Mangi-mangi
Mangi-mangi adalah seri web Indonesia bertema literasi kemaritiman tahun 2021 persembahan Kemenkomarves RI berkolaborasi dengan Telkomsel yang ditayangkan secara eksklusif di MAXstream. Serial ini dibintangi oleh Fachri Muhammad, Rinaldy Zulkarnain dan Laras Sardi.[1] Latar belakangSerial Mangi-Mangi dihadirkan oleh Biro Komunikasi Kemenkomarves RI untuk menginspirasi sekaligus mendorong semangat anak muda daerah agar dapat lebih berdaya dalam mengembangkan desa melalui budidaya kepiting soka sebagai salah satu biota laut yang memiliki nilai potensial di Indonesia. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Agung Kuswandono mengatakan film ini menjadi salah satu upaya memperkenalkan budaya bahari. Selain itu, juga memberikan pemahaman tentang literasi maritim dan pentingnya ekonomi sirkular kepada masyarakat dan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya hutan mangrove utamanya terhadap para anak muda.[2] Serial ini menggunakan kata mangi-mangi sebagai judul. Mangi-mangi sendiri adalah mangrove yang populer di Teluk Bintuni, Papua Barat yang dikenal sebagai penghasil gas. Lewat mangrove atau mangi-mangi, masyarakat Papua mendapat sumber kehidupan. Yakni, kepiting soka yang menjadi komoditi terbesar di Teluk Bintuni. Kepiting-kepiting itu biasa bersembunyi di dasar hutan mangrove. Bagaimana kepiting soka di Teluk Bintuni dibudidayakan diolah kedalam bentuk serial.[3] Dalam pembuatan seri Mangi-Mangi ini, Kemenko Marves menjalin kolaborasi dengan salah satu provider telepon selular yakni Telkomsel. Sehingga seri tersebut dapat diakses di platform video on demand dari Telkomsel yaitu MAXstream. PenayanganMangi-Mangi yang terdiri dari dua episode ini ditayangkan perdana di MAXstream pada tanggal 08 September 2021. Episode pertama berdurasi 22 menit 36 detik sedangkan episode kedua berdurasi 26 menit 8 detik. SinopsisMangi-Mangi tentang Aris, Raha, dan Laras yang cemas pada kondisi desa mereka yang tak dapat menghasilkan apa pun karena banyak pemuda-pemudi yang memilih merantau. Ketiga remaja ini lantas tergerak untuk memberdayakan pemuda-pemudi desa yang tersisa agar dapat produktif sekaligus menggerakkan roda perekonomian desa melalui budidaya kepiting soka. Namun, usaha membudidaya kepiting soka banyak menemui tantangan bahkan mengalami kegagalan, sehingga menguji komitmen ketiganya yang ingin memajukan desa tempat tinggalnya.[4] Pemeran
Referensi
Pranala luar |