Maria Menado
Dato' Sri Maria Menado (bernama asli Liesbet Dotulong; lahir 2 Februari 1932) merupakan seorang pemeran Malaysia kelahiran Celebes, Hindia Belanda (kini Indonesia) yang termasyhur antara tahun 1957 dan 1963. Perannya sebagai kuntilanak dalam film Pontianak, yang merupakan film horor lokal pertama di Malaysia, membuatnya populer dalam dunia perfilman setempat pada tahun 1957. Pada tahun itu, ia dijuluki Wanita Tercantik di Malaya oleh majalah Times serta Wanita Berpakaian Paling Menarik di Asia Tenggara oleh United Press International, sebuah kantor berita. Kehidupan awalPada umur 7 tahun, Liesbet dibawa ke Makassar untuk tinggal dengan paman dan bibinya setelah orang tuanya meninggal. Akan tetapi, pertempuran antara pihak Belanda dengan pejuang-pejuang nasionalis memaksa mereka pindah ke Jakarta. Sewaktu berumur 17 tahun, Liesbet menerima tawaran sebagai model baju kebaya di Singapura, dan kemudian di Malaya. Diiringi oleh paman dan bibinya, perjalanan pada tahun 1950 membawa Maria ke Singapura, Kuala Lumpur, Ipoh, dan Penang. Sewaktu di Malaya dan Singapura, terjadi kerusuhan Maria Hertogh. Maria Hertogh, seorang gadis Belanda yang telah diambil sebagai anak angkat oleh sebuah keluarga Muslim dan diberikan nama Natrah, dinikahkan orang tua angkatnya pada tahun 1950 sewaktu berumur 13 tahun. Mahkamah Agung membatalkan pernikahan itu karena Maria tidak cukup umur dan memutuskan bahwa Natrah dikembalikan kepada ibu kandungnya yang kemudian membawanya balik ke negeri Belanda. Keputusan kasus ini mengakibatkan kerusuhan rasial di Singapura yang berlangsung selama dua hari. Liesbet mengikuti kasus ini dengan penuh minat dan juga memperoleh nama samaran "Maria". Kawan-kawannya kemudian menjulukinya sebagai "Maria dari Menado" (tempat asalnya) dan nama julukan itu lebih terkenal dari nama aslinya. Karier filmMaria Menado memeluk Islam ketika berusia 19 tahun dan menikah dengan promotor tinju dan juga penulis skenario, A. Razak Sheikh Ahmad, namun perkawinan ini berakhir dengan perceraian. Setelah foto-foto Maria muncul di surat kabar dan majalah sebagai peragawati mode, kariernya sebagai pemeran bermula pada tahun 1951. Shaw Brothers menawarkan Maria peran sebagai seniwati utama di samping P. Ramlee dalam film Penghidupan. Bagaimanapun, perannya sebagai kuntilanak dalam film Pontianak-lah yang menaikkan popularitas Maria pada tahun 1957. Pontianak ialah film horor Melayu yang pertama. Skenario film ini merupakan hasil kerjasama dengan bekas suaminya A. Razak Sheikh Mohamed. Maria mengisahkan cerita-cerita kuntilanak yang pernah didengarnya sewaktu di Hindia Belanda dan mereka merangkai plot film itu bersama-sama. Perubahan dari seorang wanita yang jelita menjadi seorang yang bungkuk dan kemudian sebagai kuntilanak menelan waktu hingga berjam-jam untuk berhias. Maria juga perlu bersandar tanpa bergerak supaya penggambaran perubahan itu dapat dibuat sedikit demi sedikit. Berbeda dengan masa sekarang, pada masa itu tidak ada grafika komputer, sehingga efek tersebut perlu dibuat secara manual. Meski demikian, film itu mencapai tahap yang cukup realistik sebagaimana yang dapat diperlihatkan dari laporan tentang beberapa orang yang pingsan setelah menonton babak-babak yang mengejutkan. Penayangannya di Teater Cathay berlangsung selama 12 hari. Ini adalah suatu pencapaian besar, khususnya karena film Melayu tidak pernah ditayangkan di Teater Cathay. Maria kemudian ikut berperan dalam 2 film berikutnya, yaitu Dendam Pontianak (1957) dan Sumpah Pontianak (1958). Pada saat di puncak kemasyhuran, ia diberi peran antagonis bersama Shammi Kapoor dalam film Hindi yang berjudul Singapore. Film tersebut disyuting di Singapura dan Bombay (kini Mumbai). Dalam jangka waktu 12 tahun, Maria bermain dalam 20 film lebih terbitan produksinya sendiri, Maria Menado Production (M. M. Production) antara lain film Siti Zubaidah pada tahun 1961. Ia merupakan produser film wanita Melayu yang pertama. Maria sendiri memerankan tokoh utama sebagai Siti Zubaidah. Penglibatannya sebagai produser bukan saja membanggakan malah ia telah memainkan peranan sebagai pemeran juga yang jarang-jarang dapat dilakukan oleh seorang produser. 3 film lain yang diterbitkan oleh perusahaannya ialah Darahku, Bunga Tanjung dan Pontianak Kembali. Pernikahan dengan Sultan PahangUntuk perayaan-perayaan yang istimewa, Maria serta seniwati yang lain dijemput ke istana Pahang untuk mempersembahkan pertunjukan, khususnya sewaktu hari kelahiran sultan. Pada salah satu lawatan ini, Sultan Abu Bakar Ri'ayatuddin melamarnya. Setelah pertimbangan yang mendalam, Maria menikah pada tahun 1963 sewaktu berumur 30 tahun. Pernikahan itu tidak hanya mengakhiri karier perfilmannya, tetapi juga menyebabkan film-filmnya tidak boleh lagi ditayangkan di teater maupun televisi. Majlis Diraja Istana Pahang menetapkan bahwa karena Maria merupakan permaisuri sultan, penayangan film-filmnya tidak dibenarkan di Pahang. Bagaimanapun, filmnya akhirnya tidak ditayangkan pula di seluruh negara. Dengan itu, Ho Ah Loke, pemilik Cathay Keris tersangkut dengan film-film Maria. Karena film-film itu amat memakan ruang hawa dingin di dalam rumahnya, Ho kemudian terpaksa membuangnya karena film-film itu telah menjadi sumber keributan dengan isterinya. Setelah mangkatnya Sultan Pahang, Maria pindah dari Pekan ke Kuala Lumpur. Pada saat itu, ia memohon kepada Sultan Ahmad Shah, yang kini yang mengetuai Majlis Diraja Istana Pahang, supaya film-filmnya dibenarkan untuk ditayangkan kembali. Sultan memberikan izin, akan tetapi pada waktu itu, film-film yang diperankannya telah dibuang ke dalam sebuah lubang yang tidak digunakan lagi. Tidak diketahui mengapa Ho tidak menemui Maria atau museum-museum negeri untuk menyumbangkan film-film itu. Kehilangan film-film tersebut merupakan suatu kerugian yang amat besar bagi sejarah perfilman Malaysia. Kini, Maria berhasrat untuk memproduksi dan menyutradarai versi baru film Pontianak sebagai pengganti supaya dapat meninggalkan tanda pencapaiannya — kali ini dalam film berwarna. FilmografiFilm-film yang dibintangi oleh Maria adalah sebagai berikut:
Referensi
|