Pedawa, Banjar, Buleleng8°14′10″S 115°01′30″E / 8.236222°S 115.025031°E
Pedawa adalah desa di kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Indonesia.[3] Desa ini termasuk salah satu desa tua atau desa Bali Aga karena telah ada jauh sebelum masa Majapahit ke Bali. SejarahSebelum bernama Pedawa ada sejumlah nama yang melekat pada desa ini yaitu desa Gunung Tambleg atau Gunung Sari. Menurut cerita warga desa Pedawa, nama Gunung Tambleg berasal dari kata Gunung dan Tambleg, Tambleg berarti bodoh atau lugu, nama tersebut berhubungan dengan pemikiran warga desa ketika itu yang masih sederhana. Dalam sejarah perkembangan berikutnya, dikenal dengan nama Gunung Sari, nama tersebut berhubungan dengan kehidupan masyarakat disana sebagai penyadap nira yang diolah menjadi gula. Seiring perjalanan waktu nama Gunung Tambleg tidak pernah dipakai lagi sedangkan nama Gunung Sari hanya disebut pada saat ada upacara agama saja. Menurut cerita yang turun temurun di kalangan warga Pedawa, bahwa dulunya jasad orang-orang Pedawa tidak dikubur, melainkan hanya ditaruh di bawah pohon kayu, berikut takilan (bekal kubur) dan bunga kembang sepatu, sedangkan jika anak-anak yang meninggal jasadnya dilempar ke lubang kayu besar yang terletak dekat desa. Pada suatu hari datanglah seorang raja bernama Raja Bima berikut diiring oleh pendeta atau Dukuh Manca Bila untuk menertibkan tata cara penguburan mayat termasuk dengan kelengkapan upacara sederhana. Mulai saat itu, jasad orang yang meninggal dikubur semestinya dan diupacarai sederhana, dalam prosesi perlengkapan upacara tersebut diperlukan juga tirta/air pembersih dan pengentas, karena tidak ada kaum Brahmana maka Dukuh Manca Bila berperan memberikan tirta tersebut. Pada waktu raja mandi di desa Gunung Sari ini, tempat pemandian raja tersebut dinamakan Toya Bima yang konon bisa membuat orang kebal jika mandi disana, ditempat tersebut dibuatkan pelinggih bernama Pura Dalem, walaupun kasiat air kebal tersebut sekarang tidak tampak lagi. Sang raja sendiri meninggalkan desa tersebut sedangkan Dukuh Manca Bila menetap di sini, saat beliau wafat dibuatkan pelinggih Dukuh di jaba Pura Dalem. Berdasarkan lontar yang ditemukan di desa Kedisan, Kintamani, menyebutkan bahwa seorang raja datang ke desa Bestala dan menanyakan akan kehadiran rakyatnya yang berasal desa Pandawa apakah sudah hadir, nama tersebut berkaitan dengan nama Bima dari desa Gunung Sari yang juga berhubungan dengan Pandawa atau sekarang ini dikenal dengan Pedawa. Nama Pedawa ini juga berkaitan erat dengan prasasti Sanding yang berangka tahun Isaka 1150 (1072 Masehi), disebutkan Raja Jaya Sakti yang bersemayam di Gunung Lempuyang kerap mengunjungi desa-desa di Bali, ia memiliki pesanggrahan di desa Bantiran tempat menginap kalau pergi ke jawa, dan Bantiran tersebut berdekatan dengan Pedawa, sehingga ada kemungkinan raja mengunjungi juga desa Pedawa.[4] DemografiPenduduk desa Pedawa sampai dengan tahun 2016 berjumlah 5.610 jiwa terdiri dari 2.794 laki-laki dan 2.816 perempuan dengan sex rasio 99,22.[1] Referensi
Pranala luar
|