Konferensi Lambeth

Berkas:CompassRose.gif
Mawar Kompas, lambang Komuni Anglikan

Konferensi Lambeth adalah persidangan-persidangan periodik dari para uskup dalam Komuni Anglikan, sejak 1867, dan merupakan satu di antara empat "Perlengkapan Komuni" di dalam Komuni Anglikan.

Asal-mula

Gagasan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan ini pertama kali dikemukakan dalam sepucuk surat kepada Uskup Agung Canterbury oleh Uskup John Henry Hopkins dari Vermont pada 1851, tetapi dorongan utamanya datang dari Gereja kolonial di Kanada. Pada 1865 sinode provinsi tersebut, dalam sepucuk surat yang mendesak kepada Uskup Agung Canterbury (Dr. Longley), yang mewakili kegelisahan di antara anggota-anggota Gereja Kanada yang ditimbulkan oleh keputusan-keputusan hukum yang baru saja diambil oleh Privy Council (Dewan Penasihat Kerajaan), dan kekhawatiran mereka kalau-kalau tindakan Konvokasi yang dihidupkan kembali "akan membuat kami diatur oleh kanon-kanon yang berbeda dengan apa yang berlaku di Inggris dan Irlandia, dan dengan demikian membuat kami beralih kepada status sebagai cabang yang independent dari Gereja Katolik Roma."

Oleh karena itu, mereka memintanya untuk mengadakan suatu "sinode nasional para uskup dari Gereja Anglikan di dalam dan di luar negeri," yang berapat di bawah kepemimpinannya. Setelah berkonsultasi dengan kedua dewan dari Konvokasi Canterbury, Uskup Agung Longley setuju, dan menghimpun semua uskup dari Komuni Anglikan (yang saat itu berjumlah 144 orang) untuk bertemu di Lambeth pada 1867.

Banyak uskup Anglikan (antara lain Uskup Agung York dan kebanyakan dari suffragannya) meragukan kebijaksanaan pertemuan seperti itu sehingga mereka menolak menghadirinya. Dekan Stanley menolak untuk mengizinkan pemakaian Westminster Abbey sebagai tempat kebaktian penutupannya, dengan alasan bahwa persidangan tersebut tidak dihadiri oleh semua uskup, dan karena ketidakpastian tentang pengaruh keputusan-keputusannya serta "kehadiran para uskup yang tidak termasuk Gereja kita."

Namun, Uskup Agung Longley mengatakan dalam sambutan pembukaannya bahwa mereka tidak bermaksud untuk mengambil alih "fungsi sebuah sinode umum dari semua gereja yang berada dalam komuni penuh dengan Gereja Inggris," melainkan semata-mata hanya ingin "mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan praktis, dan menyatakan apa yang kami anggap penting dalam resolusi-resolusi yang mungkin berguna sebagai pedoman-pedoman yang aman bagi tindakan pada masa depan." Resolusi-resolusi dari Konferensi-konferensi Lambeth tidak pernah dianggap sebagai dekret sinodel, tetapi kedudukannya kian lama kian penting dalam setiap Konferensi.

Tujuh puluh enam uskup menerima undangan Uskup Canterbury ke Konferensi yang pertama, yang diadkaan di Lambeth pada 24 September 1867. Mereka berapat selama empat hari, sementara sesi-sesinya diselenggarakan secara tertutup. Uskup Agung membuka Konferensi itu dengan sebuah sambutan: diikuti dengan berbagai pembahasan; sejumlah komite dibentuk untuk menyampaikan laporan tentang masalah-masalah khusus; resolusi-resolusi diterima, dan sebuah surat ensiklik ditulis kepada semua umat Komuni Anglikan. Masing-masing dari Konferensi berikutnya diterima di Katedral Canterbury dan disambut oleh Uskup Agung dari takhta St. Augustinus.

Sejak itu, konferensi ini diadakan di Istana Lambeth, dan setelah berapat selama lima hari tentang sejumlah topik yang telah ditetapkan dan pengangkatan sejumlah komite, konferensi diskors, dan kemudian bertemu kembali setelah dua minggu dan berapat kembali selama lima hari lagi, untuk menerima laporan-laporan, menyetujui resolusi dan menyusun surat ensiklik.

Garis waktu

Istana Lambeth, difoto menghadap ke timur menyeberang Sungai Thames.

Konferensi Pertama (24-28 September 1867)

  • Dipimpin oleh: Uskup Agung Longley
  • 76 uskup hadir

Sebagian besar Konferensi ini digunakan untuk membahas kasus Colenso kontroversial. Dari 13 resolusi yang disetujui oleh Konferensi, 2 di antaranya merujuk langsung kepada kasus ini. Yang lainnya berkaitan dengan pembentukan takhta-takhta baru serta yurisdiksi-yurisdiksi misi, surat-surat pengantar, serta tribun rohani suka rela dalam kasus-kasus doktrin serta penetapan sub-ordinasi sinode-sinode. Laporan-laporan komite tidak siap dan dialihkan ke Konferensi 1878.

Konferensi Kedua (2-27 Juli 1878)

Laporan-laporan dari lima komite khusus (sebagian berdasarkan laporan-laporan komite pada 1867) dimasukkan ke dalam surat ensiklik, yang menggambarkan cara terbaik untuk mempertahankan kesatuan, dewan-dewan pertimbangan sukarela, para uskup misioner dan para misionaris, serta para kapelan; kontinental dan mengikutsertakan laporan dari sebuah komite tentang kesulitan-kesulitan yang diajukan kepada Konferensi.

Konferensi Ketiga (3-27 Juli 1888)

Pokok utama pertimbangan adalah posisi komunitas-komunitas yang tidak memiliki keuskupan yang historis. Selain surat ensiklik, 19 resolusi diajukan, dan laporan-laporan dari 12 komite khusus diperbaiki. Pokok-pokok tersebut adalah gerakan untuk menghapuskan minuman keras, kesucian, perceraian, poligami, penghormatan terhadap hari Minggu, sosialisme, kepedulian terhadap kaum emigran, hubungan timbal balik antara keuskupan-keuskupan dalam Komuni Anglikan, penyatuan Gereja (home reunion), Gereja Skandinavia, Katolik Lama, dll., Gereja-gereja Timur, standar doktrin dan ibadah. Barangkali yang paling penting dari semuanya ini adalah Kuadrilateral Chcago-Lambeth, yang terkenal," yang meletakkan empat dasar penyatuan Gereja: Kitab Suci, Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea, dua sakramen yang ditetapkan oleh Kristus sendiri dan keuskupan yang historis.

Konferensi Keempat (5-31 Juli 1897)

  • Dipimpin oleh: Uskup Agung Temple (setelah dihimpun oleh Uskup Agung Benson)
  • 194 uskup hadir

Salah satu topik utama yang dipertimbangkan adalah pembentukan dewan rujukan, tetapi resolusi-resolusi tentang topik ini ditarik kembali karena mendapat tantangan dari para uskup Gereja Episkopal di Amerika Serikat, dan digantikan dengan resolusi yang lebih umum tentang sebuah "dewan konsultatif". Surat enskiliknya disertai dengan 63 resolusi (yang mencakup pernyataan yang hati-hati tentang organisasi provinsial serta perluasan gelar Uskup Agung "kepada semua metropolitan, sebuah pengakuan yang penuh rasa syukur terhadap kebangkitan kembali persaudaraan dan persaudarian, serta jabatan diakones," dan keinginan untuk mempromosikan hubungan-hubungan yang bersahabat dengan Gereja-gereja Timur dan berbagai badan Katolik Lama), serta laporan-laporan dari kesebelas komite digabungkan ke dalamnya.

Konferensi Kelima (6 Juli - 5 Agustus 1908)

Topik utama diskusi adalah: hubungan antara iman dengan pemikiran modern, pemasokan dan pendidikan para rohaniwan, pendidikan, misi luar negeri, revisi dan upaya untuk "memperkaya" Kitab Doa Bersama, hubungan Gereja dengan "pelayanan penyembuhan" (Christian Science, dll.), persoalan tentang pernikahan dan perceraian, organisasi Gereja Anglikan, dan penyatuan kembali dengan Gereja-gereja lain. Hasil dari pertimbangan-pertimbangan ini dimuat dalam 78 resolusi, yang dimuat ke dalam surat ensiklik yang diterbitkan, atas nama Konferensi, oleh Uskup Agung Canterbury pada 8 Agustus.

Konferensi Keenam (1920)

  • Menolak Christian Science, spiritualisme, dan teosofi
  • Mendukung lobi politik terhadap "dorongan-dorongan kepada kejahatan moral seperti literatur yang tidak senonoh, drama dan film-film yang sugestif, penjualan kontrasepsi secara terbuka ataupun secara gelap, serta kehadiran bordil-bordil."
  • Mengukuhkan tempat perempuan sebagai anggota-anggota awam dari sinode.

Penolakan yang tegas dan tidak mengenal kompromi dari Konferensi ini terhadap segala bentuk kontrasepsi buatan, bahkan juga di dalam suatu ikatakan perkawinan, dikandung dalam Resolusi 68, yang mengatakan, antara lain:

"Kami mengeluarkan peringatan yang tegas terhadap penggunaan cara-cara yang tidak alamiah untuk menghindari kehamilan, bersama-sama dengan bahaya-bahayanya yang serius - baik yang bersifat fisik, moril, maupun keagamaan - yang ditimbulkannya, dan terhadap segala bentuk kejahatan yang mengancam umat manusia yang ditimbulkan oleh penggunaan alat-alat tersebut. Bertentangan denagn ajaran yang, atas nama sains dan agama, mendorong orang-orang yang telah menikah dalam mengembangkan hubungan seksual sebagai tujuan itu sendiri, kami dengan gigih mendukung apa yang seharusnya dianggap sebagai pertimbangan-pertimbangan utama dari perkawinan Kristen. Salah satunya adalah tujuan utama dari perkawinan itu sendiri, yakni kelanjutan ras manusia melalui karunia dan warisan anak-anak yang lainnya adalah keutamaan pertimbangan dan pengendalian diri sendiri yang penuh pertimbangan di dalam kehidupan perkawinan."

Konferensi Ketujuh (1930)

  • Menyetujui penggunaan alat kontrasepsi dalam keadaan-keadaan terbaas.
  • Menolak perang sebagai cara untuk menyelesaikan pertikaian internasional.
  • Menyatakan aborsi yang disengaja sebagai sesuatu yang "menjijikkan."
  • Menentang pemisahan rasial di gereja-gereja.

Konferensi Kedelapan (1948)

  • Menyatakan bahwa penahbisan Florence Li Tim-Oi "akan bertentangan dengan tradisi dan tata-tertib ... Komuni Anglikan" dan menolak pembahasan lebih lanjut tentang penahbisan perempuan.
  • Menyambut komuni penuh antara Gereja Anglikan dengan Gereja Katolik Lama.
  • Menegaskan bahwa "diskriminasi antara manusia berdasarkan ras saja tidak konsisten dengan prinsip=prinsip agama Kristus".

Konferensi Kesembilan (1958)

  • Menyerukan penghargaan terhadap "hati nurani" dari pasangan-pasnagan yang menikah yang menggunakan alat kontrasepsi.
  • Merekomendasikan pertimbangan untuk pembaruan diakonat yang permanen.

Konferensi Kesepuluh (1968)

  • Merekomendasikah penahbisan perempuan ke dalam jabatan diakonat dan pengakuan terhadap mereka yang tadinya diangkat sebagai "diakones" sebagai diaken.
  • Menyatakan argumen-argumen yang menyetujui dan menentang penahbisan perempuan sebagai imam "tidak konklusif".
  • Mengusulkan bahwa para imam tidak lagi diwajibkan menerima Ke-39 Artikel.
  • Mendukung komuni terbuka.

Konferensi Kesembilan (1978)

Konferensi ini "mengakui otonomi dari masing-masing gereja anggota... hak legal dari setiap Gereja untuk membuat keputusannya sendiri" megnenai imam perempuan. Konferensi juga menolak penggunaan hukuman mati dan menyerukan digunakannya sebuah Daftar bacaan Kitab Suci ("Lectionary") bersama.

Konferensi Keduabelas (1988)

  • 518 uskup hadir

Konferensi ini memutuskan bahwa "masing-masing provinsi menghormati keputusan dari provinsi-provisni lainnya tentang penahbisan atau pengudusan perempuan ke dalam jabatan uskup."

Konferensi Ketigabelas (18 Juli - 9 Agustus 1998)

Masalah yang paling hangat diperdebatkan pada Konferensi ini adalah homoseksualitas di dalam Komuni Anglikan. Akhirnya diputuskan, melalui pemungutan suara 526-70, bahwa "praktik homoseksual" "tidak sesuai dengan Kitab Suci". Hasil ini diterima dengan rasa cemas oleh banyak anggota dari Britania Raya, Amerika Serikat, dan Kanada. Teks lengkap dari resolusi tentang seksualitas manusia ini dapat dilihat di sini[pranala nonaktif permanen]. Sebuah surat permintaan maaf terbuka kemudian diterbitkan kepada kaum lesbian dan gay Anglikan dalam sebuah Pernyataan Penggembalaan dari 182 uskup di seluruh dunia, termasuk 8 primata (yakni dari Brasil, Kanada, Afrika Tengah, Irlandia, Selandia Baru, Skotlandia, Afrika Selatan, dan Wales) [1].

Konferensi Keempatbelas (2008)

Pada Maret 2006, Uskup Agung Canterbury Rowan Williams menerbitkan sepucuk surat penggembalaan [2][pranala nonaktif permanen] kepada 38 Primata dari Komuni Anglikan dan Moderator dari Gereja-gereja Bersatu yang mengungkapkan pemikirannya untuk Konferensi Lambeth berikutnya.

Ia menyatakan bahwa tekanannya akan diberikan pada pendidikan, "untuk misi yang benar-benar efektif, setia dan didasarkan pada doa." Ia (untuk sementara waktu) menolak untuk membuka kembali resolusi kontroversial 1.10 tentang seksualitas manusia dari Konferensi Lambeth sebelumnya, tetapi menekankan apa yang disebut "proses mendengarkan" yang dengannya pelbagai pandangan dan pengalaman seksualitas manusia dikumpulkan dan dikolasikan sesuai dengan resolusi tersebut, dan menyatakan bahwa "kita perlu memberikan waktu untuk menyajikan hal ini dan merefleksikannya pada 2008."

Ia menunjukkan bahwa sesi-sesi pleno yang tradisional dan resolusi-resolusi akan dikurangi, dan bahwa "Kita akan melihat lebih banyak kelompok fokus, yang sebagian di antaranya akan mempertemukan para uskup dan pasangan-pasangannya."

Rujukan

  • Uskup Agung RT Davidson, The Lambeth Conferences of 1867, 1878 and 1888 (London, 1896)
  • Conference of Bishops of the Anglican Communion, Encyclical Letter, etc. (London, 1897 and 1908).

Pranala luar

Public Domain Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publikChisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press. 

Kembali kehalaman sebelumnya