Universitas Oxford
University of Oxford, dikenal masyarakat Indonesia dengan nama Universitas Oxford, adalah universitas riset publik kolegiat yang terletak di kota Oxford, Inggris. Bukti pengajaran dapat ditelusuri sejak tahun 1096,[2] menjadikannya universitas tertua di dunia berbahasa Inggris dan universitas tertua kedua di dunia yang terus beroperasi hingga saat ini.[2][7][8] Oxford berkembang pesat sejak tahun 1167, ketika Henry II melarang mahasiswa Inggris untuk menjalankan perkuliahan di Universitas Paris.[2] Setelah perselisihan antara mahasiswa dan penduduk kota Oxford pada tahun 1209, beberapa akademisi melarikan diri ke arah timur laut di mana mereka mendirikan Universitas Cambridge.[9] Kedua universitas arkais ini memiliki banyak kesamaan dan bersama-sama disebut sebagai Oxbridge.[10] Universitas Oxford terdiri dari tiga puluh sembilan kolese semi-otonom konstituen, empat asrama swasta permanen, dan berbagai departemen akademik yang diorganisasikan ke dalam empat divisi.[11] Setiap kolese adalah lembaga independen yang mengatur urusannya sendiri di dalam universitas, mengendalikan keanggotaannya sendiri dan memiliki struktur dan kegiatan internalnya sendiri, dimana semua mahasiswa diwajibkan untuk menjadi anggota sebuah kolese. Oxford tidak memiliki kampus utama, dan gedung serta fasilitasnya tersebar di seluruh pusat kota. Pengajaran sarjana di Oxford terdiri dari ceramah, sistem tutorial di kolese dan asrama, seminar, praktik laboratorium dan kadang-kadang tutorial lebih lanjut yang disediakan oleh fakultas dan departemen universitas pusat. Pengajaran pascasarjana secara eksklusif diberikan secara dominan oleh universitas pusat. Universitas Oxford juga mengoperasikan Museum Ashmolean, yang merupakan museum universitas tertua di dunia; Oxford University Press, percetakan universitas terbesar di dunia; dan sistem perpustakaan akademik terbesar secara nasional.[12] Pada tahun fiskal yang berakhir 31 Juli 2023, Oxford memiliki total pendapatan konsolidasi sebesar £2,92 miliar, dimana £789 juta di antaranya berasal dari hibah dan kontrak penelitian.[13] Oxford telah mendidik berbagai alumni terkemuka di dunia, termasuk 30 Perdana Menteri Britania Raya dan banyak kepala negara dan pemerintahan di seluruh dunia.[14] Setidaknya pada Oktober 2022, 73 penerima Penghargaan Nobel, 4 Peraih Medali Fields, dan 6 pemenang Penghargaan Turing telah dimatrikulasi sebagai mahasiswa, bekerja, atau mengadakan beasiswa kunjungan di Universitas Oxford, sementara alumninya telah memenangkan 160 medali Olimpiade.[15] Universitas Oxford juga merupakan rumah bagi banyak beasiswa, termasuk Beasiswa Rhodes, salah satu program beasiswa pascasarjana internasional tertua di dunia. SejarahTanggal pendirian Universitas Oxford secara resmi tidak diketahui.[16] Namun, proses belajar-mengajar di Oxford sudah ada dalam beberapa bentuk sejak tahun 1096.[2] Theobald dari Étampes diketahui menjadi pengajar pertama di Universitas Oxford pada awal tahun 1100-an. Pertumbuhannya pesat sejak tahun 1167 ketika mahasiswa Inggris tidak diperbolehkan untuk menghadiri Universitas Paris.[2] Sejarawan Gerald dari Wales memberi kuliah kepada mahasiswa-mahasiswa tersebut pada tahun 1188, dan cendekiawan asing pertama yang diketahui, Emo dari Friesland, tiba pada tahun 1190. Pimpinan universitas memiliki gelar kanselir setidaknya sejak tahun 1201, dan para master diakui sebagai universitas atau korporasi pada tahun 1231.[2][17] Oxford diberi piagam kerajaan pada tahun 1248 pada masa pemerintahan Raja Henry III.[18] Setelah perselisihan antara mahasiswa dan penduduk kota Oxford pada tahun 1209, beberapa akademisi melarikan diri dari kekerasan tersebut ke kota Cambridge, yang kemudian menjadi cikal bakal pendirian Universitas Cambridge.[9][19] Pada zaman dahulu, mahasiswa bergumul berdasarkan asal-usul geografis, menjadi dua 'bangsa', mewakili Utara (northerners atau Boreales, yang mencakup orang-orang Inggris dari utara Sungai Trent dan Skotlandia) dan Selatan (southerners atau Australes, yang mencakup orang Inggris dari selatan Sungai Trent, orang Irlandia dan orang Welsh).[20][21] Pada abad-abad berikutnya, asal usul geografis terus mempengaruhi afiliasi banyak mahasiswa ketika keanggotaan sebuah kolese atau asrama menjadi norma di Oxford. Selain itu, anggota banyak ordo keagamaan, termasuk Dominikan, Fransiskan, Karmelit, dan Agustinian yang menetap di Oxford pada pertengahan abad ke-13, memperoleh pengaruh dan memelihara rumah atau asrama untuk mahasiswa.[22] Pada waktu yang hampir bersamaan, para dermawan swasta mulai mendirikan kolese sebagai komunitas ilmiah yang independen. Di antara pendiri paling awal adalah William dari Durham, yang pada tahun 1249 mendirikan University College,[22] dan John Balliol, ayah dari calon Raja Skotlandia, mendirikan Balliol College yang menyandang namanya.[20] Pendiri lainnya, Walter de Merton, yang merupakan seorang Lord Chancellor Inggris yang kemudian menjadi Uskup Rochester, merancang serangkaian peraturan untuk kehidupan kampus;[23][24] Merton College dengan demikian menjadi model bagi kolese-kolese lain di Oxford,[25] dimana praktiknya juga tertular di Universitas Cambridge. Setelah itu, semakin banyak mahasiswa yang tinggal di sebuah kolese dibandingkan di aula dan rumah ibadah.[22] Pada tahun 1333–1334, upaya dari beberapa akademisi Oxford untuk mendirikan Universitas Stamford, dihalangi oleh kedua universitas Oxford dan Cambridge dimana mereka mengajukan petisi kepada Raja Edward III.[26] Setelah itu, hingga tahun 1820-an, tidak ada universitas baru yang diizinkan didirikan di Inggris, bahkan di London; dengan demikian, Oxford dan Cambridge memiliki duopoli, yang tidak biasa terjadi di negara-negara besar di Eropa Barat.[27][28] ReformasiSebagai institusi yang terafiliasi dengan gereja, Oxford telah, selama berabad-abad menjalankan tradisinya yang ultrakonservatif. Reformasi administratif pada abad ke-19 mencakup penggantian ujian lisan dengan ujian masuk tertulis, toleransi yang lebih besar terhadap para Pengingkar Inggris, dan pendirian empat kolese yang dikhususkan bagi perempuan (sebelumnya perempuan dilarang untuk mendapatkan gelar dan pendidikan di Oxford). Keputusan Dewan Penasihat pada abad ke-20 (misalnya penghapusan ibadah harian wajib, pemisahan Regius Professorship bahasa Ibrani dari status klerikal, pengalihan warisan teologis perguruan tinggi ke tujuan lain) melonggarkan hubungan Oxford dengan gereja dan praktik tradisional. Selain itu, meskipun Oxford secara historis menekankan pada pengetahuan klasik, kurikulumnya diperluas pada abad ke-19 hingga mencakup studi ilmiah dan kedokteran. Pada tahun 1875, Universitas Oxford mengeluarkan statuta yang memperbolehkan pengujian bagi perempuan pada tingkat sarjana;[29] untuk periode singkat di awal tahun 1900-an, statuta ini mengizinkan perempuan untuk menerima gelar ad eundem dari Universitas Dublin.[30] Pada bulan Juni 1878, Asosiasi Pendidikan Wanita (AEW) dibentuk, yang bertujuan untuk mendirikan sebuah kolese khusus untuk wanita di Oxford. Beberapa anggota asosiasi terkenal meliputi George Granville Bradley, T. H. Green dan Edward Stuart Talbot. Talbot bersikeras pada pendirian institusi khusus Anglikan, yang tidak dapat diterima oleh sebagian besar anggota lainnya. Kedua kubuh tersebut akhirnya pecah, dan kelompok Talbot mendirikan Lady Margaret Hall pada tahun 1878, sementara T. H. Green mendirikan Somerville College yang tidak berdenominasi pada tahun 1879.[31] Lady Margaret Hall dan Somerville membuka pintu bagi 21 siswa pertama mereka (12 dari Somerville, 9 dari Lady Margaret Hall) pada tahun 1879, yang menghadiri kuliah di ruangan di atas toko roti Oxford.[29] Terdapat juga 25 pelajar perempuan yang tinggal di rumah atau bersama teman-temannya pada tahun 1879, sebuah kelompok yang berkembang menjadi Perkumpulan Pelajar Rumahan Oxford dan pada tahun 1952 menjadi St Anne's College.[32][33] Pada tanggal 7 Oktober 1920 perempuan mulai diberi hak untuk diterima sebagai anggota penuh universitas dan diberi hak tambahan untuk mengambil gelar.[34] Pada tahun 1927, don universitas menciptakan kuota yang membatasi jumlah mahasiswa perempuan hingga seperempat jumlah mahasiswa laki-laki, sebuah keputusan yang tidak dihapuskan hingga tahun 1957.[29] Namun, pada periode ini, kolese-kolese di Oxford masih bersifat lajang, sehingga jumlah perempuan juga dibatasi oleh kapasitas kolese perempuan yang ada dalam penerimaan mahasiswa. Baru pada tahun 1959 kolese khusus wanita diberi status kolegiat penuh.[35] Pada tahun 1974, Brasenose, Jesus, Wadham, Hertford dan St Catherine's menjadi kolese pertama yang (sebelumnya seluruhnya laki-laki) menerima perempuan.[36][37] Mayoritas kolese pria tunggal menerima mahasiswi pertama mereka pada tahun 1979,[37] diikuti oleh Christ Church pada tahun 1980,[38] dan Oriel menjadi kolese pria tunggal terakhir yang menerima mahasiswi pada tahun 1985.[39] Sebagian besar kolese pascasarjana Oxford didirikan sebagai lembaga pendidikan bersama pada abad ke-20, kecuali St Antony's, yang didirikan sebagai kolese pria pada tahun 1950 dan mulai menerima perempuan hanya pada tahun 1962.[40] Pada tahun 1988, 40% mahasiswa sarjana di Oxford adalah perempuan;[41] pada tahun 2016, 45% populasinya adalah mahasiswi, dan setidaknya 47% merupakan mahasiswi sarjana.[42][43] KampusUniversitas Oxford adalah "universitas kota" yang tidak memiliki kampus utama; kolese, departemen, akomodasi, dan fasilitas lainnya tersebar di seluruh pusat kota. Area Sains, yang merupakan tempat sebagian besar departemen sains berada, merupakan area yang umumnya disebut dengan kampus. Kawasan Observatorium Radcliffe seluas sepuluh acre (4 hektar) di barat laut kota Oxford saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Gedung-gedung universitas yang ikonis meliputi Radcliffe Camera, Teater Sheldonian yang digunakan untuk konser musik, ceramah, dan upacara universitas, serta Examination Schools, tempat diadakannya ujian dan beberapa perkuliahan. Sebelum adanya Sheldonian, Gereja Universitas Santa Perawan Maria sebelumnya digunakan untuk upacara-upacara akademis. Pada tahun 2012–2013, pihak universitas menjalankan pembangunan Castle Mill seluas satu hektar (400 mx 25 m) yang kontroversial di blok mahasiswa 4–5 lantai yang menghadap Cripley Meadow dan Port Meadow yang bersejarah, sehingga menghalangi pemandangan menara di pusat kota.[44] Pembangunan tersebut telah diibaratkan oleh banyak orang seperti membangun "gedung pencakar langit di samping Stonehenge".[45] Oxford juga memiliki Taman Universitas, kawasan seluas 70 acre (28 ha) di timur laut kota Oxford, dekat dengan Keble College, Somerville College, dan Lady Margaret Hall. Taman ini terbuka untuk umum pada siang hari. Botanic Garden di High Street adalah kebun raya tertua di Inggris. Kebun ini berisi lebih dari 8.000 spesies tanaman berbeda di lahan seluas 18 ha (44+1⁄2 ekar). Hal ini menjadikannya salah satu tempat koleksi tumbuhan utama yang paling beragam di dunia dan mencakup perwakilan lebih dari 90% famili tumbuhan tingkat tinggi. Harcourt Arboretum adalah situs seluas 130-ekar (53 ha) selatan kota yang mencakup hutan asli dan padang rumput seluas 67 acre (27 hektar). Hutan bernama Wytham Woods seluas 1.000-ekar (4,0 km2) juga dimiliki oleh universitas dan digunakan untuk penelitian di bidang zoologi dan perubahan iklim.[46] Organisasi dan tata kelolaSebagai universitas kolegiat, Universitas Oxford memberi wewenang kepada kolese-kolesenya untuk mengatur pengajaran bagi mahasiswa sarjana, dan anggota suatu departemen akademik biasanya juga tersebar di kolese-kolese tersebut. Meskipun kolese tertentu memiliki keselarasan pada mata pelajaran tertentu (misalnya, Nuffield College sebagai pusat ilmu-ilmu sosial), sebagian besar kolese lainnya memiliki gabungan akademisi dan mahasiswa dari beragam mata pelajaran. Fasilitas seperti perpustakaan disediakan pada semua tingkatan: oleh universitas pusat (Bodleian), oleh departemen (perpustakaan masing-masing departemen, seperti Perpustakaan Fakultas Bahasa Inggris), dan oleh kolese (yang masing-masing memiliki perpustakaan multi-disiplin untuk penggunaan anggotanya). Pemerintahan pusatPimpinan formal universitas dijabat oleh seorang kanselir, saat ini dipegang oleh the Lord Patten of Barnes, dan seperti di sebagian besar universitas Inggris lainnya, jabatan seorang kanselir hanyalah sebuah formalitas dan tidak terlibat dalam pengelolaan sehari-hari universitas. Kanselir dipilih oleh anggota konvokasi, sebuah badan yang terdiri dari seluruh lulusan universitas, yang memegang jabatan tersebut sampai mati.[47] Wakil Kanselir, saat ini Irene Tracey,[4] adalah pimpinan de facto universitas. Lima wakil kanselir lainnya memiliki tanggung jawab khusus untuk pendidikan; riset; perencanaan dan sumber daya; pembangunan dan urusan luar negeri; dan personel serta kesamarataan. Dua proktor universitas, yang dipilih setiap tahun secara bergilir dari dua kolese mana pun, merupakan ombudsman internal yang memastikan bahwa pimpinan pusat dan anggotanya mematuhi statuta universitas. Peran ini mencakup disiplin dan pengaduan mahasiswa, serta pengawasan terhadap proses pengajaran.[48] Para profesor universitas secara kolektif disebut sebagai Statutory Professors of the University of Oxford dan memiliki pengaruh yang besar dalam jalannya program pascasarjana universitas. Universitas Oxford adalah sebuah "universitas negeri" (disebut sebagai universitas publik di Britania Raya) dalam artian bahwa Oxford menerima dana publik dari pemerintah. Namun, Oxford juga dapat dikatakan sebagai "universitas swasta" dalam artian bahwa mereka sepenuhnya merdeka dari pengaruh pemerintah dan, secara teori, dapat memilih untuk menjadi sepenuhnya swasta dengan menolak dana dari pemerintah Inggris.[49] KoleseUntuk menjadi anggota universitas, semua mahasiswa, dan sebagian besar staf akademik, juga diwajibkan untuk menjadi anggota suatu kolese atau asrama. Terdapat tiga puluh sembilan kolese di Universitas Oxford dan empat asrama swasta permanen (PPH), yang masing-masing mengendalikan keanggotaannya dan memiliki struktur serta aktivitas internalnya sendiri.[50] Tidak semua kolese menawarkan semua program studi, namun umumnya, kolese-kolese menyediakan berbagai macam mata pelajaran. Terdapat 39 kolese (college) dan 4 Private Hall di Universitas Oxford:
Asrama swasta permanen (Permanent Private Hall) didirikan oleh denominasi Kristen yang berbeda. Salah satu perbedaan antara kolese dan PPH adalah bahwa meskipun kolese diatur oleh rekan-rekan kolese tersebut, pengelolaan PPH berada, setidaknya sebagian, pada denominasi Kristen yang bersangkutan. Keempat PPH yang ada saat ini adalah:
Kolese dan PPH bergabung sebagai Konferensi para-Kolese, yang mewakili keprihatinan bersama dari beberapa kolese di universitas, untuk membahas masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama dan bertindak secara kolektif bila diperlukan, seperti dalam berurusan dengan universitas pusat.[51][52] Konferensi para-Kolese didirikan berdasarkan rekomendasi Komisi Franks pada tahun 1965.[53] AfiliasiUniversitas Oxford adalah anggota dari Russell Group, Grup Coimbra, G5, Liga Universitas Riset Eropa, dan Aliansi Internasional Universitas Riset. Universitas ini juga merupakan anggota inti dari Europaeum dan bagian dari "segitiga emas" universitas-universitas di Britania Raya (bersama dengan Cambridge dan Universitas London).[54] Profil akademikPenerimaan mahasiswa
Sama halnya dengan sebagian besar universitas di Inggris, calon mahasiswa sarjana mendaftar melalui sistem aplikasi UCAS. Unik untuk Oxford dan Cambridge, beserta calon mahasiswa untuk kedokteran dan kedokteran gigi adalah mereka diharuskan memenuhi tenggat waktu lebih awal yaitu tanggal 15 Oktober setiap tahunnya untuk mengirimkan pendaftaran.[67] Sutton Trust menyatakan bahwa Universitas Oxford dan Universitas Cambridge menerima mahasiswa sarjana secara tidak proporsional dari 8 sekolah swasta berbiaya tinggi yang menyumbang 1.310 tempat di Oxbridge selama tiga tahun berturut-turut. Sebagai perbandingan, keduanya hanya menerima 1.220 orang dari 2.900 sekolah lainnya.[68] Untuk memungkinkan penilaian yang lebih personal terhadap mahasiswa yang mungkin akan melamar ke keduanya, pelamar sarjana tidak diizinkan untuk mendaftar ke Oxford dan Cambridge pada tahun yang sama. Satu-satunya pengecualian adalah pelamar untuk beasiswa organ[69] dan mereka yang mendaftar untuk mengambil gelar sarjana kedua.[70] Oxford memiliki tingkat penawaran terendah dari semua universitas Russell Group.[71] Kebanyakan pelamar memilih untuk mendaftar ke salah satu kolese. Untuk mahasiswa sarjana, kolese-kolese di Oxford bekerja sama untuk memastikan bahwa siswa terbaik mendapatkan tempat di universitas tersebut terlepas dari preferensi kolese mereka. Bagi mahasiswa pascasarjana, semua pelamar yang menerima tawaran dari universitas akan dijamin keanggotaannya di sebuah kolese, meskipun mereka belum tentu diberikan keanggotaan di kolese pilihannya.[72] Seleksi mahasiswa sarjana didasarkan pada hasil ujian yang diprediksi dan dicapai, referensi sekolah, dan, dalam beberapa mata pelajaran, tes penerimaan tertulis atau karya tertulis yang dikirimkan oleh kandidat. Sekitar 60% pelamar terpilih, meskipun hal ini bervariasi berdasarkan subjek. Setiap kolese biasanya akan mengundang kandidat terpilih untuk menghadiri wawancara, di mana mereka diberikan makanan dan akomodasi selama sekitar tiga hari pada bulan Desember. Sebagian besar pelamar sarjana akan diwawancarai secara individual oleh akademisi di lebih dari satu kolese. Pada tahun 2020 wawancara dipindahkan secara online,[73] dan akan tetap berlangsung secara online hingga setidaknya tahun 2027.[74] Penawaran untuk memasuki sarjana biasanya dikirimkan pada awal Januari, dan setiap tawaran biasanya berasal dari kolese tertentu. Satu dari empat kandidat mendapatkan tempat dari kolese yang tidak mereka lamar. Beberapa program studi mungkin memberikan "penawaran terbuka" kepada beberapa kandidat, yang tidak ditugaskan ke kolese tertentu hingga hasil A-Level mereka keluar di bulan Agustus.[75][76] Oxford sering mendapat kecaman karena dituding mempromosikan elitisme, terlihat dari banyaknya mahasiswa berpendidikan swasta di dalamnya;[77] sebagai contoh, penolakan Laura Spence dari universitas tersebut pada tahun 2000 menimbulkan perdebatan yang luas.[78] Pada tahun 2016, Universitas Oxford hanya memberikan penawaran kepada 59% pelajar Inggris dari sekolah negeri, sementara sekitar 93% dari seluruh pelajar Inggris dan 86% siswa Inggris pasca-16 tahun dididik di sekolah negeri secara keseluruhan.[79][80][81] Universitas Oxford menghabiskan lebih dari £6 juta per tahun pada program penjangkauan untuk mendorong pelamar dari demografi yang kurang terwakili.[79] PengajaranPengajaran sarjana berpusat pada tutorial, di mana 1-4 siswa menghabiskan kira-kira satu jam bersama dengan seorang akademisi untuk mendiskusikan pekerjaan minggu mereka, biasanya sebuah esai (humaniora, sebagian besar ilmu sosial, beberapa ilmu matematika, fisika, dan kehidupan) atau lembar masalah (sebagian besar matematika, fisika, dan ilmu kehidupan, dan beberapa ilmu sosial). Universitas pusat sendiri bertanggung jawab untuk menyelenggarakan ujian dan pemberian gelar. Pengajaran sarjana berlangsung selama tiga semester akademik yang terdiri dari delapan minggu per semester: Michaelmas, Hilary dan Trinity.[82] (Secara resmi dikenal sebagai 'Semester Penuh') Secara internal, minggu-minggu dalam suatu semester dimulai pada hari Minggu, dan disebut secara numerik, dengan minggu awal dikenal sebagai "minggu pertama ", dan minggu terakhir disebut sebagai "minggu kedelapan" dan penomorannya diperpanjang untuk merujuk pada minggu-minggu sebelum dan sesudah semester (misalnya, "minggu ke-8" mendahului semester).[83] Mahasiswa sarjana harus berada di Oxford mulai Kamis minggu ke-0. Masa pengajaran di Oxford lebih pendek dibandingkan dengan sebagian besar universitas Inggris lainnya,[84] dan total durasinya kurang dari setengah tahun. Namun, mahasiswa sarjana juga diharapkan melakukan beberapa tugas akademik selama tiga periode libur (yang dikenal dengan Natal, Paskah, dan Libur Panjang). Gelar penelitian di tingkat master dan doktoral diberikan dalam semua mata pelajaran yang dipelajari di tingkat pascasarjana di universitas. BeasiswaAda banyak peluang bagi mahasiswa di Oxford untuk menerima bantuan keuangan selama masa studi mereka. Oxford Opportunity Bursaries, yang diperkenalkan pada tahun 2006, adalah beasiswa berbasis sarana yang berlaku di seluruh universitas yang tersedia bagi semua program sarjana, dengan total kemungkinan hibah sebesar £10,235 untuk gelar 3 tahun. Selain itu, masing-masing kolese juga menawarkan beasiswa dan dana untuk membantu siswanya. Untuk studi pascasarjana, ada banyak beasiswa yang melekat pada universitas, tersedia bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang, mulai dari Beasiswa Rhodes hingga Beasiswa Weidenfeld yang relatif baru.[85] Oxford juga menawarkan Beasiswa Clarendon yang terbuka untuk pelamar pascasarjana dari semua negara.[86] Beasiswa Clarendon pada dasarnya didanai oleh Oxford University Press, yang bekerja sama dengan kolese dan kemitraan penghargaan lainnya.[87][88] Pada tahun 2016, Universitas Oxford mengumumkan bahwa mereka akan menyelenggarakan kursus ekonomi online gratis pertamanya sebagai bagian dari skema "kursus online terbuka besar-besaran" (Mooc), dalam kemitraan dengan jaringan universitas online AS.[89] Kursus yang tersedia disebut 'Dari Kemiskinan Menuju Kemakmuran: Memahami Pembangunan Ekonomi'. Siswa yang berhasil dalam ujian awal akan diberi penghargaan oleh kolese mereka dengan beasiswa dan eksibisi, biasanya merupakan hasil dari sumbangan jangka panjang, meskipun sejak diperkenalkannya biaya sekolah, jumlah uang yang tersedia hanya berupa nominal. Para sarjana, dan peserta eksibisi di beberapa kolese, berhak mengenakan jubah akademik yang lebih tebal; commoners atau "rakyat jelata" (mereka yang harus membayar makanan dan penginapan) dibatasi pada pakaian akademis pendek tanpa lengan. Oleh karena itu, istilah "sarjana" dalam kaitannya dengan Oxford memiliki arti khusus dan juga arti yang lebih umum dari seseorang yang memiliki kemampuan akademis yang luar biasa. Di masa lalu, ada "bangsawan rakyat jelata" dan "tuan-tuan rakyat jelata", namun pangkat ini dihapuskan pada abad ke-19. Beasiswa "Tertutup", yang hanya tersedia bagi kandidat yang memenuhi persyaratan tertentu seperti berasal dari sekolah tertentu, dihapuskan pada tahun 1970an dan 1980an.[90] PerpustakaanUniversitas Oxford memiliki sistem perpustakaan universitas terbesar di Inggris,[12] dan, dengan lebih dari 11 juta volume disimpan di rak sepanjang 120 mil (190 km), grup Bodleian adalah perpustakaan terbesar kedua di Inggris, setelah British Library. Bodleian merupakan perpustakaan deposit resmi, artinya perpustakaan berhak meminta salinan gratis dari setiap buku yang diterbitkan di Inggris. Oleh karena itu, koleksinya bertambah dengan kecepatan lebih dari tiga mil (lima kilometer) rak setiap tahunnya.[91] Bangunan yang disebut sebagai perpustakaan penelitian utama universitas, The Bodleian, terdiri dari Perpustakaan Bodleian asli di Old School Quadrangle, yang didirikan oleh Sir Thomas Bodley pada tahun 1598 dan dibuka pada tahun 1602,[92] Radcliffe Camera, Gedung Clarendon, dan Perpustakaan Weston. Sebuah terowongan di bawah Broad Street menghubungkan gedung-gedung ini, dengan Gladstone Link, yang dibuka untuk pembaca pada tahun 2011, menghubungkan Old Bodleian dan Radcliffe Camera. Grup Perpustakaan Bodleian dibentuk pada tahun 2000, menyatukan Perpustakaan Bodleian dan beberapa perpustakaan mata pelajaran lainnya.[93] Bodleian sekarang terdiri dari 28[94] perpustakaan, beberapa di antaranya dibuat dengan menyatukan koleksi-koleksi yang sebelumnya terpisah, termasuk Perpustakaan Sackler, Perpustakaan Hukum, Perpustakaan Ilmu Sosial, dan Perpustakaan Sains Radcliffe.[93] Produk utama lainnya dari kolaborasi ini adalah sistem perpustakaan terintegrasi bersama bernama OLIS (Oxford Libraries Information System),[95] dan sistem antarmuka publiknya, SOLO (Search Oxford Libraries Online), yang juga menyediakan katalog elektronik yang mencakup semua perpustakaan anggota dan juga perpustakaan masing-masing kolese dan perpustakaan fakultas lainnya, yang bukan anggota kelompok tetapi membagi informasi katalog.[96] Tempat penyimpanan buku baru dibuka di South Marston, Swindon, pada bulan Oktober 2010,[97] dan proyek pembangunan terbaru termasuk renovasi gedung New Bodleian, yang berganti nama menjadi Perpustakaan Weston ketika dibuka kembali pada tahun 2015.[98][99] Renovasi ini dirancang untuk menampilkan dengan lebih baik berbagai harta perpustakaan (termasuk Folio Pertama Shakespeare dan Alkitab Gutenberg). MuseumOxford memiliki sejumlah museum dan galeri, yang dibuka secara gratis untuk umum. Museum Ashmolean, didirikan pada tahun 1683, adalah museum tertua di Inggris, dan museum universitas tertua di dunia.[100] Ashmolean menyimpan banyak koleksi seni dan arkeologi, termasuk karya Michelangelo, Leonardo da Vinci, J.M.W. Turner, dan Picasso, serta harta karun seperti Scorpion Macehead, Kronik Paros, dan Alfred Jewel. Di dalamnya juga terdapat "The Messiah", biola Stradivarius asli, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai salah satu contoh terbaik yang pernah ada.[101] Museum Sejarah Alam Universitas (Oxford University Museum of Natural History) menyimpan spesimen zoologi, entomologi, dan geologi universitas. OUMNH bertempat di sebuah bangunan neo-Gotik besar di Parks Road, di Area Sains universitas.[102][103] Di antara koleksinya adalah kerangka Tyrannosaurus rex dan Triceratops, serta sisa-sisa burung dodo terlengkap yang tidak bisa ditemukan di mana pun di dunia. Universitas ini juga menjadi tuan rumah Simonyi Professorship of the Public Understanding of Science, yang saat ini dijabat oleh Marcus du Sautoy.[104] PercetakanOxford University Press adalah pers universitas tertua kedua di dunia dan saat ini merupakan percetakan universitas terbesar berdasarkan jumlah publikasinya.[105] Lebih dari 6.000 buku baru diterbitkan setiap tahunnya,[106] termasuk banyak karya referensi, profesional, dan akademis (seperti Oxford English Dictionary, Concise Oxford English Dictionary, Oxford World's Classics, Oxford Dictionary of National Biography, dan Concise Kamus Biografi Nasional). PeringkatMenurut Peringkat Universitas Dunia Times Higher Education tahun 2012, Oxford adalah salah satu dari enam universitas paling bergengsi di dunia.[107] Dalam Times Higher Education World University Rankings 2013, Oxford menempati posisi dua di bawah Universitas Harvard, atau yang pertama di Britania Raya dan Eropa.[108] Oxford juga menempati posisi satu selama tiga tahun berturut-turut dalam pemeringkatan Klinis, Pra-klinik dan Kesehatan.[109] Oxford telah menduduki posisi pertama dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh Times Good University Guide selama sebelas tahun berturut-turut,[110] dan berada di posisi kedua dalam pemeringkatan The Guardian pada tahun 2013.[111] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai University of Oxford. Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|