PLDT
PLDT, Inc.[2] (PSE: TEL, NYSE: PHI), sebelumnya dikenal sebagai Philippine Long Distance Telephone Company (Filipina: Kompanya ng Teleponong Pangmalayuan ng Pilipinas) merupakan perusahaan induk jasa telekomunikasi, internet, dan digital di Filipina.[3] Perusahaan ini merupakan perusahaan penyedian jasa telekomunikasi utama bersama dengan Globe Telecom. Didirikan pda 1928, perusahaan ini merupakan perusahaan telekomunikasi tertua dan terbesar di Filipina dalam hal total aset dan pendapatan.[4] Bisnis utama dari perusahaan ini adalah telepon kabel, jasa telepon seluler, broadband, dan jasa internet untuk segala dalam beragam merek. Perusahaan ini juga berinvestasi di jasa penyiaran, media massa, utilitas, dan jasa televisi satelit ke rumah, dan lain-lain. Pada 2019, PLDT tercatat di Bursa Saham Filipina dan Bursa Efek New York (satu-satunya perusahaan Filipina yang tercatat di NYSE) dan dikontrol oleh First Pacific, perusahaan manajemen investasi yang berbasis di Hong Kong, Nippon Telegraph and Telephone melaui anak perusahaannya, dan JG Summit, kongomerasi yang juga memiliki maskapai penerbangan Cebu Pacific dan produsen makanan Universal Robina. SejarahEra GTEPLDT didirikan pada 28 November 1928 berdasarkan surat keputusan Pemerintah Filipina, Legislatif Filipina dan disetujui oleh Gubernur-Jenderal Filipina Henry L. Stimson dengan mengabungkan empat perusahaan telepon yang beroperasi di bawah perusahaan telepon Amerika Serikat GTE.[5] Keputusan ini dikenal sebagai Act 3436, peraturan ini juga memberikan PLDT hak selama 50 tahun untuk mendirikan jaringan telepon Filipina yang menghubungkan titik-titik penting di seluruh negeri. Namun, PLDT harus memenuhi batas waktu 40 hari untuk memulai penerapan jaringan yang akan diimplementasikan dalam waktu satu hingga empat tahun. Pada 1930an, PLDT telah melakukan ekspansi jaringan saluran tetap dan untuk pertama kalinya menghubungkan Filipina kepada dunia luar melalui jasa radiotelepon, menghubungkan Filipina dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain. Layanan telepon di Filipina terganggu karena Perang Dunia II. Pada akhir perang, infrastruktur komunikasi Filipina hancur. Otoritas Militer Amerika Serikat menyerahkan sisa-sisa infrastruktur tersebut kepada PLDT pada 1947, dan dengan bantuan yang masif dari Amerika Serikat kepada Filipina selama 1940an dan 1950an PLDT bisa pulih kembali dalam waktu yang cepat dimana jumlah pelanggan layanan telepon pada 1953 telah melebihi jumlah pelanggan layanan sebelum perang. Era CojuangcoPada 20 Desember 1967, grup wiraswasta dan pengusaha Filipina yang dipimpin oleh Ramon Cojuangco mengambil kontrol PLDT setelah membeli saham miliki GTE. Kelompok tersebut mengambil kendali manajemen PLDT pada 1 Januari 1968, dimana Gregorio S. Licaros and Cojuangco dipilih sebagai pemimpin dan Direktur Utama PLDT. Beberapa bulan kemudian, kantor pusat PLDT di Makati (saat ini dikenal sebagai Gedung Ramon Cojuangco) difungsikan, dan program ekspansi PLDT dimulai, diharapkan akan memberikan akses telepon yang bisa diandalkan ke pelosok negeri. Pada era ini, PLDT sudah bisa menggunakan satelit komunikasi Intelsat II F-4 untuk menyiarkan acara internasional seperti misi Apollo 8 dan pemakaman dari Robert F. Kennedy pada 1968. PLDT mendapatkan izin untuk beroperasi selama masa Darurat Militer di Filipina. Pada tahun 1970an, PLDT dinasionalisasi oleh pemerintah Ferdinand Marcos dan pada 1981, sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan integrasi industri telekomunikasi Filipina, membeli secara substansial seluruh aset dan liabilitas dari Republic Telephone Company, dan menjadi perusahaan monopoli di telekomunikasi. Di bawah monopoli, ekspansi layanan sangat terbatas atau tidak ada sama sekali. Pada tahun-tahun masa darurat militer masyarakat yang hendak memiliki layanan telepon harus menunggu bertahun-tahun karena daftar tunggu yang sangat panjang. Pada masa itu, masyarakat dan pemilik bisnis kecil membeli layanan telepon di pasar gelap dengan harga ribuan peso. Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew menyingung keadaan tersebut ketika mengunjungi Filipina pada masa Presiden Fidel V. Ramos. Lee berkata, meski becanda "Di Filipina 95% populasi tidak memiliki telepon, sementara 5%-nya menunggu nada panggil".[6][7] Setelah Presiden Marcos digulingkan pada 1986, perusahaan diprivatisasi oleh anak Cojuangco, Antonio "Tonyboy" O. Cojuangco, Jr. yang menjadi chief executive[8]. Pada 1995, dengan disetujuinya Undang-undang Telekomunikasi dan sesudah itu deregulasi industri telekomunikasi Filipina, PLDT tidak lagi menjadi perusahaan yang memonopoli industri telekomunikasi. Pada 1992, PLDT bermitra dengan AT&T Corporation untuk melakukan ekspansi jaringan ke komunitas rural, termasuk layanan USA Direct Roving Van Service, kendaraan yang dilengkapi dengan telepon seluler untuk menyediakan layanan untuk daerah rural yang belum terlayani, jasa sewa jaringan digital internasional point-to-point, jasa telepon umum, dan kartu telepon prabayar magnetik. Pada 1997, PLDT melalui Mabuhay Satellite Corporation meluncurkan satelit lokal pertama Filipina bernama Agila II (yang kemudian didivestasi kepada Asia Broadcast Satellite pada 2009). Era First PacificPada 1998, First Pacific Company Ltd. yang berbasis di Hong Kong membeli 17,5% saham PLDT dengan biaya mencapai kurang lebih P29,7 miliar. Diakusisinya PLDT oleh First Pacific menjadikan Manuel V. Pangilinan Direktur Utama dari PLDT menggantikan Cojuangco, yang tetap memegang jabatan sebagai chairman perusahaan sampai dengan 2004[8]. Investasi tambahan dilakukan pada 2000 melalui perjanjian pertukaran saham, dimana NTT Communications anak usaha dari Nippon Telegraph and Telephone membeli saham dari PLDT yang ditukarnya dengan kepemilikan bersama dari perusahaan telepon nirkabel Smart Communications. PLDT mengakusisi 51,55% saham Digital Telecommunications Philippines dari JG Summit Holdings pada Maret 2011 dengan biaya mencapai ₱69.2 miliar. Karena hal ini, jumlah saham Digitel dan JG Summit di PSE meningkat sementara saham PLDT tidak berubah. Dalam persetujuan, JG Summit akan memilki 12% saham PLDT. Kesepakatan ini difinalisasi oleh Komisi Telekomunikasi Nasional Filipina pada 26 Oktober 2011. Dalam pertukaran transaksi, anak perusahaan PLDT Smart Communication menyerahkan spektrum dan frekuensi jaringan telepon yang digunakan layanan Red Mobile pada pemerintah, dimana diselesaikan pada 2016. Pada April 2016, perusahaan yang dikenal sebagai Philippine Long Distance Telephone Company, menghilangkan "long distance telephone" dari nama perusahaan dan diubah menjadi PLDT Inc.[9] Direksi perusahaan menyetujui nama baru perusahaan untuk merefleksikan cakupan layanan perusahaan yang baru yang fokus kepada layanan data. Pada 13 Juni 2016, PLDT dan anak perusahaannya Smart meluncurkan logo dan identitas baru sebagai bagian dari upaya berkelanjutan perusahaan untuk menjadi pemain penting di layanan digital[2]. OperasionalJaringan TetapBisnis telepon jaringan tetap PLDT menawarkan jasa untuk perusahaan besar, menengah, dan kecil serta konsumen korporat-termasuk solusi data korporat, solusi teknologi komunikasi dan informasi, jaringan data, dan solusi keamanan digital. PLDT juga menawarkan jasa sentra telepon untuk kawasan Subic Bay Freeport, Clark Freeport Zone, Bonifacio Global City, dan beberapa kota pilihan di wilayah Mindanaou melalui anak perusahaannya. Layanan telepon jaringan tetap ditawarkan dengan merek PLTD Home. Layanan ini menawarkan layanan pita lebar di rumah, televisi protokol internet, paket triple play dengan perangkat dari TP-Link dan Roku. NirkabelPLDT mengoperasikan sejumlah layanan telepon nirkabel melalui merek Smart, TNT, dan Sun Cellular. Smart yang merupakan merek andalan PLDT menawarkan jasa komersil nirkabel melalui jaringan 2G, 3G, 3.5G HSPA+, and 4G LTE dengan jaringan LTE-A dan 5G saat ini sedang di uji coba dan dikembangkan di area kunci Filipina. Smart juga menawrkan layanan telepon satelit dan penawaran nirkabel gratis. TNT menyediakan penawaran layanan yang beragam untuk paket telepon, teks, dan internet seluler murah dan juga beragam layanan lainnya. Sun Celluler, di lain pihak menawarkan layanan tanpa batas untuk telepon, teks, dan layanan internet. InvestasiPLDT saat ini berinvestasi di media massa melalui Pilipinas Global Network dan MediaQuest Holdings, didanai melalui Beneficial Trust Fund (dana perwaliaan bermanfaat). Aset dari MediaQuest Holding termasuk firma penyiaran TV5 Network and Nation Broadcasting Corporation, operator satelit langsung ke rumah Cignal TV, dan perusahaan koran utama Filipina yaitu The Philippine Star and BusinessWorld, among others.[10] PLDT juga berinvestasi di sektor energi (Meralco melalui PLDT Communication and Energy Ventures), sektor transportasi business jet (Pacific Global Aviation Company) dan layanan niaga-el dan pengembangan teknologi finansial (Voyager Innovations), dan lain-lain. KepemilikanKepemilikan PLDT terbagi-bagi dimana masyarakat memiliki saham sebesar 53,86%,[11] kemudian Philippine Telephone Investments Corporation sebesar 12,05%, Metro Pacific Resources, Inc. sebesar 9,98%; anak perusahaan nnon-Filipina dari First Pacific Company Limited sebesar 25,6%, NTT DoCoMo, Inc. sebesar 14,5%, NTT Communications Corp. sebesar 5,85% dan Manuel V. Pangilinan sebesar 0,11%. KritikPembatasan BandwidthPada Oktober 2015, PLDT memperkenalkan "volume boosters" (pembatasan bandwidth 30% pada 2014 dan pembatasan bandwidth 256kbit/s pada 2015) ketika penggunaan perbulan melebihi 30GB sampai dengan 70GB untuk paket jaringan TD-LTE (Ultera). "Ketika pengunaan paket data melebihi batas yang diperbolehkan, pelanggan masih bisa menikmati layanan dengan membeli tambahan "volume boosters". Jika tidak, layanan akan diberhentikan sementara sampai volume kembali dari awal di tagihan bulan depan".[12] Globe mengikuti cara yang sama dengan PLDT untuk menerapkan pembatasan kuota.[13] Praktik ini sudah dihentikan untuk layanan fixed broadband seperti DSL dan serat optik, terutama tingkat pembatasan secara diam-diam dihentikan. Globe, yang sebelumnya menghentikan layanan tanpa batas dengan pembatasan, mulai memperkenalkan lagi layanan tanpa batas. Periode TerkunciPada 2015, PLDT meningkatkan periode terkunci untuk layanan sambungan TD-LTE dari 24 bulan ke 36 bulan (3 tahun) dengan denda penghentian dipercepat setara dengan biaya layanan yang tersisa. Setelah periode terkunci berakhir, kontrak akan secara otomatis diperbaharui untuk periode 36 bulan dengan kondisi serupa di awal kontrak.[14] Saat ini, Globe masih menawarkan layanan dengan periode terkunci selama 2 tahun dan tanpa biaya dendan untuk pemutusan dipercepat.[15] Kontrak PLDT TD-LTE mengizinkan PLDT untuk mengubah syarat dan ketentuan kapanpun dan satu-satunya cara pelanggan untuk menghentikan kontrak dengan membayar denda pemutusan: "Modifikasi 8.3 SBI memiliki hak diskresi untuk memodifikasi, menghapus atau menambah syarat dan ketentuan dari perjanjian kapanpun tanpa pemberitahuan. Hal ini merupakan tanggung jawab pelanggan untuk secara rutin melakukan pengecekan atas segala perubahan tersebut. Pelanggan yang meneruskan layanan setelah perubahan tersebut dianggap menyetujui perubahan tersebut".[14] Bahkan, Undang-Undang Konsumen Filipina menyatakan "Undang-Undang Praktik Penjualan tidak adil dan tidak berimbang...keadaan berikut ini harus dipertimbangkan...sebuah transaksi yang dilakukan penjual atau pemasok yang memaksa konsumen untuk masuk ke dalam transaksi yang menguntungkan satu pihak yaitu penjual atau pemasok",[16] praktik yang memaksa konsumen untuk menyetujui kontrak jangka panjang dengan denda pemutusan yang besar belum pernah disengketakan secara hukum. Anak perusahaan dan AfiliasiTim Olahraga
Esports
Lihat juga
Referensi
Pranala luar |