1 Korintus 10
1 Korintus 10 (atau "I Korintus 10", disingkat "1Kor 10") adalah bagian surat rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Dikarang oleh rasul Paulus dan Sostenes[3] di Efesus.[4] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 1
Mengacu pada sejumlah peristiwa yang dicatat dalam Kitab Keluaran dan dicatat ulang dalam Kitab Mazmur yaitu:
Ayat 2Ini mengacu kepada umat Israel dalam Perjanjian Lama yang tunduk pada hukum Musa atau hukum Taurat. Ayat 3
Mengacu pada peristiwa turunnya roti manna di padang gurun selama 40 tahun pada waktu bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, sebagaimana dicatat dalam Keluaran 16 dan disinggung oleh Yesus Kristus dalam perkataan-Nya yang dicatat dalam Yohanes 6. Ayat 4
Mengacu pada peristiwa yang dicatat dalam Kitab Keluaran, Kitab Bilangan dan dicatat ulang dalam Kitab Mazmur yaitu air yang keluar dari gunung batu melalui tindakan Musa (Keluaran 17, Bilangan 20, Mazmur 78, Mazmur 105). Ayat 5
Orang Israel telah mengalami kasih karunia Allah dalam peristiwa keluaran. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan (1 Korintus 10:1), dibaptis ( 1 Korintus 10:2) dan dipelihara oleh Allah di padang gurun, mengalami persekutuan yang erat dengan Kristus (1 Korintus 10:3-4). Kendatipun berkat-berkat rohani ini, mereka gagal untuk menyenangkan Allah, sehingga mereka dibinasakan oleh-Nya di padang gurun. Mereka kehilangan hak sebagai umat pilihan, dan tidak dapat memasuki tanah perjanjian (bandingkan Bilangan 14:30). Maksud Paulus inilah: sama seperti Allah tidak membiarkan penyembahan berhala, dosa, dan kebejatan Israel, demikianlah Ia tidak akan membiarkan dosa orang percaya yang hidup di bawah perjanjian yang baru.[10] Ayat 13
Orang yang mengaku dirinya sebagai orang percaya tidak boleh memaafkan dosa dengan alasan bahwa mereka hanyalah manusia biasa yang pasti tidak sempurna, atau bahwa dalam hidup ini semua orang percaya yang telah lahir baru terus menerus melakukan dosa dalam perkataan, pikiran, dan perbuatan (Roma 6:1). Pada saat yang sama, Paulus meyakinkan jemaat Korintus bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya tidak perlu jatuh dari kasih karunia Allah.
2. Kasih karunia Allah (Efesus 2:8–10; Titus 2:11–14), darah Yesus Kristus (Efesus 2:13; 1 Petrus 2:24), Firman Allah (Efesus 6:17; 2 Timotius 3:16–17); kuasa Roh yang di dalam kita (Titus 3:5–6; 1 Petrus 1:5) dan doa syafaat Kristus di sorga memberikan kuasa yang cukup untuk peperangan orang percaya melawan dosa dan kuasa roh yang jahat (Efesus 6:10–18; Ibrani 7:25). Ayat 24
Ayat 31
Jadi, apa yang tidak dapat dilakukan untuk kemuliaan Allah (yaitu, untuk menghormati dan mengucap syukur kepada-Nya sebagai Tuhan, Pencipta, dan Penebus orang percaya) hendaknya jangan dilakukan sama sekali. Orang percaya menghormati Dia dengan ketaatan, ucapan syukur, ketergantungan, doa, iman dan kesetiaan. Ketetapan ini ("lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah") harus menjadi petunjuk utama kehidupan orang percaya, tuntunan bagi perilaku dan ujian bagi tindakan orang percaya.[10] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|