Muhammad Kamil Tadjudin
Prof. Dr. Muhammad Kamil Tadjudin, SpAnd, (3 Januari 1937 – 5 Mei 2017) adalah seorang dokter dan akademisi dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Indonesia dari tahun 1994 hingga 1998. Riwayat HidupMasa kecil dan pendidikanTadjudin dilahirkan pada tanggal 3 Januari 1937 di Batavia[1] dari keluarga Betawi.[2] Setelah menamatkan sekolah menengah atas, Tadjudin menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI). Pada tahun 1958, Tadjudin diangkat menjadi asisten dosen bidang biologi. Ia bertugas sebagai asisten dosen hingga ia memperoleh gelar dokter dari FK-UI pada tahun 1962.[3] Setelah mendapatkan gelar dokter, Tadjudin mengikuti pendidikan lanjutan dalam bidang biologi kedokteran pada tahun 1963 dan dalam bidang genetika manusia dan kedokteran di Universitas McGill di Kanada dari tahun 1963 hingga 1964.[4] Karier di Universitas IndonesiaTadjudin kembali ke Indonesia setelah belajar di Universitas McGill dan memulai kariernya sebagai tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di fakultas kedokteran, Tadjudin mengajar mata kuliah genetika dasar, biologi reproduksi, genetika sel, serta genetika sel dan molekul. Setelah bertugas sebagai dosen selama beberapa tahun, pada tahun 1969 Tadjudin diangkat menjadi kepala bagian biologi.[3] Tadjudin kemudian ditunjuk oleh Rektor UI Mahar Mardjono sebagai pembantu khusus rektor dalam bidang penelitian dan perpustakaan pada pertengahan tahun 1970an,[5] dan pada tahun 1984 ia dikukuhkan menjadi guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam bidang biologi.[4] Karier Tadjudin di Universitas Indonesia semakin menanjak pada masa rektor Sujudi dengan pengangkatannya sebagai pembantu rektor I bidang pendidikan pada akhir tahun 1980an.[6] Pada tanggal 3 Juni 1993, Tadjudin diangkat sebagai anggota Dewan Pembina Pusat Kesehatan Masyarakat dan Pengobatan Tropis pada Dewan Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara (Southeast Asian Ministers of Education Council Center for Tropical Medicine and Public Health).[4] Tadjudin terpilih sebagai Rektor Universitas Indonesia oleh Senat Akademik Universitas Indonesia, menggantikan Sujudi yang ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan. Ia dilantik menjadi Rektor Universitas Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro pada tanggal 22 Januari 1994.[1] Pada masa jabatannya, Universitas Indonesia mulai menerapkan kebijakan sarjana tanpa skripsi. Kebijakan yang dimulai sejak tahun 1995 tersebut berhasil meningkatkan jumlah wisudawan di Universitas Indonesia.[7] Sebagai Rektor Universitas Indonesia, Tadjudin menduduki sejumlah jabatan penting dalam organisasi pendidikan internasional. Ia didapuk sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Persatuan Pendidikan Tinggi se-Asia Tenggara (ASAIHL) dan Bendahara Asosiasi Universitas Asia dan Pasifik (AUAP) sejak tahun 1996.[4] Tadjudin menjabat sebagai rektor hingga tanggal 16 Februari 1998 dan digantikan oleh Asman Boedisantoso Ranakusuma.[8] Setelah Tadjudin mengakhiri masa jabatannya sebagai rektor, pada bulan Mei 1998 ia bersama dengan Asman dan sejumlah akademisi mendatangi Soeharto di kediamannya untuk membahas mengenai suksesi presidensial.[9] Ketua BAN-PT dan Dekan FKIKTadjudin melanjutkan kariernya dalam bidang pendidikan sebagai Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Tadjudin secara resmi menggantikan ketua sebelumnya, Sukadji Ranuwihardjo, pada tanggal 5 Januari 1999.[10] Tadjudin kembali diangkat sebagai ketua BAN-PT untuk periode yang kedua pada bulan Agustus 2003 dan menjabat hingga Agustus 2007.[11] Tadjudin ditawari jabatan sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) ketika Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Syarif Hidayatullah), Azyumardi Azra, membuka fakultas tersebut di universitasnya. Meski jabatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan jabatan Tadjudin sebelumnya sebagai rektor, Tadjudin memenuhi permintaan Azra.[12] Ia menjabat sebagai Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah dari tahun 2004 hingga 2015. Setelah pensiun dari jabatan dekan, Tadjudin tetap mengajar di UIN Syarif Hidayatullah sebagai dosen kontrak di FKIK.[13] WafatTadjudin wafat pada tanggal 5 Mei 2017 di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, pada hari yang sama.[14] Kehidupan pribadiTadjudin menikah dengan Oemi Alifah dan memiliki dua orang anak.[1] Organisasi otomotifTadjudin merupakan anggota dan pengurus dari Ikatan Penggemar Mobil Jakarta.[3] Di bawah kepemimpinannya, IPMJ mengadakan IPMJ Metropolitan Rally, sebuah acara balap mobil tahunan.[15] Referensi
|