Sastra Hindia Belanda atau Sastra Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Indische letteren atau Nederlands Indische literatuur) adalah bagian sastra Belanda yang mencakup sastra berbahasa Belanda yang terinspirasi oleh Insulinde kolonial dan poskolonial sejak Zaman Keemasan Belanda sampai masa kini. Sastra Hindia Belanda meliputi para penulis Belanda, Indo-Eropa, dan Indonesia. Temanya berlatar pada masa-masa VOC dan Hindia Belanda, dan juga melibatkan diskursus poskolonial.
Meski lingkungan sosial-ekonomi masyarakat kolonial Hindia Belanda tidak melahirkan kebiasaan menulis, sebuah subgenre sastra Belanda telah berkembang:
"[...] [sastra Hindia Belanda memiliki] kualitas deskriptif melihat cara mereka memandang aspek kehidupan jelata di Hindia Belanda. Ini membuat tulisan-tulisan mereka berbeda dengan tulisan Eropa meski sama-sama memakai bahasa Belanda. Justru latar atau dekorasinya yang berbeda. Walaupun bahasanya Belanda, adegan, suasana, bahkan semuanya terasa unik. Kekhasan ini merasuk ke seluruh tulisan, meskipun titik acuan para penulisnya adalah keyakinan bahwa mereka adalah bagian dari tradisi sastra yang lebih besar." Ian Campbell, Sydney University, 2000.[2]
Sebagian besar mahakarya dalam genre ini mendapat pujian internasional dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Pada Desember 1958, majalah Time memuji terjemahan The Ten Thousand Things karya Maria Dermoût sebagai salah satu buku terbaik tahun itu.[3] Sejak 1985, kelompok peneliti sastra Hindia Belanda telah dibentuk di Belanda dan Amerika Serikat. University of Massachusetts Amherst mengelola Library of the Indies dan mendeskripsikannya sebagai berikut:
"Ini adalah sastra penuh kreativitas dan ironi yang kuat, sebuah catatan tentang perjuangan dan harapan negara kolonial yang hilang."[4]
Berikut adalah bacaan wajib para peneliti sastra Hindia Belanda:
Multatuli: Max Havelaar; (Multatuli. Max Havelaar: Or The Coffee Auctions of the Dutch Trading Company. Diterjemahkan oleh Roy Edwards. Pengantar oleh D. H. Lawrence. Afterword by E. M. Beekman)
Louis Couperus: De stille kracht; (L. Couperus. E. M. Beekman, ed. The Hidden Force. Diterjemahkan oleh Alexander Teixeira de Mattos. Direvisi dan disunting, disertai pengantar dan catatan oleh E. M. Beekman.)
P. A. Daum: Uit de suiker in de tabak dan Goena Goena;
E. Du Perron: Het land van herkomst; (E.du Perron. Country of Origin. Diterjemahkan oleh Francis Bulhof dan Elizabeth Daverman. Pengantar dan catatan oleh Francis Bulhof.)
Maria Dermoût: De tienduizend dingen; (Maria Dermoût. The Ten Thousand Things. Diterjemahkan oleh Hans Koning. Penutup oleh E. M. Beekman.)
Hella S. Haasse: Oeroeg, Sleuteloog dan Heren van de Thee; (The Lords of Tea (1992) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ina Rilke dengan judul The Tea Lords, 2010.)
Brouwers: Bezonken rood;
Rudy Kousbroek: Het Oostindisch kampsyndroom;
Adriaan van Dis: Indische duinen. (My Father’s War, London, Heinemann, 2004)[6] dan Familieziek (Family Fray)[7]
(Belanda) Willems, Wim Tjalie Robinson; Biografie van een Indo-schrijver (Publisher: Bert Bakker, 2008) ISBN 978-90-351-3309-9
(Belanda) Willems, Wim Schrijven met je vuisten; brieven van Tjalie Robinson (Publisher: Prometheus, 2009) ISBN 978-90-446-1197-7
Dewulf, Jeroen, Olf Praamstra and Michiel van Kempen Shifting the Compass: Pluricontinental Connections in Dutch Colonial and Postcolonial Literature (Publisher: Cambridge Scholars Publishing, 2013) ISBN 978-1-4438-4228-0
^Note: Among several (other) iconic literary works of 1958: 'Breakfast at Tiffany´s' by Truman Capote, 'Doctor Zhivago' by Pasternak and 'Lolita' by Nabokov. See: Maria Dermout Website.
^Original quote in Dutch:"Daum is na Multatuli misschien wel de belangrijkste Nederlands-Indische schrijver, wiens romans een soms onthutsend beeld geven van het leven van de Nederlanders in Indie tijdens in het koloniale tijdperk." See: Dr. Nel van der Heijden-Rogier in NBD, Biblion review of the book 'Rondom Daum' (Nijgh & Van Ditmar, Amsterdam, 1997). [2]Diarsipkan 2012-03-20 di Wayback Machine.