Bumi Surabaya City Resort
Bumi Surabaya City Resort adalah hotel berbintang 4 yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Didirikan pada tahun 1979 di tanah seluas 3,5 hektare dengan konsep sanggraloka di tengah kota, hotel ini dikelola oleh Hyatt selama hampir 30 tahun, hingga akhirnya lepas manajemen pada tahun 2008 dan berdiri sendiri. Perusahaan asuransi AJB Bumiputera 1912, melalui PT Bumiputera Wisata, telah menjadi pemilik hotel ini sejak tahun 1998.[1][2] SejarahPada awal dekade 1970-an, Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun hotel berbintang untuk menyambut konferensi Pacific Area Travel Association (PATA). Memanfaatkan kesempatan ini, PT Bumi Modern didirikan pada tahun 1973 untuk membangun sebuah hotel di tengah Kota Surabaya. Perusahaan tersebut adalah hasil patungan antara AJB Bumiputera, Peter Sondakh, dan H.A. Latief Thoyib. Pemancangan tiang pertama dilakukan pada bulan Mei 1974 oleh Gubernur Jawa Timur Mohammad Noer. Setahun kemudian, PT Bumi Modern menggandeng Hyatt untuk mengelola hotel.[3] Pengerjaan hotel dilakukan antara bulan November 1976 dan Agustus 1979, dengan pengeluaran biaya sebesar Rp 12 miliar. Pihak pemilik melibatkan Skidmore, Owings and Merrill untuk merancang desain hotel, dengan penekanan pada elemen "sanggraloka di tengah kota" (city resort). Dibuka dengan nama Hyatt Bumi Surabaya, hotel berlantai 11 tersebut menerima tamu pertama pada tanggal 30 Mei 1979, meskipun operasional baru diresmikan pada tanggal 16 Desember 1979 oleh Roesmin Noerjadin selaku Menteri Perhubungan. Hotel ini adalah gerai ketiga Hyatt di Indonesia, menyusul Bali Hyatt dan Aryaduta Hyatt. Saat dibuka, hotel ini dianggap sebagai hotel termewah di Jawa Timur.[3] Hotel mengalami renovasi pada tahun 1989 untuk menyegarkan rumah makan Arumanis Terrace, Regency Club, Bumi Lounge, dan kamar-kamarnya. Proyek renovasi tersebut menelan biaya Rp 3,4 miliar dan diresmikan pada tanggal 19 Oktober 1989 oleh Gubernur Soelarso. Di saat yang bersamaan, PT Bumi Modern membebaskan lahan untuk rencana perluasan. Pada tanggal 15 Juli 1990, hotel bersalin nama menjadi Hyatt Regency Surabaya pada saat yang sama Gubernur Soelarso meletakkan batu pertama gedung perluasan. Pembangunan gedung perluasan berlantai 27 tersebut selesai pada bulan November 1993 dan diresmikan oleh mantan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman dan penerusnya, Joop Ave.[3] Total biaya yang dikeluarkan oleh PT Bumi Modern untuk memperluas hotel, ditambah dengan sebuah gedung perkantoran bernama Graha Bumi Surabaya yang berlantai 7 dan terletak di sebelah utara kompleks hotel, adalah Rp 195 miliar, salah satu faktor yang memicu krisis finansial pada perusahaan tersebut. Pada tahun 1998, mereka memutuskan untuk menjual Hyatt Regency Surabaya kepada AJB Bumiputera, sebelum banting setir ke usaha batubara setelah diakuisisi oleh Bakrie Group.[3] Pada tanggal 1 November 2008, kontrak pengelolaan Hyatt berakhir, sehingga hotel berdiri sendiri dengan nama Bumi Surabaya City Resort. Sejak lepas dari Hyatt, gedung lama hotel sudah tidak difungsikan sebagai kamar tamu.[4] Pada tanggal 1 Maret 2023, diberitakan bahwa AJB Bumiputera berencana untuk menjual aset hotel sebagai bagian dari Rencana Penyehatan Keuangan yang disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan. Direktur Utama Irvandi Gustari beralasan bahwa tingkat hunian hotel tersebut, meskipun dianggap sehat, tidak cukup untuk melunasi klaim nasabah mereka.[5] FasilitasBumi Surabaya City Resort memiliki kapasitas kamar sebanyak 242, dengan tipe mulai dari Classic Room hingga Classic Penthouse. Hotel menyediakan fasilitas 7 rumah makan (Arumanis Restaurant, Cascades Poolside Restaurant, Delicatessen, Kizahashi Japanese Restaurant, Lobby Lounge, Primavera Restaurant, Siti Inggil Restaurant), pusat kebugaran, kolam renang, spa, dan sejumlah ruang pertemuan. Salah satu keunikan hotel ini adalah "Pasar", jamuan prasmanan yang diadakan tiga kali setiap harinya.[4] Rujukan
Pranala luar |