Kutorembet, Lebakbarang, Pekalongan
Sejarah
Desa Kutorembet sudah terbentuk jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Namun, tidak ada informasi manapun yang benar-benar valid yang menyebutkan spesifik waktu kapan berdirinya.
Menurut cerita rakyat, nama Desa Kutorembet berasal dari kata "KUTO" yang berati sebuah kota atau semacam permukiman, dan "REMBET" yang berasal dari kata MREMBET atau MRAMBAT, yaitu memanjat gunung dengan cara merambat seperti panjat tebing. Jadi, Kuto-Mrembet adalah sebuah permukiman di puncak gunung yang pada saat itu hanya bisa di raih dengan cara merambat. Sehingga lambat laun wilayah tersebut berubah nama menjadi Kutorembet. (Dengan pengucapan huruf vokal E, seperti pengucapan pada kata Elang)
Menurut cerita-cerita yang beredar di masyarakat, sebagian penduduknya berasal dari daerah Kali Arus (Sebelah barat laut dari pusat desa), yang melakukan migrasi. Secara ilmu Arkeologi, belum diketahui secara pasti kebenarannya mengingat ketika di datangi ke lokasinya-pun (Kali Arus), disana sudah tidak ada tanda-tanda bekas permukiman. Hal ini mungkin dikarenakan bahan utama pembuatan rumahnya yang berasal dari kayu sehingga sudah membusuk tanpa meninggalkan jejak. Namun jika kita menyusuri lebih dalam, terdapat jejak lain yang diduga merupakan bekas saluran irigasi. Tak hanya itu, di Kali Arus juga terdapat situs yang masih dianggap sakral dan sering dijadikan tempat untuk melakukan ritual tertentu seperti menginap disana sehari semalam agar diberikan petunjuk atau agar hajatnya dikabulkan, oleh segelintir orang yang masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. GeografisBerdasarkan perhitungan oleh Arif Edi Sant dengan bantuan peta satelit dari google maps, dan aplikasi penghitung ketinggian medan geografis bernama Elevation Pro pada tanggal 17 November 2016, dan di update tanggal 9 Oktober 2019, maka diperoleh data sebagai berikut;
Pemerintahan
Fasilitas Umum
Kependudukan100% masyarakatnya beragama Islam dan hampir semuanya ber-etnis Jawa, walaupun Desa Kutorembet masih bagian dari Kabupaten Pekalongan, namun masyarakatnya malah menggunakan bahasa Jawa ngapak, hal ini mungkin disebabkan karena Kecamatan Lebakbarang yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara yang terkenal dengan dialek Ngapaknya. Disisi lain dulu masyarakat Desa Kutorembet - Pekalongan dan orang-orang Kali Bening - Banjarnegara erat sekali dalam transaksi perdagangan yang bahkan Jalur Perdagangan Kuno Desa Kutorembet Pekalongan - Kali Bening Banjarnegara masih ada sampai sekarang. PerekonomianKarena letaknya di pegunungan, mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani padi dan jagung, serta menyadap pohon pinus. Namun, semenjak terlalu sering gagal panen karena menurunnya kecocokan tanah untuk ditanami padi (Terkhusus di sawah Dukuh Totogan), dan semakin tak terkendalinya hama babi yang menyerang tanaman jagung, kini masyarakat beralih menanam pohon sengon, pisang, jahe, dan kapulaga, sembari masih mempertahankan pekerjaan sebelumnya yaitu menyadap getah pinus. Sementara untuk Investasinya, mereka menanam cengkeh dan kopi di kebun mereka sendiri dan di lahan perhutani yang berlokasi di hutan, yang bisa di panen setahun sekali untuk kopi dan 2-3 tahun sekali untuk cengkeh. Hampir semua warga disini memelihara sapi untuk dijadikan sumber dana darurat atau untuk persiapan kebutuhan yang besar seperti biaya menikah atau untuk biaya membangun rumah. Hanya sedikit orang yang memilih untuk menjadi wirausaha seperti menjadi pedagang, atau menjadi tengkulak hasil bumi. Untuk anak mudanya, sebagian besar pergi merantau ke luar kota setelah mereka lulus SMK, dan sebagian yang lain melanjutkan kuliah. PariwisataBelum ada wisata yang secara resmi dibuka, namun beberapa tempat sering dijadikan spot foto yang lumayan bagus, seperti:
Letaknya di perbatasan Desa Lebakbarang - Desa Kutorembet, tempat ini merupakan jalan utama antar desa yang sering digunakan untuk camping dan bakar-bakar dikarenakan tempatnya yang rata dan lumayan lebar serta berada di pinggir jalan. Walaupun depannya jurang, namun pemandangannya tak kalah menantang karena depan jauhnya lagi merupakan pegunungan yang luas membentang, yang kadang dihiasi dengan gemerlap lampu kota dari kejauhan. Dipagi harinya, kita bisa menyaksikan indahnya sunrise dengan catatan cuaca mendukung.
Terletak di jalan raya Desa Kutorembet - Desa Mendolo. Tempatnya yang lumayan datar dan dikelilingi pohon pinus, banyak orang-orang dari Pekalongan yang datang kemari menyarankan agar tempat itu dibuat sebagai tempat camping atau Outbond (Outdoor Education). Tokoh Desa
Akun Sosial MediaDapatkan informasi terudate dan foto-foto yang indah seputar Desa Kutorembet dengan mengunjunngi: ReferensiCerita rakyat dan wawancara dari beberapa warga desa Kutorembet. Catatan
|