Taoisme

Laozi yang dilukiskan sebagai Manifestasi pimpinan Ajaran TAO

Taoisme (Tionghoa: 道教 atau 道家 ) juga dikenal dengan Daoisme, diprakarsai oleh Laozi (老子;pinyin:Lǎozǐ). Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berdasarkan Daode Jing (道德經,pinyin:Dàodé Jīng) berisi analogi Kitab Yi Jing - Kong Jia. Awalnya Daode jing disebut Laozi Wuqianyan (老子五千言) atau Tulisan Laozi Lima Ribu Kata. Kitab singkat yang berjudul Daodejing itu, untuk selanjutnya menjadi kitab pegangan utama bagi para penganut Daoisme.Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi (莊子) yang merupakan tokoh penulis kitab yang berjudul Zhuangzi. Selain itu ada Lie Zi 列子, Huainan zi 淮南子 juga termasuk filsuf Taoisme. Lie Zi, Huainan Zi juga membuat kitab yang berjudul Lie Zi dan Huainan Zi.

Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang mempelajari kehidupan alam berasal dari Tiongkok. Taoisme muncul pada era akhir Dinasti Han Timur dan akar-akar pemikirannya telah ada setelah Agama Ruisme atau Kong Jia. Hal ini dapat disebut sebagai tahap awal terbentuknya kelompok Taiping Dao yang membuat Filsafat Taoisme dengan analeknya. Bentuk Taoisme yang lebih sistematis dan berupa aliran filsafat muncul setelahnya. Selain aliran filsafat, Taoisme juga muncul dalam bentuk aliran kepercayaan rakyat, yang mulai berkembang 2 abad setelah perkembangan filsafat Taoisme.en:List of editiones principes in Greek

Taoisme sebelum Dinasti Qin

Setelah berakhirnya Zaman Chunqiu, Disaat Zaman Berperangan yang menjadikan Tiongkok terbagi-bagi menjadi beberapa kerajaan yang berbeda-beda, sehingga Shihuangdi (秦始皇帝) menyatukan semua kerajaan tersebut dan membentuk Dinasti Qin. Sebelum Dinasti Qin, Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi, tetapi bukan sebuah agama. Taoisme yang mementingkan kesehatan, pernah mendiskusikan “hidup abadi” dalam konteks ajarannya, Taoisme dijadikan dasar perkembangan kepercayaan manusia untuk menjadi dewa dalam mencapai keabadian.[1]

Agama Dao dan Daojia

Sima Tan 司馬談 ( 165-110 SM ) membagi pemikiran filsuf-filsuf Tiongkok menjadi enam. Yaitu: Ruisme/ Rujia 儒家, Taoisme/ Daojia 道家, Legalisme/ Fajia 法家, Aliran filsafat Yinyang / Yinyangjia 陰陽家, Mohisme/ Mojia 墨家, Filsafat nama ( logika )/ Mingjia 名家.

Filsafat Tao ( disebut Dao jia 道家 ) ini kemudian digabung dengan pemikiran-pemikiran Huangdi 黃帝 ( Kaisar Kuning ). Disebut Huanglao Dao 黃老道 ( jalan/ajaran Huangdi dan Laozi ). Huanglao dao ini adalah cikal bakal agama Tao. Sedangkan Daojia tetap berjalan sebagai aliran filsafat. Bahkan menjadi sistem pemerintahan pada masa awal dinasti Han berdiri hingga dihapus oleh kaisar Han Wudi 漢武帝( 157-87 BCE ) atas usulan Dong Zhongshu 董仲舒.

Agama Tao atau Daojiao 道教 didirikan oleh Zhang Ling atau yang lebih dikenal dengan nama Zhang Daoling 張道陵 ( 34-156 ). Selain menggunakan kitab Daodejing, Zhang Daoling juga menggunakan kitab Taiping jing 太平經 ( kitab kedamaian agung ).[2] Agama Tao mengenal tiga tokoh yang mendirikan dan membangun ajaran Tao. Pertama adalah Lao Tze atau Zhang Jiao atau Zhang Jue, kedua adalah Zhang Bao dan ketiga adalah Zhang Daoling atau Zhang Liang.

Pada era sekarang ini, agama Dao merupakan ajaran-ajaran Laozi-Zhuangzi yang berkembang yang memiliki banyak penganut. Agama Dao bertujuan agar mengarahkan manusia mencapai TAO yaitu suatu keadaan di mana Manusia mencapai Kesempurnaan, agama ini lebih bersifat kemanusiaan, dan berpotensi memenuhi keperluan rohaniah manusia. Dalam agama Dao, Laozi didewakan sebagai Taishanglaojun (太上老君) dan hari lahirnya adalah tanggal 15 bulan 2 kalender Tionghoa.Kitab-kitab Daode Jing dan Zhuangzi, Taipingjing 太平經, Zhengyi jing 正一經, Gaoshang Xinying Miao jing 高尚心印妙經, Qingjing jing 清靜經 dan masih banyak kitab lainnya yang menjadi kitab suci agama Tao dikanonisasi. Disebut Daozang 道藏 ( kanon Dao ).

Daojia adalah pusat pengkajian filsafat tentang Daode Jing dan Zhuangzi, ajaran ini mengandung unsur mistisme yang tidak mendewakan apa-apa. Daojia digolongkan kepada tiga generasi yaitu “Daojia sebelum Qin” (先秦老莊道家),”Qin-Han Daojia” (秦漢黃老道家), dan ”Wei-Jin Daojia” (魏晋玄學道家). Setelah generasi Wei-Jin, Daojia tidak lagi berupa agama tersendiri, tetapi digabungkan dalam ajaran agama Dao. Saat ini, ajaran tersebut dikenal sebagai Taoisme.[3]

Tokoh Sentral

Tokoh sentral dari Taoisme adalah Laozi atau Zhang Jiao. Mengenai biografinya, terdapat sebuah pertanyaan mengenai kebenaran historis Laozi. Ada berbagai pihak yang memperdebatkan mengenai hal ini. Ada pihak yang menyatakan Laozi hanya tokoh rekaan, karena cerita-cerita mengenai dirinya banyak yang tidak masuk akal. Di pihak lain, ada yang menerima semua cerita dan tradisi. Maka secara hasil penelitian bahwa lao zi adalah tokoh manisfestasi pengkultusan dalam kelompok Tao oleh para muridnya. Mereka menerima tokoh Laozi benar-benar ada, namun hal itu tidak terlalu penting untuk dibicarakan. Mereka lebih suka membahas kitabnya dan isi pengajaran Taoisme.[4]

Sumber mengenai kehidupan Laozi dapat dilihat dalam Shi Ji 史記 yang merupakan catatan sejarah dari Sima Qian 司馬遷 yang hidup pada abad pertama sebelum Masehi.[5] Meskipun Sima Qian mengetahui ada konflik historis di dalan cerita tersebut, namun ia tetap menulis apa adanya, karena ia tidak mengetahui mana yang benar atau tidak.[5] Ia hanya menuliskannya dalam 248 huruf Tionghoa dan diterjemahkannya melalui kisah dari mulut ke mulut dalam lingkungan menganut Tao.

Menurut tradisi Laozi lahir kira-kira tahun 50-200 M di negara Chu (provinsi Honan).[6] Nama Laozi dapat diterjemahkan sebagai “Putra Tua”, “Sahabat Tua”, ataupun “Sang Guru Tua”.[6] Sebutan ini merupakan suatu gelar kecintaan dan penghormatan.[6] Pekerjaannya adalah pemelihara arsip, dan sebagai Kepala perpustakaan Dinasti Han Timur bahwa dengan pekerjaannya itu ia hidup secara sederhana dan tidak banyak tuntutan.[6] Kepribadiannya, hampir seluruhnya didasarkan pada sebuah buku kecil yang dianggap ditulis oleh dia sendiri.[6]

Sedih karena kecenderungan orang mengambil manfaat dari kebaikan yang diajarkannya, serta berusaha mencari kedamaian pribadi yang lebih besar pada usianya yang semakin lanjut, akhirnya Laozi menunggang seekor kerbau dan pergi ke arah Barat, yaitu yang sekarang disebut Tibet (Lembah Hankao).[6] Sebelum pergi, ada seorang penjaga gerbang yang berusaha menahannya agar tidak pergi. Karena usahanya gagal, ia meminta Laozi untuk meninggalkan suatu catatan mengenai pandangan Laozi.[6] Kemudian Laozi tinggal selama tiga hari, dan setelah itu ia kembali dengan sebuah buku kecil yang berisi ± 5000 hanzi berjudul Dao De Jing.[6]

Laozi juga dikatakan hidup satu zaman dengan Konfusius. Akan tetapi dengan menyelidiki kitab Daode Jing, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena ada beberapa gagasan yang tidak mungkin dikenal umum pada masa Konfusius.[6] Kebanyakan ahli masa kini menyatakan Laozi hidup ± 2 abad setelah Konfusius.[6]

Ajaran Taoisme

Dao

Inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tetapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De (德). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud di saat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktikkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.

Taoisme membahas proses terjadinya alam semesta dan semua mahluk, dalam Daode Jing Bab 42:

“道生一,一生二,二生三,三生万物。万物负阴而抱阳,冲气以为和"

Berarti: Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yinyang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut sebagai sumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yinyang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.

Secara terminologi, Yin dan Yang diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda bersifat dualisme yang terdiri dari unsur positif dan unsur negatif. Benda yang tidak memiliki unsur negatif dan positif, itu bermakna kosong dan hampa. Seperti halnya magnet, magnet mempunyai unsur positif dan negatif, kedua-duanya bersifat saling melengkapi. Magnet tanpa unsur positif, maka tidak terwujudnya unsur negatif. Itu bermakna bahwa magnet tidak akan terwujud jika tidak memiliki kedua unsur tersebut.

Kemudian Taoisme memiliki penekanan kuat terhadap keselarasan manusia dengan Dao dan alam semesta. Dao dipandang mengatasi segala hal, baik manusia maupun alam, dan sekaligus juga tersebar di dalam alam ini.[7] Dalam Taoisme dikatakan bahwa manusia harus hidup menurut tata cara alam (Dao), memahami hakikatnya, dan hidup selaras dengannya.[7]

Dao sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dao yang sesungguhnya hanya dapat dipahami dengan melalui kesadaran rohani manusia.[7] Akan tetapi, untuk dapat memudahkan orang mengerti akan Dao ini, maka Dao harus dijelaskan dengan kata-kata.[7] Dao secara harafiah dapat dikatakan sebagai "jalan setapak" atau "jalan".[7] Untuk dapat lebih memahami "jalan" ini, maka ada tiga makna yang dapat dipelajari:

1. Tao adalah Jalan dari Kenyataan Terakhir Dao tidak dapat ditangkap karena melampaui jangkauan panca indera. Dao melampaui segala pikiran dan khayalan. Oleh sebab itu, kata-kata tidak akan dapat menjelaskan Dao yang sesungguhnya.[6] Dao adalah yang maha besar dan merupakan asas totalitas segala benda dan kehidupan. Dao adalah substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup, juga merupakan sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir.[7] Makna Dao yang pertama dan terdasar ini dapat diketahui, hanya melalui kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.[6]

2. Tao adalah Jalan Alam Semesta Dao memiliki sifat transenden tetapi juga imanen. Dao menjadi penggerak dari alam semesta ini, yaitu sebagai kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam, dan juga sebagai asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Dao adalah roh yang mendiami seluruh alam, sehingga ia menjadi “benda” dan bersifat imanen.[6]

3. Tao adalah Jalan Manusia Menata Hidupnya Dao juga memberikan petunjuk kepada manusia mengenai kehidupan yang seharusnya dijalani oleh manusia supaya selaras dengan cara bekerja alam semesta ini.[6] Hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dan etika Taoisme lainnya.

Lambang Yin Yang

Lambang Yin Yang

Lambang Yin Yang yang paling populer adalah lambang Xiantian Taiji (先天太極圖) atau Yinyang Yu (陰陽魚) diperkenalkan oleh Lai Zhide (來知德; tahun 1525~1604). Sejarah pengkajian dan perkembangan lambang Yinyang dimulai pada masa Dinasti Song hingga abad ke-15. Lambang Taoisme yang lainnya adalah Chentuan (陳摶) dan Zhou Dunyi (周敦頤), popularitas kedua lambang ini kedudukannya setelah popularitas lambang Xiantian Taiji . Lambang asli dari Taoisme adalah lambang Wuji(無極圖) oleh Chentuan pada awal Dinasti Song, kemudiannya dimajukan oleh Chou Dunyi yang memperkenalkan lambang Taiji (太極圖).

Pandangan tentang Wu Wei

Wu-wei dapat secara harafiah diterjemahkan dengan ‘tidak mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’.[8] Istilah ini sesungguhnya tidak berarti sama sekali tidak ada kegiatan, atau sama sekali tidak berbuat apapun, melainkan berarti berbuat tanpa dibuat-buat dan tidak semau-maunya.[8] Karena wu-wei adalah sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta.[8] Bersikap dibuat-buat dan semau-maunya berlawanan dengan sikap kodrati atau sikap yang wajar.[8] Menurut teori Wu-wei, seseorang hendaknya membatasi kegiatan-kegiatannya pada apa yang diperlukan dan apa yang kodrati atau wajar.[8] Seperti dalam mencapai tujuan tertentu, jangan sampai berbuat berlebihan atau melakukan upaya semau-maunya.[8] Dalam melakukan perbuatan ini, hendaknya orang mengambil kesederhanaan sebagai prinsip hidup yang membimbingnya, sebab umat manusia mempunyai terlampau banyak keinginan dan terlalu banyak pengetahuan.[8] Mereka mencari kebahagiaan dengan cara memenuhi keinginan mereka. Akan tetapi, ketika mereka berusaha memenuhi terlampau banyak keinginan, mereka memperoleh hasil yang sebaliknya.[8]

Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan.[6] Wu-wei merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan; suatu kemampuan yang efektif, yang murni di mana tidak ada gerak yang dihambur-hambur sekadar untuk dipamerkan ke luar.[6] Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang.[6] Rahasianya terletak pada cara mencari ruang kosong dalam hidup dan alam, dan bergerak melaluinya.[6] Chuang Tzu menjelaskan hal ini dengan ceritanya tentang seorang pejagal yang pisaunya tidak pernah tumpul selama dua puluh tahun. Sewaktu didesak untuk menjelaskan rahasianya, pejagal itu menjawab, “Dari antara tulang-tulang pada setiap persendian selalu ada suatu ruang.[6] Jika tidak demikian, tentu tidak akan ada gerakan. Dengan mencari ruang ini dan meingisinya di situ, maka pisau saya dapat melalui tulang-tulang itu tanpa menyentuhnya.”[6]

Gejala alam yang paling mirip dengan Tao dalam pandangan para penganut Taoisme adalah air.[6] Mereka kagum dengan cara air yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan mencari tempat-tempat yang terletak paling rendah.[6] Air juga mempunyai kekuatan yang mampu meluluhkan batu karang dan menghanyutkan bukit-bukit.[6] Sifat luwes tak berhingga namun kokoh tanpa bandingan.[6] Itulah kebajikan air dan demikian juga kebajikan dari Wu-wei.[6] Ciri yang terakhir adalah kejernihannya di saat ia tenang. Namun, kejernihan hanya dapat tertangkap oleh mata batin jika kehidupan manusia itu mencapai ketenangan yang diam dari suatu telaga yang dalam dan hening.[6]

Pandangan tentang Manusia

Menurut pandangan Taoisme, hidup manusia sudah digariskan oleh ‘langit’.[7] Manusia sudah memiliki jalannya masing-masing. Yang harus dilakukan manusia hanya meneliti jalan itu dan mengikuti jejak itu tanpa coba memaksakan pandangannya yang sempit, serta tanpa kehendak ingin menyelewangkan diri dari yang alamiah demi keuntungan pribadi.[7] Sikap semacam itulah yang disebut dengan Wu Wei, yang artinya tidak mencampuri.[7] Wu-wei dapat juga diartikan ‘tidak berkeinginan’.[7] Manusia dalam pandangan Taoisme, harus menghilangkan keinginannya, dan mengikuti jalannya proses alam tanpa mencampuri proses itu.[7]

Menurut Taoisme, apabila manusia menjadi sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita.[9] Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya.[9] Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin.[9] Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. Apabila harta dibuang namun masih ada kemelekatan terhadapa harta tersebut, maka sia-sia saja.[9] Karena itu buanglah kemelekatan terhadap harta dari diri manusia, dan harta benda harus digunakan untuk kepentingan sosial.[9] Dengan demikian manusia tidak akan merasakan penderitaan akibat kehilangan harta. Seperti tertulis dalam Daode Ching Bab 2 ayat 11b: “…Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan apa-apa.”[9]

Manusia yang mengikuti Dao tidak mencampuri hidup orang lain, dalam arti ia tidak memaksakan orang lain membutuhkan, ia menolong mereka menjadi bebas dengan mengikuti Dao.[7] Manusia yang baik adalah yang mampu mengikuti jalannya alam semesta sesuai dengan Dao.[7]

Jika manusia telah berhasil mengikuti jalan Dao, maka ia tidak perlu takut akan kematian.[7] Kematian adalah sebuah proses alam dan manusia tidak dapat melawan alam, oleh karena itu manusia tidak perlu taku atau cemas terhadap kematian. Kematian hanya mengembalikan manusia kepada Dao.[7]

Etika Taoisme

Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur.[7] Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri.[7] Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian.[7] Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja.[7] Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki.”[7] Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia.[7] Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta.[7]

Perkembangan ajaran yang berdasarkan paham Taoisme

Bidang-bidang yang berkembang berdasarkan paham Taoisme, antara lain: Taiji, Qigong, bidang kesehatan, Kimia, musik, dsb. Salah satu perkumpulan Taoisme di Tiongkok memiliki kumpulan kitab-kitab hasil kajian Taoisme. Kitab-kitab tersebut berisikan rangkuman tentang ajaran asli Taoisme, peraturan Taoisme, Qigong, kajian-kajian tentang kesehatan, Kimia, musik dsb.[10]

Aliran-aliran Taoisme

Sebuah kuil Taoisme yang berarsitektur Tiongkok di Cho Lon, Ho Chi Minh, Vietnam

Perkembangan Taoisme selama 2000 tahun ini, telah berkembang menjadi beberapa aliran Taoisme. Secara umum ada dua aliran besar Taoisme. Pertama adalah aliran Zhengyi 正一派[11] dan aliran Quanzhen 全真派.[12] Dikenal juga dengan aliran Fulu 符箓派 dan Danding pai 丹鼎派.

Ciri khas sekte Zhengyi adalah:[11]

Pertama, semua keturuan Zhang Daoling menjadi pemimpin. Sejak tianshi ke 38 Zhang Yucai menjadi “Zhengyi jiaozhu”,jabatan ini dilanjutkan oleh keturunan tianshi. Walau penganugrahan gelar sebagai tianshi ini dihapuskan pada masa dinasti Ming dan Qing, nama Zhengyi jiaozhu juga bukan anugrah dari kaisar, tetapi bagi umat-umatnya adalah hal yang wajar untuk tetap menjadikan keturunan Zhang Daoling sebagai pemimpin mereka.

Kedua, dari segi organisasi, karena terjadinya penggabungan itu asalnya dari berbagai sekte fulu baik yang lama maupun yang baru.Termasuk sekte Longhu, Maoshan, Gezao, Taiyi, Jingming, juga sekte Shenxiao, Qingwei, Donghua, Tianxin dan berbagai sekte kecil lainnya.Organisasinya lebih kendor.Setelah menjadi sekte besar, yang asalnya sekte kecil atau karena kurangnya pewaris kemudian melebur dalam sekte besar, pewarisan di sekte-sekte kecil tetap seperti dahulu, tetapi menjadikan Tianshi sebagai yang utama.Misalnya sekte Longhu, Jingming, Qingwei dan lain-lain, hingga saat ini pewarisannya tidak terputus.

Ketiga, Kitab yang dihormati dan dijunjung bersama adalah kitab “Zhengyi jing”正一经, dengan ilmu utama adalah talisman, menjapa mantra,qirang zaijiao.

Keempat, Daoshi ( pendeta Tao ) boleh tidak tinggal di biara, boleh menikah dan memiliki keturunan, mereka ini disebut “huoju daoshi” 火居道士.Lingkup biaranya dibandingkan biara Quanzhen itu lebih kecil, sila dan aturannya juga tidak ketat.

Dari dua aliran itu kemudian ada sekte-sektenya. Antara lain adalah:

  • Wudoumi Dao (正一盟威道 atau 五斗米道)
    • Qingshui Dao(清水道)
    • Tianxin Pai (天心派)
  • Fulu Pai (符箓派)
    • Qingwei Pai (清微派)
  • Lijia Dao (李家道)
  • Shangqing Pai (上清派)
  • Zhongxuanxie Pai (重玄学派)
  • Jingming Dao (净明道)
  • Taiyi Jiao (太一教 atau太乙道)
  • Xuan Jiao (玄教)
  • Wudang Pai (武当派)
  • Zhong Pai (中派)
  • Xi Pai (西派)
  • Danding Pai (丹鼎派 atau 金 丹 道 教, Jindan Daojiao)
  • Yujun Dao (于君道)
  • Bojia Dao (帛家道)
  • Lingbao Pai (灵宝派)
    • Donghua Pai (东华派)
  • Louguan Dao (楼观道)
  • Lushan Pai (闾山派)
  • Shengxiao Pai (神霄派)
  • Dadao Jiao (大道教 atau 真大道教)
    • Yuxian Pai (遇仙派)
  • Quanzhen Dao (全真道)
    • Nanwu Pai (南无派)
    • Longmen Pai (龙门派)
      • Pidong Zhong (碧洞宗)
  • Dong Pai (东派)

Perkembangan Taoisme di Indonesia

Tidak ada catatan resmi kapan Taoisme masuk ke Nusantara, selain hanya diperkirakan masuk seiring dengan kedatangan orang Tionghoa. Bangunan-bangunan kelenteng dan dewa-dewa utama bisa menunjukkan pengaruh Taoisme, seperti penggunaan istilah‘gong/ kiong 宮’, dewata utamanya seperti Xuantian Shangdi 玄天上帝, Tianshang Shengmu 天上聖母 dan lain-lain.[13]

Jejak-jejak keberadaannya terasa terutama dari aliran Zhengyi sekte Maoshan 茅山 dan Lüshan 閭山, Liuren 六壬.[13] Selain itu di Indonesia ada sekte Zhengyi lainnya yaitu sekte Lüshan 閭山派. Sekte Quanzhen 全真.yang didirikan oleh Wang Chongyang 王重陽( 1113-1170 ).

Di Indonesia berkembang pula kelompok Thày shàng mén 太上门 Xiāo yáo pài 逍遥派,. Selain memuja Thay Shang Lao Cin (= Tài shàng lǎo jūn 太上老君), Er Lang Shen (Èr láng shén 二郎神) dan Ciu Thien Sien Ni (= Jiǔ tiān xuán nǚ 九天玄女), juga memuja Dewa Dewi Tao yang lain.[14] Aliran ini juga mengajarkan Senkung (Shén gōng 神功)(senam kesehatan Tao yang diajarkan oleh Maha Dewa Thay Shang Lao Cin) juga Qigong (Qì gōng 气功)(Olah Raga Pernapasan kesehatan Tao untuk menghimpun Qi dalam tubuh) serta Cingco (Jìng zuò 静坐)(Duduk diam / Meditasi ).[15][16]

Aliran ini mengutamakan pedoman Wu (悟)(Kesadaran - Kecerdasan - Kebijaksanaan) sebagai pedoman cara berpikir dan cara bertindak dalam mempelajari Taoisme dan dalam Kehidupan sehari hari. Dengan harapan agar pengikut aliran dapat memperbaiki kehidupan Spiritual dan Duniawi menjadi lebih baik, di mana kemudian akan membawa kemajuan pula bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat disekitarnya.[17][18]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-16. Diakses tanggal 2021-05-27. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-24. Diakses tanggal 2015-12-23. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-07-11. Diakses tanggal 2021-05-27. 
  4. ^ H.G. Creel. 1990. Alam Pikiran Cina: Sejak Confucius sampai Mao Zedong. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Hal. 103.
  5. ^ a b Diane Morgan. 2001. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion. Los Angeles: Renaissance Books. Hal. 223-224.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Huston Smith. 1999. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan OBOR.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur. Yogyakarta: Jalasutra.
  8. ^ a b c d e f g h Fung Yu-Lan. 1990. Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confucius sampai Han Fei Tzu. Yogyakarta: Liberty.
  9. ^ a b c d e f Sutradharma Tj. Sudarman. 1998. Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confuciusme dan Taoisme. Jakarta: Sunyata. Hal. 180-181.
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-04-23. Diakses tanggal 2006-05-04. 
  11. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal 2015-12-21. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal 2015-12-21. 
  13. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal 2015-12-21. 
  14. ^ Xiū dào bǎo jiàn 修道宝剑, cetakan ke sebelas, Majelis Tridharma Indonesia, 2008 
  15. ^ Siu Tao Menuju Kesempurnaaan, Majelis Tridharma Indonesia, 1996 
  16. ^ https://taotsm.org/mengenal-dao-yin-shu-%e5%b0%8e%e5%bc%95%e8%a1%93/
  17. ^ https://taotsm.org/daftar-artikel/  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  18. ^ https://taotsm.org/moralitas-tao-dalam-praktik-sehari-hari/
Kembali kehalaman sebelumnya