Pulau Saonek
Pulau Saonek adalah pulau yang dikenali sebagai 'pulau tiga' bersama dengan pulau Saonek Monde dan pulau Mios kon oleh kapal yang melintas menuju Raja Ampat. Pulau Saonek merupakan pusat administrasi Distrik Waigeo Selatan. Pulau Saonek dapat ditempuh dari kota Waisai selama 15 menit dengan speedboat.[1] Pulau ini dihuni oleh 105 KK [2] dengan suku asli papua dan pendatang. Di pulau Saonek terdapat mesjid dan gereja serta dilengkapi dengan akses listrik dari PLN yang dinyalakan mulai dari pukul 17-00 - 14.00 WIT.[3] Saonek dikenal sebagai penghasil olahan ikan Tengiri berupa ikan asin, kerupuk dan abon yang dijadikan oleh-oleh untuk wisatawan. Namun kegiatan ini bergantung pada kondisi laut, dimana saat ombak besar, nelayan tidak bisa melaut dan mereka berganti profesi menjadi pengumpul kerang dan memancing ikan selar di dermaga kampung.[4][5] SejarahSelama 2003-2005 pulau Saonek merupakan pusat pemerintahan dari kabupaten Raja Ampat sebelum berpindah ke Waisai. Sebelumnya, kampung Saonek adalah sebuah kampung tua yang dibuktikan dengan adanya kuburan yang menjadi tujuan ziarah spiritual. Kuburan tersebut adalah kuburan Arrafana beserta istrinya dan satu lagi kuburan yang hanya bisa terlihat saat laut sedang surut. Dua kuburan tersebut adalah kuburan seorang penyiar islam pada zaman dahulu kala.[1] EkosistemPerairan di pulau Saonek memiliki biota laut seperti terumbu karang, ikan, moluska, Coelenterata, Echinodermatan dan Krustasea. Hewan ini tumbuh di ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Sedangkan untuk bulu babi, hidup di zona pasang surut di perairan Saonek. Lihat jugaReferensi
|