa banyak karakter wanita utama dalam novel-novel Fleming memiliki ciri yang tidak biasa. Sebagai contoh, Tiffany bersama dengan Pussy Galore dari Goldfinger dan Honeychile Rider dari Dr. No telah "mengalami kerusakan... secara seksual" karena kejadian pemerkosaan yang terjadi pada mereka di masa lalu. Dampak dari trauma tersebut membuat Tiffany terlibat dengan penjahat, yang pada gilirannya memungkinkan Bond menyelesaikan misinya dan membantu Tiffany mengubah hidupnya menjadi lebih jujur.[31] Analis sastra LeRoy L. Panek mencatat bahwa Diamonds Are Forever, bersama dengan Goldfinger dan The Man with the Golden Gun, menghadirkan kelompok gangster sebagai antagonis, bukan mata-mata seperti biasanya dalam kisah Bond. Novel ini adalah satu-satunya di dalam seri Bond yang tidak terkait dengan Perang Dingin.[32][33] Panek, saat membandingkan gangster dengan musuh-musuh biasa Bond, mengidentifikasi mereka sebagai "penembak yang tidak kompeten" jika dibandingkan dengan agen Inggris, yang dapat dengan mudah mengatasi mereka.[34] Pengamat sastra Umberto Eco melihat Spang sebagai pelopor organisasi SPECTRE yang digunakan oleh Fleming dalam novel-novel Bond yang lebih baru.[35] Kingsley Amis, yang juga menulis novel Bond, berpendapat bahwa tidak ada "penjahat yang cukup berkelas",[36] sementara Eco menilai tiga penjahat, yaitu kedua saudara Spang dan Winter, sebagai sosok dengan fisik yang tidak normal, seperti banyak musuh Bond lainnya.[37] Anthony Synnott, dalam analisisnya tentang estetika dalam novel-novel Bond, juga berpendapat bahwa gangster Michael "Shady" Tree masuk dalam kategori sosok yang tidak normal, dengan postur tubuhnya yang bungkuk dan rambut merah, serta "mata porselen yang begitu kosong dan tak bergerak sehingga mereka mungkin telah disewa oleh seorang ahli taksonomi."[38] GayaDiamonds Are Forever dibuka dengan cerita tentang seekor kalajengking yang berburu dan memakan mangsanya, sebelum akhirnya dibunuh oleh salah satu kurir berlian. Eco menganggap awal cerita ini "disajikan dengan cerdik" dan mirip dengan pembukaan film. Ia juga mencatat bahwa Fleming memiliki keahlian teknis yang tinggi dalam menyajikan bagian-bagian seperti ini.[39] Ketika penulis William Plomer memeriksa naskah tersebut, ia melihat nilai kesusastraan dan menulis surat kepada Fleming bahwa bagian-bagian yang berkaitan dengan arena pacuan kuda di Saratoga adalah "karya seorang penulis serius."[40] Kellerman menganggap penggambaran Fleming tentang Las Vegas pada tahun 50-an sangat akurat dan merupakan salah satu interpretasi terbaik tentang waktu dan tempat dalam fiksi kejahatan kontemporer. Ia juga menyebut cerita dalam novel ini kuat dan kompleks.[29] Fleming menggunakan merek-merek terkenal dan detail sehari-hari untuk menciptakan sensasi kenyataan,[13][41] yang Amis sebut sebagai "efek Fleming".[42] Amis menjelaskan bahwa Fleming menggunakan informasi secara imajinatif, dengan menggabungkan sifat fantastis dari dunia Bond dengan realitas atau setidaknya menciptakan keseimbangan di antara keduanya.[43] Benson berpendapat bahwa dalam Diamonds Are Forever, penggunaan detail "kaya dan mencolok" menciptakan deskripsi Amerika Serikat yang "menarik dan menghibur".[44] Namun, Benson juga melihat kelemahan buku ini pada kurangnya perkembangan struktural, walaupun hal ini diimbangi oleh perkembangan karakter. Kellerman juga memuji karakterisasi dalam novel ini yang dianggapnya sebagai "kaya".[29] Benson menganalisis gaya penulisan Fleming dan mengidentifikasi apa yang ia sebut sebagai "Sweep Fleming", yaitu gaya penulisan yang dengan lancar membawa pembaca dari satu bab ke bab berikutnya dengan menggunakan "pengait" pada akhir bab untuk meningkatkan ketegangan dan menarik pembaca untuk melanjutkan ke bab selanjutnya.[45] Benson menyatakan bahwa sweep dalam Diamonds Are Forever berada dalam "kekuatan penuh", menjaga tingkat kegembiraan yang konstan dan membuat pembaca terus terlibat dalam cerita.[46] TemaMenurut Benson, tema utama dalam Diamonds Are Forever diungkapkan melalui judulnya, dengan konsep kekekalan berlian yang bertentangan dengan aspek-aspek lain dalam cerita, terutama cinta dan kehidupan.[44] Pada akhir novel, Fleming menggunakan kalimat "Kematian abadi. Tetapi begitu juga dengan berlian."[29] Benson melihat berlian sebagai metafora untuk kematian, sementara Bond dianggap sebagai "utusan kematian".[44] Jurnalis dan penulis Christopher Hitchens mengamati bahwa "paradoks utama dari cerita Bond klasik adalah, meskipun pada permukaannya cerita tersebut fokus pada perang Inggris-Amerika melawan komunisme, tetapi mereka juga penuh dengan sikap meremehkan dan kebencian terhadap Amerika dan orang Amerika."[47] Benson melihat bahwa Diamonds Are Forever mencerminkan perasaan superioritas Fleming terhadap budaya Amerika, termasuk dalam deskripsi Fleming tentang Las Vegas yang dianggap "licik".[44] Amis, dalam eksplorasinya tentang Bond dalam The James Bond Dossier, juga menyoroti karakter Leiter:
Sejarawan budaya Jeremy Black menyoroti tema perjalanan internasional dalam Diamonds Are Forever yang pada waktu itu masih menjadi hal yang baru bagi sebagian besar orang di Britania Raya.[49] Perjalanan antara beberapa lokasi ini memperumit salah satu masalah yang diidentifikasi oleh Black, yaitu ketiadaan pusat cerita yang jelas. Berbeda dengan novel-novel lain dalam semesta Bond, seperti Casino Royale yang memiliki Royale, From Russia, with Love yang memiliki Istanbul, dan Dr. No yang memiliki Jamaika, Diamonds Are Forever melibatkan beberapa lokasi dan dua penjahat utama, serta tidak memiliki "semangat megalomania atau obsesi diri yang gila di pusat ceritanya yang gelap."[e][51] Menurut penulis biografi Fleming, Andrew Lycett, setelah menyelesaikan novel tersebut, Fleming menambahkan empat bab tambahan yang hampir menjadi "pemikiran terakhir", yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas kapal RMS Queen Elizabeth.[52] Bagian ini membawa masuk pertanyaan tentang pernikahan dan memberikan kesempatan bagi Fleming untuk membahas pernikahan melalui karakter-karakternya. Dalam dialognya dengan Case, Bond berkata, "Sebagian besar pernikahan tidak hanya menggabungkan dua orang. Mereka juga mengorbankan salah satu dari mereka." Lycett berpendapat bahwa penambahan ini mungkin terkait dengan kondisi pernikahan Fleming sendiri yang sedang mengalami masa sulit.[53] Publikasi dan penerimaanSejarah publikasiDiamonds Are Forever diterbitkan oleh Jonathan Cape pada tanggal 26 Maret 1956 dengan desain sampul oleh Pat Marriott.[54][55] Seperti tiga novel Bond sebelumnya, edisi pertama dengan cetakan sebanyak 12.500 eksemplar terjual habis dengan cepat.[56] Edisi Amerika Serikat kemudian diterbitkan oleh Macmillan pada bulan Oktober 1956.[57] Buku ini juga diadaptasi menjadi serial dalam surat kabar Daily Express mulai tanggal 12 April 1956.[58] Ini merupakan novel pertama karya Fleming yang izin adaptasinya dijual ke surat kabar, yang pada akhirnya membantu meningkatkan penjualan keseluruhan novel-novelnya.[59] Penjualan Diamonds Are Forever dan novel-novel Fleming lainnya mengalami lonjakan mulai November 1956 setelah kunjungan Perdana Menteri Sir Anthony Eden ke rumah Goldeneye milik Fleming sebagai bagian dari upaya pemulihan setelah Krisis Suez. Kunjungan tersebut mendapatkan liputan luas dari pers Britania, yang berkontribusi pada peningkatan penjualan bukunya.[57] Buku ini juga mendapatkan lonjakan penjualan pada tahun 1962 ketika film Dr. No diproduksi oleh Eon Productions, dan pada tahun 1971 ketika film Diamonds Are Forever dirilis.[60] Pada bulan Februari 1958, Pan Books menerbitkan versi sampul kertas dari novel ini di Inggris, yang terjual sebanyak 68.000 eksemplar sebelum akhir tahun.[61] Sejak pertama kali diterbitkan, buku ini telah ada dalam berbagai edisi sampul keras dan sampul kertas, diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, dan selalu tersedia di pasaran.[62] Pada tahun 2023, Ian Fleming Publications, perusahaan yang bertanggung jawab atas karya-karya sastra Ian Fleming, melakukan revisi pada novel-novel seri Bond sebagai bagian dari peninjauan sensitivitas. Tujuan dari revisi tersebut adalah menghapus atau mengubah beberapa deskripsi rasial atau etnis yang dianggap tidak sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai saat ini. Penerbitan ulang seri ini dilakukan sebagai bagian dari peringatan 70 tahun Casino Royale, novel pertama dalam seri Bond.[63] PenerimaanJulian Symons, dalam ulasannya terhadap Diamonds Are Forever di The Times Literary Supplement, mengakui bahwa Fleming memiliki beberapa kualitas yang layak diapresiasi sebagai penulis, termasuk kemampuan dalam mengamati tempat-tempat, minatnya yang jelas terhadap mekanisme perjudian dan pengetahuannya yang terlihat.[64] Namun, Symons juga mengkritik beberapa kelemahan dalam gaya penulisan Fleming, termasuk kurangnya kemampuan untuk menulis dialog yang meyakinkan. Menurut Symons, novel ini adalah yang terlemah dalam karya Fleming, dengan cerita yang terbebani oleh berbagai detail tentang penyelundupan berlian, tetapi memiliki sedikit momen yang benar-benar mendebarkan.[64] Milward Kennedy dari The Manchester Guardian menganggap Fleming memiliki tekad untuk menjadi sekeras Raymond Chandler, meskipun dengan sedikit kekurangan dalam realisme.[65] Maurice Richardson, dalam The Observer, menyebut Bond sebagai salah satu pahlawan yang dirangkai secara licik dalam fiksi kejahatan.[66] Richardson menulis tentang metode Fleming yang layak dicatat dan direkomendasikan, dengan Fleming membangun dasar deskripsi yang faktual sebelum memasuki fantasi yang liar.[66] Sebagian ulasan oleh Chandler untuk The Sunday Times bahkan digunakan sebagai iklan untuk novel ini. Chandler menyebut Diamonds Are Forever sebagai salah satu karya terbaik dalam jenis sastra yang pernah ia lihat dalam waktu yang lama. Ia mengapresiasi gaya penulisan Fleming yang jurnalistik, rapi, bersih, sederhana, dan tanpa kepura-puraan.[67] Dalam tulisannya di The New York Times, Anthony Boucher yang digambarkan oleh penulis biografi Fleming, John Pearson, sebagai seorang pengkritik Bond dan Fleming yang antusias, memberikan ulasan yang beragam terhadap Diamonds Are Forever. Boucher berpendapat bahwa "penanganan Pak Fleming terhadap Amerika dan orang Amerika jauh di atas rata-rata orang Inggris pada umumnya",[68] meskipun ia merasa bahwa "narasi tersebut terasa longgar dan lemah dalam penyelesaiannya", sementara Bond menyelesaikan tugas-tugasnya "lebih dengan otot dan keberuntungan daripada dengan kecerdasan operasional apa pun."[68] AdaptasiDiamonds Are Forever diadaptasi menjadi sebuah komik setrip harian untuk surat kabar Daily Express dan disindikasikan di seluruh dunia. Adaptasi ini berjalan dari 10 Agustus 1959 hingga 30 Januari 1960.[69] Komik setrip tersebut ditulis oleh Henry Gammidge dan diilustrasikan oleh John McLusky.[f][70] Novel ini diadaptasi secara longgar dalam film tahun 1971 yang dibintangi oleh Sean Connery dan disutradarai oleh Guy Hamilton.[71] Diamonds Are Forever adalah film terakhir Bond yang dibintangi oleh Connery di bawah rumah produksi Eon Productions, meskipun ia kembali memerankan karakter Bond dua belas tahun kemudian dalam Never Say Never Again yang diproduseri oleh Kevin McClory dan Jack Schwartzman.[72] Pada Juli 2015, Diamonds Are Forever diadaptasikan menjadi drama radio yang disiarkan oleh BBC Radio 4. Dalam adaptasi ini, Toby Stephens berperan sebagai Bond, yang disutradarai oleh Martin Jarvis.[73] Catatan dan referensiCatatan
Referensi
Sumber
Pranala luar
|