Chairil Gibran Ramadhan

Chairil Gibran Ramadhan
Lahir(1972-09-11)11 September 1972
Jakarta, Indonesia Indonesia
PekerjaanCerpenis
Penyair
Redaktur majalah sastra
Tahun aktif1996 - sekarang

Chairil Gibran Ramadhan atau lebih dikenal dengan sebutan CGR (lahir 11 September 1972) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal sebagai peneliti budaya/sejarah Betawi dan penulis cerita pendek yang dipublikasikan di berbagai majalah dan surat kabar antara lain Suara Pembaruan, Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, The Jakarta Post, Horison, Nova, dan lain-lain. Bersama Jamal D. Rahman, sejak 2018, CGR ditunjuk sebagai salah satu redaktur majalah sastra Horison. Selain itu, ia juga pemimpin redaksi Stamboel: Journal of Betawi Socio-Cutural Studies dan pernah dipercaya sebagai redaktur pada Jurnal Sastra (Bandung, 2012).[1][2]

Latar belakang

Chairil Gibran Ramadhan, atau biasa dipanggil CGR, lahir 11 September 1973. Ia besar dan tumbuh di kampung Pondok Pinang, Jakarta Selatan, menempuh pendidikan di IISIP Jakarta pada Fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Ilmu Jurnalistik. Pernah menjadi wartawan dan redaktur musik di sebuah majalah di Jakarta. Chairil Gibran mengawali debutnya sebagai penulis sejak 1996 tanpa bergabung dengan komunitas sastra manapun, termasuk komunitas Betawi. Sebagai cerpenis, karya-karyanya tampil di majalah dan surat kabar antara lain Horison, Jurnal Sastra, Suara Pembaruan, Kompas, Media Indonesia, Republika, The Jakarta Post, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Sinar Harapan, Jurnal Nasional, Riau Pos, Lisa, Nova, Kartini, Femina, Swara Cantika, Annida, Jurnal Perempuan, dan lainnya, termasuk dalam beberapa buku yang telah diterbitkannya seperti Perempuan di Kamar Sebelah: Indonesia, Woman, and Violence (Gramedia Grup, 2012, antologi tunggal), serta antologi bersama untuk pasar internasional terbitan The Lontar Foundation: Menagerie 5 (ed. Laora Arkeman, 2003), I Am Woman (ed. John H. McGlynn, 2011), dan Gambar Perahu Layar di Dinding: Indonesia Under Soeharto and Other Stories (antologi tunggal). Oleh Eka Budianta, CGR pernah diminta menulis untuk kumpulan esai bersama yang mengantarkannya menyampaikan orasi sastra di hadapan lima duta besar antara lain duta besar Libanon, Libya, Tunisia, Belgia, dan Amerika Serikat.

Buku yang memuat beberapa cerpennya dalam nuansa Betawi antara lain Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita Betawi (Masup Jakarta, 2008, antologi tunggal), antologi bersama: Ujung Laut Pulau Marwah (Temu Sastrawan Indonesia III, Tanjungpinang, 2010), Si Murai dan Orang Gila (DKJ & KPG, 2010), Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya ~ Sketsa, Puisi & Prosa ~ 1900-2000 (M.Balfas dkk, ed. Laora Arkeman, Padasan, 2011), Ibu Kota Keberaksaraan (The 2nd Jakarta International Literary Festival, 2011), Antologi Sastra Nusantara (MPU VII, Yogyakarta, 2012), Di Seberang Perbatasan: Kumpulan Cerpen Pilihan Riau Pos 2012 (Riau Pos, 2012), dan Embun Pecah di Taman Kota (MPU IX, Jakarta, 2014, Cerpen Terbaik I). Sedangkan puisi-puisinya dalam nuansa Betawi dimuat dalam antologi bersama Gelombang Puisi Maritim (Dewan Kesenian Banten, 2016) dan Rancag si Pitung (Dewan Kesenian Depok, 2017).

Sejak 1996 CGR gemar melakukan eksplorasi ragam bahasa, ejaan dan gaya penceritaan dalam karya cerpen dan puisinya yang mengolah sejarah dan budaya Betawi dalam latar Dari Batavia sampai Jakarta. Ia kerap membubuhkan catatan kaki pada cerpen dan puisinya. Puisi-puisi yang ditulisnya selama 1996-2016 diterbitkan dalam sembilan buku bertajuk Setangkle Puisi Sejarah dan Budaya: Betawi dari Batavia sampai Jakarta. Selain menulis, menyunting buku, membaca puisi budaya-sejarah, ia juga sering ditunjuk sebagai juri sastra dan pembicara pada ajang budaya dan sastra, radio, televisi, dan beberapa perguruan tinggi, serta mewakili Provinsi DKI Jakarta pada ajang sastra di dalam dan luar Jakarta, seperti MPU IV (Solo, 2009), The 2nd JILfest (Jakarta, 2011), MPU VII (Yogyakarta, 2012), Temu Sastra Indonesia 2012 (Jakarta, 2012) serta diundang oleh guru besar Universitas Riau, Prof. Dr. Yusmar Yusuf menghadiri "Pancur Lagoon Poetry Reading" (Batam, 2012) dan "Helat Budaya Melayu" (Kampar, 2012). Kini Chairil Gibran mengelola Penerbit Padasan, menjadi pemimpin redaksi Stamboel: Journal of Betawi Socio-Cutural Studies (Jakarta), redaktur Horison, serta mendirikan Betawi Center Foundation, Forum Betawi Membaca, dan Museum Orang Betawi. Pada 2012, bersama Cecep Syamsul Hari, ia pernah menjadi redaktur di Jurnal Sastra: The Indonesian Literary Quarterly (Bandung). Pada Oktober 2016 terbit bukunya, Kembang Kelapa: Kumpulan Catatan Budaya Betawi ~ Dari Batavia sampai Jakarta (Penerbit Padasan).

Bibliografi

  • Buku tunggal: Perempuan di Kamar Sebelah (Gramedia, 2012; antologi tunggal)
    Buku bersama: 1. Menagerie 5 (ed. Laora Arkeman, The Lontar Foundation, 2003) 2. I Am Woman (ed. John H. McGlynn, The Lontar Foundation 2011). Kumpulan cerpen tunggalnya dalam nuansa politik Indonesia masa Orde Baru: Perempuan di Kamar Sebelah: Indonesia, Woman, and Violence dan Gambar Perahu Layar di Dinding: Indonesia Under Soeharto and Other Stories, akan terbit Mei 2021.
    Buku tunggal bernuansa Betawi, Batavia, Jakarta: 1. Sebelas Colen di Malam Lebaran (Masup Jakarta, 2008; cerpen), 2. Passer Gambier: Setangkle Puisi Sejarah & Budaya ~ Betawi, Batavia, Jakarta (Juni 2018; puisi) 3. Gedong Bitjara: Setangkle Puisi Sejarah & Budaya ~ Betawi, Batavia, Jakarta (Februari 2019; puisi) 4. Koningin van het Oosten: Setangkle Puisi Sejarah & Budaya ~ Betawi, Batavia, Jakarta (September 2019; puisi). 5. Kembang Kelapa: Setangkle Catatan Budaya Betawi ~ Dari Batavia sampai Jakarta (November 2016; akan menyusul: Kembang Terate, November 2021).
    Buku bersama (cerpen dan puisinya bernuansa Betawi, Batavia, Jakarta): 1. Ujung Laut Pulau Marwah (Temu Sastrawan Indonesia 3, Tanjungpinang, 2010; cerpen) 2. Si Murai dan Orang Gila (DKJ, 2010; cerpen) 3. Ibu Kota Keberaksaraan (The 2nd Jakarta International Literary Festival, 2011; cerpen) 4. Antologi Sastra Nusantara (Mitra Praja Utama VII, Yogyakarta, 2012; cerpen) 5. Di Seberang Perbatasan: Kumpulan Cerpen Pilihan Riau Pos 2012 6. Embun Pecah di Taman Kota (Mitra Praja Utama IX, Jakarta, 2014; cerpen terbaik) 7. Gelombang Puisi Maritim (Dewan Kesenian Banten, 2016;) 8. Syair, Syiar & Syar’i (Rumah Seni Asnur, 2018; puisi) 9. Mata Khatulistiwa (LSS Reboeng, Yogyakarta, 2018; puisi).
  • Gerakan CGR terkait Betawi: 1. Mendirikan Betawi Center Foundation (2011) 2. Mendirikan Forum Betawi Membaca (2012) 3. Mendirikan Museum Etnografi Orang Betawi (2015) 3. Menerbitkan Stamboel: Journal of Betawi Socio-Cultural Studies sebagai jurnal triwulan (2021; pada Oktober 2012 terbit hanya satu edisi) 4. Menulis skenario film Ismail Marzuki: Nada, Cinta, Bangsa (2017) yang menghabiskan waktu riset dan penulisan selama tiga tahun, dan mengusung ide film dokumenter Ismail Marzuki: Siapa Gerangan Tuan? (2019)—namun tidak diloloskan Pemprov DKI Jakarta untuk pendanaan meski telah mengikuti seluruh proses pengajuan.
    Mewakili DKI Jakarta pada ajang sastra: 1. MPU IV (Solo, 2009) 2. The 2nd JILfest (Jakarta, 2011) 3. MPU VII (Yogyakarta, 2012) 4. TSI 2012 (Jakarta) 5. Pancur Lagoon Poetry Reading (Batam, 2012) dan Helat Budaya Melayu (Kampar, 2012), atas undangan guru besar Universitas Riau, Prof. Dr. Yusmar Yusuf, sebagai tamu khusus mewakili Kaum Betawi. 6. Hari Puisi 2015 (TIM Cikini) 7. Mimbar Puisi Ramadhan 2016 (Rumah Seni Asnur) 8. Petang Puisi di Makara Art Center UI, Depok, 2018
    Prestasi: 1. Sebanyak 15 cerpennya dalam latar Betawi, Batavia, Jakarta tampil di majalah sastra Horison (2011-2015) 2. Cerpennya dimuat di majalah sastra Horison edisi 50 Tahun (Juli 2016). 3. Orang Betawi pertama yang menjabat sebagai redaktur di majalah sastra Horison wajah baru yang dicetuskannya (sejak Januari 2018) 4. Anggota Tim Perumus Kongres Kebudayaan Betawi (2011) 5. Oleh penyair dan budayawan Cirebon, Ahmad Syubbanuddin Alwy pernah akan dicalonkan menerima Anugrah Budaya dari Pemprov Jawa Barat atas buku garapannya, Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya ~ Sketsa, Puisi & Prosa ~ 1900-2000 (Padasan, 2011). Namun tidak pernah terwujud karena ASA kemudian menderita sakit keras dan meninggal dunia. 6. Menggelar talkshow Sastrawan Betawi Jaman Rada Kamaren di Perpustakaan Taman Fatahillah, Sanggar Betawi Firman Muntaco, dan Rumah Seni Asnur, 7. Bersama Firman Haris selaku ketua LWG DMO Kota Tua Jakarta, menggagas talkshow Ngobrol Saptu: Membawa Sastra ke Kota Tua (sejak Januari 2016). 8. Gigih memperjuangkan lahirnya uang kertas RI bernuansa Betawi yang dia istilahkan sebagai Duit Betawi, sejak berdialog interaktif dengan H. Eddy Rusli Thabrani di Bens Radio (30 Desember 2000), catatan budaya (2008 dan 2013), Semiloka Kebudayaan Betawi (2010), dan Kongres Kebudayaan Betawi (2011). Namun ia dilupakan ketika Pemerintah RI menerbitkan dua pecahan uang kertas RI bernuansa Betawi pada 2016. 9. Selain menyunting buku dan juri sastra, ia juga pembicara budaya dan sastra di radio, televisi, UI, UNJ, UHAMKA, UNISMA.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Depok Pos: Chairil Gibran Ramadhan, Warga Depok Sastrawan Muda Betawi di Kancah Nasional Diarsipkan 2018-02-22 di Wayback Machine. diakses 21 Februai 2018
  2. ^ The Global Review: Menyambut "Kahlil Gibran di Indonesia” diakses 21 Februari 2018
Kembali kehalaman sebelumnya