Muhammad bin Nushair
Abu Syu'aib Muhammad bin Nushair an-Numairi (bahasa Arab: أبو شعيب محمّد بن نصير النميّري)[1] adalah seorang tokoh pendiri sekte Nushairiyyah pada abad ke-9, yang merupakan sempalan dari mazhab Syi'ah Itsna 'Asyariyyah.[2][3] Ia diperkirakan menetap di kota Bashrah, dan merupakan keturunan Bani Numair yang termasuk suku bangsa Arab Utara yang menetap di sekitar lembah Sungai Eufrat.[2] Sumber-sumber Nushairiyyah menyatakan bahwa Muhammad bin Nushair memiliki hubungan dekat dengan imam ke-10 Ali al-Hadi dan imam ke-11 Hasan al-Askari.[2] Ia juga disebutkan menerima surat, perintah, dan hukum dari imam ke-12 Al-Mahdi yang ghaibah (tersembunyi), dalam perannya sebagai wakil dari imam tersebut.[4][5][6] Sumber-sumber Itsna 'Asyariyyah sebaliknya menuduh bahwa Ibnu Nushair telah mempertuhankan Imam Al-Askari, menganggap dirinya nabi, serta mengizinkan inses dan homoseksualitas.[7] Klaim dan ajaran Ibnu Nushair ditolak oleh para pengikut Itsna 'Asyariyyah lainnya, dan seterusnya mereka mengucilkan dan mencelanya hingga ia wafat.[4] Para penerusnya, antara lain Muhammad bin Jundab, Abdullah al-Jannan, dan Al-Husain al-Khasibi,[8] terus mengembangkan ajarannya; namun karena banyaknya tentangan maka para penganutnya menjalankan ajaran tersebut secara rahasia (taqiyyah).[8] Pada tahun 1920-an, penganut sekte ini mengganti nama Nushairiyyah dengan nama Alawi (علوية, 'Alawiyyah), berarti "pengikut Ali".[7][9] Saat ini, para penganut sekte Alawi umumnya tersebar di Suriah, Turki, dan Libanon.[10] Lihat pulaReferensi
Bahan bacaan
|